Selasa, 14 Juni 2016

# fisiologi hewan

Jurnal fisiologi hewan "Toleransi Osmotik Eritrosit Hewan Poikilotermik Dan Homoiotermik Terhadap Berbagai Tingkat Kepekaan Medium"



Toleransi Osmotik Eritrosit Hewan Poikilotermik Dan Homoiotermik Terhadap Berbagai Tingkat Kepekaan Medium
Tolerance osmotic erythrocytes animals poikilotermik and homoiotermik to the various levels sensibility medium
Rose Lolita, 130210103027, Fisiologi hewan kelas C
Program studi pendidikan biologi
Universitas Jember

Abstract

The purpose in this observation for to know tolerance osmotik erythrocytes in the animals poikilotermik dan homoiotermik to the various levels sensibilityOsmosis is flows solvent the substance of the hipotonis solute to the solvent hipertonis substance .Animals poikilotermik generally have a liquid erythrocytes that isotonis with 0,7 % nacl while animals homoiotermik having a liquid eritroset that isotonis with 0,9 % nacl .There are 2 medium the medium hipotonis and hipertonis .Where hipotonis solution is a solution having low concentration causing widespread when blood cells on animals in put in solution these will result in a liquid went into the cell and finally since too full results in a cell lysis or break .And hipertonis solution is a solution has resulted in water high concentration found in cell into all out so there krenasi .

Keywords: poikilotermik , homoiotermik , hipotonis , hipertonis

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya toleransi osmotik eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai tingkat kepekatan medium. Osmosis sendiri merupakan peristiwa mengalirnya zat pelarut dari daerah hipotonis zat terlarut ke daerah hipertonis zat pelarut. Hewan poikilotermik umumnya memiliki cairan eritrosit yang isotonis dengan 0,7% NaCl sedangkan hewan homoiotermik memiliki cairan eritroset yang isotonis dengan 0,9% NaCl. Terdapat 2 medium yaitu medium hipotonis dan hipertonis. Dimana larutan hipotonis merupakan larutan yang memiliki konsentrasi rendah sehingga mengakibatkan apabila sel darah pada hewan di masukkan ke dalam larutan ini akan mengakibatkan cairan masuk ke dalam sel dan akhirnya karena terlalu penuh mengakibatkan sel lisis atau pecah. Dan larutan hipertonis merupakan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi mengakibatkan air yang terdapat di dalam sel menjadi keluar semua sehingga terjadi krenasi.
Kata kunci: Poikilotermik, Homoiotermik, Hipotonis, Hipertonis

1.      PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang



Bentuk dan ukuran sel darah merah tergantung dari jenis hewan. Pada mamalia sel darah merah tidak mempunyai inti, bentuknya bulat dan bikonkaf. Pada umunya sel darah merah tidak berinti mempunyai ukuran lebih  kecil di bandingkan dengan sel darah merah yang berinti mempunyai ukuran lebih kecil di bandingkan dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah yang paling besar terdapat pada amphibia. Pada manusia sel darah merahnya mempunyai ukuran sebagai berikut : diameter rata-rata 7,5 mikron, sedangkan tebalnya adalah 1 mikron di bagian tengah dan 2 mikron di bagian tepi dan luas pemukaannya 120 mikron (Wulangi, 1993: 23).
            Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakan dinding sel, substansi seperti spons yang disebut stroma. Analisis kimia membuktikan bahwa dinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu ptrotein dan lipid. Kombinasi protein dan lipid ini disebut dengan lipo-protein (Wulangi, 1993: 23).
            Hewan dapat memiliki suhu tubuh yang bervariasi atau konstan. Hewan yang suhu tubuhnya bervariasi seturut lingkungan disebut poikiloterm (dari kata yunani poikilos, bervariasi). Sebaliknya, homoeterm memiliki suhu tubuh yang pasti antara sumber panas dan stabilitas suhu tubuh. Misalnya, kebanyakan ikan laut dan invertebrata ektotermik menghuni perairan dengan suhu yang se demikian stabil hingga suhu tubuhnya kalah bervariasi daripada suhu tubuh endotermik menghuni perairan dengan suhu yang sedemikian stabil hingga suhu tubuhnya kalah bervariasi daripada suhu tubuh endoterm seperti manusia dan mamalia lain (Campbell, 2004: 16).
            Sel darah merah/eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat semi permiabel terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar eritrosit, dan mempunyai batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit. Tekanan membran eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan tekanan osmosis membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit menahan tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau fragilitas (Siswanto, 2014). Osmosis sendiri merupakan proses difusi air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi (Rudy, 2006).
Larutan osmosis dengan sistem terner antara sukrosa dan NaCl, gula yang diserap akan semakin meningkat dengan adanya peningkatan NaCl dengan konsentrasi tinggi dalam larutan hipertonik. Molekul NaCl masuk ke dalam jaringan sehingga mendapatkan molekul sukrosa yang terdapat dalam larutan akan mengikuti masuk ke dalam bahan (Kartika, 2015).

1.1     Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah;
Untuk mengetahui besarnya toleransi osmotik eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai tingkat kepekaan medium

1.2     Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari di lakukannya penelitian ini adlaah;
Diharapkan dapat mengetahui besarnya toleransi osmotik eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai tingkat kepekaan medium.


2.         METODOLOGI PENELITIAN

2.1     Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 1 oktober 2015 di Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

2.2     Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: Sel darah merah Mus muculus dan Mabuya multifaciata, air, NaCl 0,7%, NaCl 0,6%.

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Kaca benda, Kacat penutup, mikroskop, pipet, alat seksio, jarum bentul

2.3     Metode Penelitian

Penelitian ini pertama membunuh mencit dengan menggunakan dislokasi leher dan pembiusan klorofrom hingga mencit menjadi mati kemudian, pastikan mencit sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Lalu membelah bagian tengah mencit dengan menggunakan alat seksio. Melihat bagian jantungnya dan potong bagian pembuluh darah yang besar di mencit tersebut. Lalu mengambil darah dengan menggunakan pipet teteskan pada kaca benda lalu beri 2 perlakukan di tetesi dengan NaCl 0,7% dan satu lagi di berikan NaCl 0,9%. Begitu juga pada kadal, kadal di matikan dengan menggunakan klorofrom, pastikan kadal dalam keadaan mati di bedah bagian perutnya dengan menggunakan alat seksio lalu potong kapiler darah yang besar pada bagian jantungnya lalu ambil darah dengan menggunakan pipet teteskan di atas kaca benda, lalu lakukan perlakukan di tetesi dengan NaCl 0,7% dan satu lagi di berikan NaCl 0,9%. Untuk melihat perilaku atau konidisi sel darah merah jika di berikan perlakuan.


3.      HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil yang kami dapatkan hasil pada kelompok 1 yang menggunakan darah mencit ketika di lihat kontrolnya yaitu tidak di berikan perlakukan apapun sel darah merah mencit normal artinya sel tidak berubah sama sekali karena tidak di berikan perlakuan apapun. Dan hasil selanjutnya ketika sel darah di beri aquades sel menjadi lisis artinya sel menjadi pecah hal ini di karenakan aquades merupakan larutan berkonsentrasi rendah atau hipotonik, karena konsentrasi di dalam sel lebih rendah mengakibatkan pelarut yang berada di luar yaitu konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang berkonsentrasi rendah, karena membran eritrosit tidak lagi mampu menahan tekanan zat yang masuk mengakibatkan sel pecah atau mengalami lisis.
            Begitu juga yang terjadi pada hasil kelompok 2 dimana menggunakan sel darah kadal di dapatkan hasil kontrol sel darah merah normal sedangkan sel darah kadal yang darah nya di beri aquades sel menjadi lisis artinya sel menjadi pecah hal ini di karenakan aquades merupakan larutan berkonsentrasi rendah, karena konsentrasi di dalam sel lebih rendah mengakibatkan pelarut yang berada di luar yaitu konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang berkonsentrasi rendah, karena membran eritrosit tidak lagi mampu menahan tekanan zat yang masuk mengakibatkan sel pecah atau mengalami lisis.
            Hal tersebut menandakan bahwa toleransi osmotik dari eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik terhadap larutan hipotonis sama utamanya terhadap larutan aquades. Dimana sel darah merah pada hewan poikilotermik yaitu kadal dan hewan homoiotermik yaitu mencit ketika di beri aquades sama-sama menjadi lisis karena terjadinya proses osmosis zat pelarut dari luar sel masuk ke dalam sel.
            Kemudian hasil pengamatan pada darah kadal kelompok 3 di dapatkan hasil darah yang di beri larutan NaCl 0,7% tidak mengalami perubahan artinya sel darah merah dalam kondisi normal. Sedangkan pada sel darah kadal yang di beri larutan NaCl 0,9% sel darah merah mengalami lisis. Kemudian pada sel darah merah yang di beri Larutan NaCl 1% mengalami krenasi.
            Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada kelompok 4 ini sesuai dengan teori yang ada dimana sel normal di temukan pada larutan NaCl 0,7% menandakan bahwa eritrosit pada hewan poikilotermik yaitu kadal isotonis dengan NaCl 0,7% artinya memiliki konsentrasi yang sama dengan NaCl 0,7% dan pada larutan tersebut tidak mempengaruhi sel darah merah. Sehingga sekarang kita dapat membuktikan bahwa eritrosit pada hewan poikilotermik yaitu kadal sama dengan atau isotonis dengan larutan NaCl 0,7% karena tidak mengalami perubahan pada saat diberikan larutan tersebut. Sedangkan pada NaCl 0,9% sel darah merah pada hewan poikilotermik yaitu kadal mengalami lisis artinya larutan tersebut merupakan larutan hipotonis bagi sel darah pada hewan poikilotermik yaitu kadal, lisis atau hemolisis sendiri dapat terjadi di karenakan masuknya zat pelarut dari luar sel yang merupakan konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang merupakan konsentrasi rendah yang mengakibatkan membran plasma tidak lagi kuat menahan larutan dan akhirnya pecah atau lisis kejadian ini dinamakan dengan osmosis erirosit. Kemudian ketika sel darah merah pada hewan poikilotermik ini di berikan larutan NaCl 1% mengalami perpindahan zat terlarut dari konsentrasi rendah ke konsentrasi, dari dalam sel darah merah ke luar sel mengakibatkan sel kehilangan banyak sekali cairan dan sel darah pun berkerut dan akhirnya mengalami krenasi hal ini menandakan terjadi nya osmosis, dan larutan NaCl 1% merupakan hipertonis terhadap sel darah merah pada kadal yaitu hewan poikilotermik.
            Selanjutnya pada kelompok 3 dan 4 yang sama-sama menggunakan sel darah merah mencit yaitu hewan homoitermik dan mendapatkan hasil yang sama ketika di berikan perlakuan pemberian larutan NaCl yang konsentrasinya berbeda. Ketika di berikan NaCl 0,7% mengalami lisis berkebalikan dengan yang terjadi pada hewan poikilotermik. Lalu ketika di berikan larutan NaCl 0,9% sel darah merah pada hewan homoiotermik tidak mengalami perubahan apapun sel darah normal. Kemudian ketika di berikan NaCl 1% sel darah merah mengalami krenasi sama dengan pada hewan poikilotermik.
            Berdasarkan penelitian dan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa pada saat di berikan larutan NaCl 0,7% sel darah merah pada mencit mengalami lisis artinya terjadi osmosis dimana zat pelarut masuk ke dalam sel dari konsentrasi tinggi di luar sel menuju ke konsentrasi yang lebih rendah yaitu di dalam sel, sehingga mengakibatkan sel menggembung dan tidak mampu menahan pelarut yang masuk sehingga mengakibatkan membran sel menjadi pecah dan mengalami lisis. Ketika di berikan perlakuan selanjutnya yaitu di tetesi dengan NaCl 0,9% sel darah merah pada hewan homoiotermik tidak mengalami perubahan artinya larutan tersebut tidak memperngaruhi sel darah merah karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi sel darah merah, sehingga dapat kita ketahui bahwa larutan NaCl 0,9% isotonik terhadap sel darah merah pada hewan homoitermik sesuai dengan teori yang ada. Kemudian sel darah merah mencit ketika di berikan larutan NaCl 1% mengalami krenasi artinya terjadi perpindahan zat terlarut dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi terjadilah proses omsosis yang mengakibatkan sel menjadi mengkerut dan akhirnya megalami krenasi.


4.      KESIMPULAN

Besarnya toleransi osmotik eritrosit pada hewan poikilotermik dari hasil yang kami dapatkan adalah isotonik terhadap larutan NaCl 0,7%,hipertonik terhadap larutan NaCl 1%, dan hipotonik terhadap larutan NaCl 0,9% dan aquades. Sedangkan toleransi osmotik pada hewan homoiotermik isotonik terhadap larutan NaCl 0,9%, hipotonik terhadap terhadap larutan NaCl 0,7% dan aquades, serta hipertonik terhadap larutan NaCl 1%. Sehingga dapat kita ketahui bahwa sel darah merah hewan poikilotermik isotonik dengan NaCl 0,7% sedangkan sel darah merah hewan homoiotermik isotonik terhadap larutan NaCl 0,9%.





DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kartika, Priska, Nur. 2015. Studi Pembuatan Osmodehidrat Buah Nanas (Ananas comosus L Merr): Kajian Konsentrasi Gula dalam Larutan Osmosis Dan Lama Perendaman. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 3: Halaman 1-11

Rudy, M, Mukhlis. Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Terhadap NaCl 0,9%  Keseimbangan Asam-Basa pada Pasien Sectio Caesaria dengan Anestesi Regional.Jurnal penelitian. Vol 1: 14-77

Siswanto. 2014. Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi Bali. Jurnal Veteriner. Vol 15: Halaman 1-4

Wulangi, S, Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisologi Hewan. Bandung: ITB Press



































LAMPIRAN

Kel
Bahan
Kontrol
Aquadest
NaCl 0,7%
NaCl 0,9%
NaCl 1%
1.
Sel darah mencit
Perbesaran 1000x
Perbesaran 400x



2.
Sel darah kadal
Perbesaran 400x
Perbesaran 1000x



3.
Sel darah mencit


Perbesaran 400x
Perbesaran 400x
Perbesaran 400x
4.
Sel darah kadal


Perbesaran 1000x
Perbesaran 1000x
Perbesaran 1000x
5.
Sel darah mencit


Perbesaran 100x
Perbesaran 100x
Perbesaran 1000x






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates