Kamis, 23 Juni 2016

# fisiologi hewan

Rangkuman Jurnal Internasional Fisiologi Hewan Ketajaman penglihatan, sensitivitas dan binokular pada kelelawar pemakan serangga Macrotus californicus (Chiroptera: Phyllostomidae)

Nama : Rose Lolita
Nim : 130210103027

Ketajaman penglihatan, sensitivitas dan binokular pada kelelawar pemakan serangga
Macrotus californicus (Chiroptera: Phyllostomidae)
           
Pendahuluan

Penglihatan michiroptera dapat di pelajari secara luas, melalui beberapa penemuan yang mengindikasikan bahwa banyak anggota dari kelelawar memiliki mata yang sama dengan mamalia nocturnal kecil lainnya. Beberapa author atau penulis berpendapat bahwa ketajaman penglihatan dan sensitivitas pada kelelawar bervariasi. Misalnya pada Desmodus rotundus memiliki ketajaman penglihatannya dengan resolusi 48’ pada 310 lux. Untuk menentukan respon penglihatan dari famili kelelawar menunjukkan beberapa Microchiroptera memiliki kemampuan penglihatan di bawah penerangan pada umumnya. Mereka dapat menemukan makanan seperti buah-buahan dan nektar dengan sangat cepat karena memiliki daya sensitivitas nocturnal yang sangat tajam contohnya seperti Anoura dan Carollia memiliki ketajam sekitar 0-29 . Sedangkan pada spesies kelelawar pemakan serangga memiliki penglihatan yang rendah dengan ketajaman yang umumnya sekitar 3-6  contohnya Myotis lucifugus.
Penglihatan pada kelelawar dapat di indentifikasi berdasarkan kebiasaan dan pengelakan atau penghindaran pada saat di berikan rintangan. Yang paling penting pada penglihatan kelelawar adalah ekolokasi yang berbeda pada setiap kelelawar, perbedaan ini terjadi karena beberapa faktor yaitu strategi mendapatkan makanan, bertengger dan kebiasaan mencari jodoh dan waktu aktivitasnya. Perbedaan yang paling dalam adalah refleks kurang lebih 40 lipatan dengan jarak yang relatif karena memiliki ukuran mata pada kelelawar berbeda. Ada beberapa kategori dari kelelawar berdasarkan kemampuan penglihatannya, sebagai “nocturnal insectivorous” atau hewan nosturnal pemakan serangga (dengan penglihatan yang sangat rendah) dan secara parsial pemakan serangga.
Akhir-akhir ini, di temukan ketajaman penglihatan pada Macrotus californicus yaitu kelelawar kecil padang pasir yang mengumpulkan makanan, dengan menggunakan penglihatannya untuk mengetahui mangsanya, produksi ekolokasi dapat di panggil ketika penerangan cukup untuk mencari makanan menggunakan penglihatan. Macrotus californicus memproduksi intensitas cahaya rendah, memiliki frekuensi tinggi, frekuensi di atur oleh pemanggilan pada saat ekolokasi, dan dapat mengetahui mangsanya sebagai efisiensi dari total kegelapan yang di gunakan untuk ekolokasi berdasarkan penerangan dengan menggunakan penglihatan. Tujuan pada penelitian kali ini menggunakan Macrotus californicus adalah untuk mengetahui test-test kebiasaan pada beberapa penentuan kuantitatif kemampuan penglihatan.


Metode penelitian

Untuk menentukan ketajaman penglihatan kami menggunakannsistem optomotor. Test yang di lakukan dilakukan pada kadang silindris yang memiliki diameter 12 cm dan tinggi 20cm. Kelelawar memiliki penyarigan level cahaya  pada sistemnya selama 30 menit dengan rotasi dari pergerakan tangan 1-5 rpm. Jika kelelawar memecahkan garis  ketika terjadi perlambatan rotasi penglihatan maka penglihatannya mengalami perlebaran. Untuk menyeimbangkan penglihatan kelelawar ini menggunakan tubuhnya. Suatu level dapat di pelajari menggunakan lebar garis yang nantinya mengindikasikan bahwa kelelawar merespon pergerakan pada garis. Kita menggunakan tanda garis dengan garis dengan jarak 1 , 30’, 15’, 3’38’’ jika di lihat dariposisi kelelawarpada tes cage. Kelelawar merespon minimum garis dengan lebar 3’38’’ dimana dengan garis putih sebagai control, untuk menjelaskan respon pergerakan dari garis tersebut dan tidak perlu di ketahui vibrasi atau rotasi dari drum. Untuk kelelawar yang sensitifnya rendah, garis lebarnya di bawah garis minimum darikontrol.
Untuk mengetahui efek dari penyinaran pada ketajaman penglihatan, kita menggunakan tes optomor yang berbeda dengan tingkatan pemberian penyinaran yang berbeda. Tong atau drum di berikan penyinaran dari atas akan tetapi penyinarannya lemah 100-W lampu pijar yang di gunakan  begerak melalui filter yang memiliki lebar 460-580 nm, nantinya spektrun cahaya in akan di serap oleh pigmen penglihatan pada kelelawar. Kelelawar yang di berikan test berhubungan dengan penyinaran, dan sumber cahaya pada situasi ini di letakkan di sekitar tong atau drum promotor. Jadi metode promotor ini merupakan metode yang di gunakan untuk mengetahui ketajaman penglihatan padakelelawar dengan memberikan intensitas cahaya tertentu pada drum atau rong optomor, di dalam drum ini terdapat kelelawar, menilai ketajamannya dengan respon yang di berikan oleh kelelawar itu sendiri.

Pembahasan dan Hasil

Pada demonstrasi Macrotus jika dilakukan perbandingan dengan kemampuan penglihatan dengan A.pallidus and E.fuscus. Berdasarkan tabel yang ada hasil penelitian di temukan bahwa Macrotus memang merespon rotasi dari garis hanya 3’38’’ dari sudut 82% dengan 40 kali percobaan. Pada tabel terlihat kemerosotan respon karena jarak intensitas cahaya yang di gunakan. A.pallidus memiliki nilai 10% pada 3’38’’, bahkan pada tinggi penyinaran tapi sebenarnya merespon 98% dari tes garis yang di lakukan pada 15’, kemudian terjadi kemerosotan respon lagi dengan intensitas cahaya yang berkurang. Pada demonstrasi penglihatan E.fuscus memiliki penglihatan yang paling miskin atau rendah.
Dari ketiga spesies yang di gunakan, A.pallidus adalah yang paling responsif terhadap bidang visual yang bergerak, dan terbukti lebih sulit pada saat tes, pada suatu tes, di bawah penyinaran dengan menggunakan garis, ada beberapa individu yang tertidur dengan mengabaikan proses atau tes yang di berikan. Kami mendapatkan keakuratan pada hasil negatif  A.pallidus pada kewaspadaan yang terlihat pada saat test yag diberikan. M.californinicus sangat waspada terhadap pergerakan yang di berikan pada drum atau tong, dimana kelelawar ini memberikan respon yang di timbulkan dengan suaranya yang melengking.
Hasil dari penelitian kali ini ketiga spesies yang di gunakan memiliki pelebaran monokular yang sama, akan tetapi pada mata M.californinicus pada posisi anterior  memiliki kedua binokular jika di bandingkan dengan spesies lainnya.
Dimana sensitifitas M.californinicus terhadap kecerahan sama dengan spesies lainnya. Kemudian pada spesies kelelawar E.fucus membuat 90% respon yang benar terhadap kecerahan sederhana yang kurang dari  mL, melalui respon yang optimal sekitar 1mL. Daerah putih pada retina menerima elektroretinografik yang di berikan dan meresponnya yaitu pada spesies Myotis myotis pada  mL, dan merespn penuh pada kecerahan  mL. Pada demonstrasi perlakuan E.fucus stimulasi 1-5  m L, tapi hasil yang di dapatkan test pada hewan mendeteksi titik sumber cahaya pada latar belakang hitam sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.
Ketajaman penglihatan pada M.californinicus merupakan hal yang menarik karena mereka mengembangka penglihatan untuk strategi perburuan mereka. M.californinicus pada keadaan diam penglihatannya dapat melihat partikel makanan sebesar 2x5 mm pada jarak kurang lebih 0-5mm

Kesimpulan


            Dari ketiga spesies yang di lakukan perlakuan yang sama di dapatkan spesies yang paling responsif terhadap perlakuan yang di berikan adalah A.pallidus karena hanya spesies ini yang merespon bidang visual serta penyinaran yang di berikan akan tetapi A.pallidus tidak waspada terhadap rintangan yang di berikan. Lalu yang memiliki kewaspaan yang tinggi terhadap pergerakan yang di berikan adalah M.californinicus. Kemudian yang memiliki penglihatan yang paling rendah adalah E.fuscus. Jadi ketajaman penglihatan pada beberapa spesies kelelawar yang paling tajam adalah A.pallidus, kemudian M.californinicus, dan yang terakhir yang penglihatannya paling rendah adalah E.fuscus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates