Selasa, 14 Juni 2016

# fisiologi tumbuhan

FISIOLOGI TUMBUHAN Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut





LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut”


Oleh:
Nama                               : Rose Lolita
NIM                                 : 130210103027
Kelas                                : C
Kelompok                        : 4


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2015
I.                   Judul       
Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut
II.                Tujuan
Untuk membuktikan bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan melalui berkas pengangkut
III.             Dasar Teori
            Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Air yang berada dalam tanah diserap oleh akar dan disebarkan ke batang dan daun. Pengangkutan air ini terjadi melalui proses kapilaritas. Jaringan yang bertugas mengangkut air ini adalah xylem. Jaringan ini berfungsi sebgai pipa kapiler.
            Tumbuhan sebagai organisme autotrof memerlukan beberapa zat untuk kelangsungan hidupnya. Zat yang harus diambil tumbuhan dari lingkungannya sebagain besar adalah air, mineral, oksigen, dan karbondioksida. Kemampuan tumbuhan untuk mengambil zat-zat tersebut dapat dilakukan dengan cara difusi, osmosis dan transport aktif. Oksigen dan karbondioksida dari udara diambil oleh tumbuhan tingkat tinggi melalui daun. Sedangkan air dan garam mineral yang terkandung di dalam air diserap tumbuhan dari dalam tanah melalui ujung dan bulu-bulu akar. Bagi tumbuhan tingkat rendah seperti alga, pengambilan zat-zat dapat dilakukan pula oleh permukaan setiap sel tubuhnya (Salisbury, 1995 :56).
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Air di dalam sel berada dalam bentuk bebas dan terikat. Keterikatan air itu mungkin karena terikat pada ion atau molekul polar, terikat dengan ikatan H pada molekul lain, terikat pada koloid (plasma protein atau dinding sel), atau terikat secara kapiler. Apabila tumbuhan kekurangan air, air bebaslah yang terutama hilang terlebih dahulu. Air bebas di dalam sel terutama terdapat di dalam vakuola sebagai cairan encer. Sebagai larutan ar di dalam mempunyai potensial air lebih kecil dan nol. Besarnya potensial air larutan cairan sel dipengaruhi oleh temperature, adanya bahan lain, adanya imbiban (zat yang mampu mengadakan imbibisi), dan adanya atau tegangan (tekanan hidrostatik) (Mudakir, 2004:12).
            Air diperlukan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hidup. Air merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan yang aktif mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi tumbuhan :
1.      Menjadi penyusun utama protoplasma
2.      Menjadi pelarut bagi zat hara yang diperlukan tumbuhan
3.      Menjadi alat transport untuk memindahkan zat hara
4.      Menjadi medium berlangsungnya reaksi metabolisme
5.      Menjadi bahan dasar-dasar untuk reaksi biokimia
6.      Mengatur turgor sel (untuk pembentangan dinding sel)
7.      Untuk mempertahankan temperature yang seragam diseluruh tubuh
8.      Alat gerak misalnya pada pulvinus tangkai daun (Mudakir, 2004:12).
Tanaman yang berada pada daerah yang kondisi tanahnya kering atau memiliki kelembaban udara rendah akan mengalami transpirasi yang tinggi. Pada daerah ini fenomena tekanan akar tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena air di dalam pembuluh xilem tidak dalam keadaan menerima tekanan, tetapi sebaliknya sedang mengalami tarikan (tension). Jadi air bergerak ke atas karena adanya tarikan akibat terjadinya transpirasi dari daun sehingga menimbulkan daya hisap daun (Lakitan, 2004 :79).
a.       Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses kecepatan transpirasi uap air dari daun, yaitu:
a.       Temperatur udara, makin tinggi temperatur kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
b.      Instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi juga akan semakin tinggi.
c.       Kelembaban udara, jika kelembaban udara disekitar tanaman tinggi justru terjadi perlambatan dalam transpirasi. Jika kelembaban rendah (kering) transpirasi akan berlangsung cepat.
d.      Kandungan air tanah, jika kandungan air tanah banyak maka potensial air tanah akan lebih tinggi daripada di dalam sel-sel xylem sehingga laju transpirasi akan meningkat (tinggi). Jika air tanah sedikit maka penyerapan akar juga akan lambat dan tidak seimbang dengan kecepatan transpirasi.
b.      Di samping itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor dalam tumbuhan di antaranyaadalah banyaknya pembuluh, ukuran sel jaringan pengangkut, jumlah, dan ukuran stomata (Dwidjoseputro, 1989 : 74).
Beberapa faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya daya hisap daun dan daya tekan akar adalah sebagai berikut:
1.          Tekanan akar: berdasarkan fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar.
2.          Kapilaritas: merupakan gejala yang timbul akibat interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi.
3.          Sel pemompa: pergerakan vertikal air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup.
4.          Kohesi: penyerapan vertikal air dalam tanaman dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam pembuluh xilem (Gardner, 1991 : 125).
Air dan bahan terlarut di dalamnya (unsur hara) diangkut pada lintasan radial melalui bagian apoplas namun pada sel-sel endodermis air akan bergerak melalui bagian simplas:
1.      Apoplas
            Pengangkutan yang terdiri atas bagian tak hidup dari akar tumbuhan, yaitu dinding sel dan ruang antar sel. Air masuk dengan cara difusi, aliran air secara apoplas tidak tidak dapat terus mencapai xilem karena terhalang oleh pita kaspari (lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel dari suberin dan lignin). Dengan demikian, pengangkutan air secara apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah. Apoplas terjadi terutama pada jaringan akar yang masih muda yang sel endodermisnya belum mengalami penebalan pita kaspari. Tetapi bila jaringan akar yang sudah tua yang sel endodermisnya sudah mengalami penebalan pita kaspari, maka aliran air dengan cara apoplas akan terhalang dengan kuat. Akibat dari ini maka akan terjadi peningkatan jumlah air dan bahan terlarut, sehingga menimbulkan aliran balik yang keluar dari akar sebagai kebocoran apoplas. Hal lain juga menimbulkan naiknya potensi air sehingga memungkinkan terjadinya osmosis ke dalam sel dan dilanjutkan secara simplas menuju silinder pusat atau ke jaringan pembuluh.
2.      Simplas
          Lintasan aliran air pada pengangkutan simplas adalah sel-sel bulu akar menuju sel-sel korteks, endodermis, perisikel, dan xilem. Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata. Sistem pengangkutan ini, menyebabkan air dapat mencapai bagian silinder pusat (Lakitan, 1995: 83).

IV.             Metode Penelitian
a.      Alat dan Bahan
Alat :
1.      Elenmeyer
2.      Kaca Benda
3.      Kaca Penutup
4.      Silet
5.      Mikroskop
6.      Stopwatch
7.      Bak Air
Bahan :
1.      Bayam (Amaranthus sp.)
2.      Pacar air (Impatiens balsamina L)
3.      Air
4.      Eosin
b.      Cara Kerja
Memasukkan Eosin pekat ke dalam elenmeyer
Memotong Bayam (Amaranthus sp.) dan Pacar air (Impatiens balsamina L)
Di dalam air


 





Menekan ujung batang yang telah di potong di dalam air
Mengamati naiknya larutan eosin pada batang diamati bagian luarnya
Menghitung laju kecepatannya
Memotong batang kontrol dan yang di beri eosin lalu di taruh di kaca benda dan di tutup menggunakan kaca penutup
Mengukur waktu naiknya eosin di setiap cabang dan panjang
Mengamati di atas mikroskop
Memindahkan potongan batang tumbuhan ke elenmeyer yang berisi eosin dengan di tekan terlebih dahulu bagian ujung baru di masukkan ke dalam larutan eosin
 



















V.                Hasil Pengamatan
a.       Data 1
Kel
Tumbuhan
Parameter
Laju (cm/s)
Keterangan
Panjang
(cm)
Waktu
(s)
Diameter
(cm)
1
Pacar air
a.
b.
c.

38
5,5
10

230
488
585

0,8
-
-

0,165
0,011
0,017

2
Bayam
a.
b.
c.

20
6
4,9

300
360
420

0,5
-
-

0,15
0,06
0,011

3
Pacar air
a.
b.
c.

35
6
12

60
150
240

0,7
-
-

0,6
0,04
0,05

4.
Bayam
a.
b.
c.

16
7
5

795
180
225

0,3
-
-

0,020
0,038
0,022

b.      Data 2
Tumbuhan
Perlakuan
Gambar
Bayam
Sebelum eosin









Sesudah eosin








Pacar Air
Sebelum eosin











Sesudah eosin












VI.             Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuktian air tanah melalui berkas pengangkut dengan menggunakan eosin sebagai indikator naiknya air melalui pembuluh pengangkut. Dan bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah bayam (Amaranthus sp.) dan pacar air (Impatiens balsamina) karena batang pada tumbuhan tersebut herbaceus sehingga mudah pada saat mengamati naiknya cairan eosin melalui daun tersebut.
            Pada praktikum kali ini pertama kami memasukkan pewarna yaitu berupa eosin ke dalam elenmeyer. Kemudian kami memotong tumbuhan yang di gunakan di dalam air, dan memindahkan tumbuhan yang tangkainya tersebut lalu memindahkan ke dalam elenmeyer yang terdapat zat warna berupa eosin tersebut. Mengamati naiknya larutan eosin di dalam batang melalui pembuluh pengangkut. Dan menghitung naiknya ke tangkai pertama itu brapa lama serta menghitung panjangnya.
            Selama praktikum perhitungan laju naiknya air tanah tersebut kami menghitung brapa kecepatan eosin merambat dari ujung batang menuju ke urat-urat daun. Penentuan laju menggunakan rumus v=s/t dimana s sebagai variable panjang atau jarak dari batang hingga tangkai tempat daun yg menyerap eosin tersebut. Sedangkan t merupakan waktu yang di gunakan oleh eosin merambat dari batang hingga urat-urat daun. Lalu di bagi jarak yang sudah di ketahui dan waktu yang di butuhkan oleh tumbuhan untuk menyerap eosin hingga urat-urat daun.
            Pada kelompok 1 dan 3 menggunakan jenis tumbuhan yang sama yaitu menggunakan pacar air atau (Impatiens balsamina) pada kelompok 1 laju air berupa larutan eosin di batang adalah 0,165 cm/s dan diameter batang 0,8 cm sedangkan laju air di batang pada kelompok 3 adalah o,06 cm/s dan diamter batang 0,5. Pada kelompok 1 laju eosin lebih cepat di bandingkan dengan laju pada kelompok 3 hal ini di karenakan pada kelompok 1 diameter batang lebih lebar di bandingkan dengan bayam pada kelompok 3. Faktor internal ini dimana ketika semakin lebar diameter batang maka pembu;uh pengangkut yaitu xilem yang ada di dalamnya semakin banyak sehingga jika semakin banyak maka air yang masuk melalui pembuluh semakin banyak pula karena air yang masuk banyak maka gaya adhesi yaitu daya tarik menarik antara dinding xilem dan molekul air semakin tinggi dan laju air pun semakin cepat. Jika di bandingkan dengan diameter yang lebih kecil laju eosin lebih rendah dan lebih lambat dikarenakan pembuluh xilem yang terdapat di dalamnya sedikit tidak sebanyak pada diameter yang lebih kecil.
Hal ini juga berhubungan pada laju transpirasi pada kelompok 1 yang lebih cepat sehingga mengakibatkan naiknya air tanah melewati pembuluh xilem semakin cepat. Dimana ketika daun semakin lebar maka laju transpirasi pun semakin cepat terjadi, ketika laju transpirasi terjadi dengan cepat di dukung degan diameter yang lebih besar sehingga memiliki sel xilem yang banyak, maka laju eosin pun akan semakin cepat naik melalui pembuluh pengangkut tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Anggarwulan (2008) transpirasi berfungsi untuk menjaga stabilitas suhu daun, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal dan mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem.
            Pada bagian tangkai pacar air kelompok 1 dan 3, laju eosin pada ranting kelompok 1 adalah 0,011 memiliki panjang 5,5 cm dengan waktu 488 dari batang bagian bawah sedangkan pada kelompok 3 lajunya adalah 0,04 memiliki panjang ranting 6 cm dri batang dan waktu 150 . Berdasarkan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa laju batang hingga ranting lebih cepat pada pacar air kelompok 1 daripada kelompok 1 di karenakan panjang pada kelompok 1 di bandingkan dengan kelompok 3. Hal ini dapat terjadi dikarenakan jarak atau panjang ranting pacar air kelompok 1 lebih pendek jika di bandingkan dengan kelompok 3, maka pembuluh xilem yang membawa air lebih cepat sampai pada ranting kelompok 1, sedangkan pada ranting kelompok 3 lebih lambat di karenakan jaraknya lebih panjang dari batang ke ranting nya.
            Pada bagian ruas-ruas tulang kelompok 1 di dapatkan laju eosin untuk menyebar pada seluruh tulang daun membutuhkan laju 0,017 dan pada kelompok 3 membutuhkan laju eosin 0,05. Berarti laju untuk menyebar pada seluruh daun lebih cepat pada pacar air kelompok 1 di karenakan panjang dari ranting menuju daun memiliki panjang yang lebih pendek di bandingkan dengan panjang pada kelompok 3. Ukuran daun pada kelompok 1 lebih kecil sehingga laju eosin untuk dapat tersebar ke seluruh ruas tulang daun melalui pembuluh xilem lebih sedikit dan lebih cepat, dibandingkan dengan kelompok 3 yang memiliki ukuran daun lebar sehingga membutuhkan waktu banyak dan laju eosin pun semakin lambat.
            Kemudian selanjutnya pada kelompok 2 dan 4 menggunakan bahan yang sama yaitu bayam (Amaranthus sp.) yang memiliki struktur yang sama yaitu berbatang herba akan tetapi memiliki laju eosin yang masuk ke dalam pembuluh xilem berbeda. Pada hasil pengamatan dibagian batang pada kelompok 2 memiliki laju eosin 0,15 cm/s dan diameter batang 0,5 cm dan pada kelompok 4 di dapatkan hasil laju eosin pada batang 0,02 dan diameter 0,3 cm. Sehingga dapat kita ketahui laju eosin yang paling cepat adalah pada batang bayam kelompok 2 dibandingkan dengan kelompok 4 dikarenakan diameter pada kelompok 2 lebih besar daripada kelompok 4, sehingga pada semakin lebar diameter maka akan memiliki pembuluh pengangkut berupa xilem lebih banyak yang berperan dalam pengangkutan air, dan menyebabkan proses pengangkutan air lebih cepat. Sehingga dapat kita ketahui semakin lebar diameter batang maka laju air tanah akan semakin cepat di karenakan adanya sel-sel xilem yang semakin banyak. Sedangkan jika diameter batang semakin kecil maka laju air tanah melewati pembuluh pengangkut akan semakin lambat dikarenakan tidak memiliki banyak sel xilem, sehingga penyerapan airnya pun berkurang.
            Laju transpirasi juga berpengaruh terhadap naiknya eosin melalui pembuluh pengangkut xilem, dimana semakin tinggi temperatur dari luar tumbuhan akan mengakibatkan semakin banyak air yang keluar berupa uap air dari stomata melalui proses transpirasi. Sehingga ketika laju transpirasi semakin cepat maka laju air tanah melalui pembuluh pengangkut akan semakin cepat, karena adanya gaya kohesi yaitu pergantian molekul air yang keluar yang akan di gantikan oleh molekul air yang berada di blakangnya sehingga akan terus menerus seperti itu dan tumbuhan akan sangat membutuhkan air karena kehilangan banyak air dan harus menggantinya dengai air juga. Hal tersebut sesuai dengan teori Kiswanto (2011) transpirasi diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi bagi tanaman berguna untuk mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.
            Kemudian laju pada bagian ranting kelompok 2 dan kelompok 4, pada kelompok 2 memiliki laju eosin 0,06 sedangkan pada kelompok 4 laju eosinnya 0,038. Maka dapat kita ketahui bahwa laju pada bagian ranting lebih cepat pada kelompok 4 dikarenakan panjang dari batang ke ranting pada kelompok 4 lebih pendek di bandingkan dengan pada kelompok 4 sehingga pengangkutan air melalui xilem terlebih dahulu sampai pada ranting jarak yang lebih pendek sehingga lajunya pun lebih cepat di bandingkan dengan kelompok  2 yang memiliki jarak menuju ranting yang lebih panjang lajunya tidak secepat pada kelompok 4.
            Lalu laju pada bagian ruas-ruas daun, pada bagian ruas-ruas daun ini laju kelompok 2 adalah 0,011 sedangkan pada kelompok 4 adalah 0,022. Sehingga dapat kita ketahui bahwa laju menyebarnya eosin melalui pembuluh pengangkut yaitu xilem melalui ruas-ruas tulang daun nya lebih cepat pada kelompok 2 hal ini dapat terjadi di karenakan waktu menyebarkan eosin ke seluruh ruas-ruas tulang daun lebih cepat sehingga ketika waktunya lebih cepat maka laju eosin pun juga lebih cepat, hal ini dapat terjadi karena ukuran atau luas permukaan daun lebih kecil sehingga mudah sekali menyebar. Sedangkan pada kelompok 4 memiliki waktu yang relatif lama untuk laju eosinnya karena luas permukaan dari daunnya lebih lebar sehingga laju eosinnya pun lebih lambat.
Faktor yang mempengaruhi air tanah melewati berkas pengengkut ada dua yaitu faktor internal atau dalam dan faktor eksternal atau luar. Ada faktor internal yang berasal dari dalam tumbuhan yang mempengaruhi naiknya air tanah melewati berkas pengangkut yaitu tekanan akar dari tumbuhan tersebut dimana nantinya akar akan menyerapi air dan akan mendorong air ke atas ke dalam pembuluh pengangkut. Kemudian kapilaritas yang ketika air masuk melalui bulu akar kemudian ke epidermis, korteks, endodermis, floem kemudian ke pembuluh xylem pada saat sampai di pembuluh xylem molekul-molekul air naik ke atas karena adanya tarikan dinding bagian dalam xylem oleh gaya adhesi yaitu gaya tarik menarik antara molekul air dengan dinding xylem. Kemudian faktor internal selanjutnya sel pemompa yaitu pergerakan vertikal air dari akar ke daun yang di lakukan oleh sel-sel khusus yang memompa air ke atas. Dan juga jumlah xilem pada pembuluh pengangkut sangat berpengaruh terhadap laju eosin di dalam jaringan pengangkut.
Hal tersebut sesuai dengan teori Gardner (1991 : 125) ada beberapa faktor dalam yang mempengaruhi naiknya air tanah adalah tekanan akar berdasarkan fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar. Kemudian yang kedua kapilaritas merupakan gejala yang timbul akibat interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi.kemudian yang ketiga sel pemompa pergerakan vertikal air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup. Dan yang ke empat adalah kohesi: penyerapan vertikal air dalam tanaman dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam pembuluh xilem.
Kemudian faktor eksternal yang mempengaruhi air tanah melewati pembuluh pengangkut adalah pertama temperatur udara dimana semakin tinggi temperatur maka air tanah yang masuk ke pembuluh pengangkut semakin banyak. Dan intensitas cahaya yang nanti akan berhubungan dengan transpirasi ketika cahaya matahari panas maka akan mengakibatkan transpirasi semakin tinggi, air yang keluar melalui stomata yang berupa uap air akan keluar melalui stomata, ketika air yang keluar semakin banyak maka tarikan dari transpirasi akan mengakibatkan bulu akar semakin banyak menyerap air dan air yang melalui pembuluh pengangkut akan semakin banyak dan semakin cepat laju air tanah di dalam pembuluh pengangkut.
            Hal tersebut sesuai dengan teori Dwidjoseputro (1989: 74) yang pertama adalah temperatur udara, makin tinggi temperatur kecepatan transpirasi akan semakin tinggi maka laju air tanah dalam pembuluh xilem akan semakin cepat. Begitu juga dengan instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi juga akan semakin tinggi jika transpirasi semakin tinggi maka laju air tanah yang melewati xilem akan semakin cepat.
            Kemudian pada praktikum selanjutnya kami melakukan pemotongan pada bagian batang yang kontrol dan juga yang sudah di lewati eosin, kemudian menetesi kaca benda dengan air dan menaruh potongan dari batang yang telah di potong dan di tutup dengan menggunakan kaca penutup. Dan mengamati dengan menggunakan mikroskop. Lalu hasil pengamatan pada kelompok 3 dan kelompok 4, pada kelompok 3 yang menggunakan pacar air di dapatkan pembuluh xilem pada kondisi kontrol  tidak memiliki warna artinya pembuluh xilem belum terwarnai dengan menggunakan eosin karena kontrol memang tidak di beri eosin, kemudian pada pembuluh xilem yang telah di lewati oleh eosin keluar berwarna merah yaitu pewarna eosin tersebut yang keluar hal ini menandakan bahwa eosin yang ibaratkan sebagai air tanah naik ke atas melewati pembuluh pengangkut tepatnya melewati pembuluh xilem.
            Lalu pada kelompok 4 menggunakan bayam (Amaranthus sp.) di dapatkan hasil bahwa pada kontrol terlihat pembuluh xilem yang belum terwarnai dengan eosin, dan pada pembuluh pengangkut yaitu pembuluh xilem yang di beri eosin terlihat cairan eosin yang naik ke atas melalui pembuluh xilem dengan indikator terdapat cairan eosin yang keluar dari xilem tersebut, sehingga kami dapat membuktikan bahwa air tanah naik ke tas atau ke seluruh bagian tumbuhan melalui pembuluh pengangkut tepatnya pembuluh xilem. Jika di bandingkan antara jaringan pengangkut antara jaringan bayam pada kelompok 4 dan jaringan pada batang pacar air kelompok 3, jaringan pengangkut berupa xilem pada batang bayam atau pada kelompok 4 lebih terlihat jelas larutan eosin yang keluar pada xilem bayam jika di bandingkan dengan jaringan pengangkut pada kelompok 3 yaitu batang pacar air yang tidak terlihat jelas jaringan pengangkutnya berupa xilem, hanya terlihat warna merah pada seluruh jaringan tidak terlihat keluar pada xilem pacar air. Hal ini dapat terjadi mungkin di karenakan pada jaringan pacar air, praktikan teralu tebal pada saat memotong bagian batangnya mengakibatkan ketika di lihat di atas mikroskop terlihat padat dan jaringan xilem nya tidak jelas.
            Fungsi eosin sendiri adalah sebagai indikator bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan melewati pembuluh pengangkut. Eosin ini di gunakan sebagai pewarna sehingga kita mudah melakukan pengamatan air tanah yang melewati pembuluh pengangkut dengan jelas dari luar tubuh tumbuhan karena warna merah dari pewarna ini. Hal sesuai dengan teori Junquera (2007) eosin adalah metode pewarnaan yang banyak digunakan dalam dalam pewarnaan jaringan sehingga ia di perlukan dalam diagnosa medis dan penelitian. Eosin bersifat asam. Ia akan memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula sekretoris dan kolagen. Tidak seperti hematoksilin, eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen menjadi warna merah muda.  Eosin bersifat asam akan menarik zat/ larutan yang bersifat basa sehingga akan berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan menarik zat /larutan yang bersifat asam sehingga berwarna merah.
           
           
            Fungsi pemencetan batang adalah supaya air atau cairan pewarna cepat masuk pada pembuluh pengangkut. Dan juga supaya di dalam jaringan tidak ada udara yang masuk sehingga air mudah masuk ke dalam pembuluh pengangkut. Supaya kerja dari pembuluh xilem ini tidak terganggu sehingga pada saat di masukkan ke larutan eosin air langsung naik karena kondisinya tidak berubah.

VII.          Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kami berhasil melakukan pembuktian naiknya air tanah melalui pembuluh pengangkut. Hal tersebut dapat di buktikan dengan pengamatan mikroskopik yang kami lakukan dengan menggunakan mikroskop pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) dan tumbuhan bayam (Amaranthus sp.) yang awalnya jaringannya terlihat bening dan hijau, menjadi hijau kemerahan yang menandakan eosin yang di ibaratkan sebagai air tanah masuk melalui pembuluh pengangkut (xilem dan floem). Air tanah melewati pembuluh pengangkut di pengaruhi oleh 2 faktor internal dan faktor eksternal, faktor internalnya adalah banyak tidaknya xilem, daya adhesi, daya kohesi, kapilaritas batang dan juga transpirasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah suhu, kelembaban udara, dan diameter batang.









DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D.1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Utama
Gardner, F.P., R. E. Pearce., & R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.  Jakarta: UI press
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tanaman. Jember: Universitas Jember Press
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tanaman Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Kiswanto. 2011. Pertumbuhan dan Hasil jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dan Jahe (Zingiber officinale) pada Sistem Agroforestri Jati di Zona Ledok Wonosari Gunung Kidul. Jurnal pertanian. Vol 1: Halaman 1-17
Anggrawulan, Endang. 2008. Karakter Fisiologi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) pada variasi naungan dan Ketersediaan Air. Jurnal Biodiversitas. Vol 9: Halaman 264-268





LAMPIRAN
Kelompok.
Gambar
1.
2.
3.
4.

                            
                            


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates