Senin, 13 Juni 2016

# fisiologi tumbuhan

Laporan Fisiologi Tumbuhan Difusi Osmosis




LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Difusi dan Osmosis: Permeabilitas Membran Sel dan Plasmolisis”


Oleh:
Nama                               : Rose Lolita
NIM                                 : 130210103027
Kelas                                : C
Kelompok                        : 4



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
       I.            Judul
Difusi dan Osmosis: Permeabilitas Membran Sel dan Plasmolisis

    II.            Tujuan
1.      Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel
2.      Mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan
 III.            Dasar Teori
            Mekanisme lalu lintas membran sel di bedakan menjadi dua yaitu tanspor pasif dan transport aktif. Transpor pasif merupakan difusi suatu zat melintasi membran biologis tanpa pengeluaran energi, misalnya: difusi dan osmosis. Sedangkan transpor aktif merupakan  pergerakan zat melintasi membran plasma dengan diiringi penggunaan energi akibat adanya gerakan yang melawan gradient konsentrasi yang diperantai oleh membran plasma, misalnya transport natrium-kalium, eksositosis dan endositosis (Campbell. 2010: 143).
            Dalam hal ini menurut Campbell (1999 : 147) difusi adalah perpindahan zat (gas, padat atau cair) tanpa melewati membrane, dari daerah yang konsetrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah sehingga konsetrasi zat menjadi sama.
            Menurut Salisbury (1995: 32) difusi merupakan pergerakan neto dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul ion. Pada umumnya air dan bahan yang larut di dalamnya, masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa, melainkan satu persatu molekul setiap kali. Karena difusi zat cair yang menempuh jaraj makroskopik itu berlangsung lambat, dan aliran massa gas dan zat cair sangatlah lazim,maka difusi bukanlah suatu kejadian yang mudah terlihat. Walaupun demikian, sebenarnya di fusi mudah untuk di amati.
            Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi, dimana molekul air akan berdifusi dari potensial air lebih tinggi di luar menuju potensial air yang lebih rendah dalam larutan sel artinya air akan berdifusi dari potensial air lebih tinggi di luar menuju potensial air yang lebih rendah dalam larutan sel. Artinya air akan berdifusi menuruni gradien potensial air ke dalam larutan. Akibatnya, tekanan di dalam sistem membesar, yang menyebabkan naiknya cairan dalam tabung osmometer laboratorium atau naiknya tekanan pada dinding sel (Salisbury. 1995: 45).
            Menurut Salisbury (1995: 5) semua sel memiliki membran yang berfungsi membungkus isinya, tapi sel hewan dan sel beberapa protista tak berdinding-hanya bermembran, yang kadang sangat khusus. Sel muda yang sedang tumbuh, beberapa macam sel penyimpan, sel yang melakukan fotosintesis di daun, semua sel parenkim, dan beberapa jenis sel lain hanya mempunya sel dinding primer. Dinding ini tipis dan terbentuk selagi sel sedang tumbuh. Dinding sel membungkus protoplas yang meliputi membran plasma dan semua yang ada di dalamnya. Membran ini biasanya melekat erat pada dinding karena adanya tekanan dari cairan di dalam.
            Menurut Lehninger, (1928: 89) secara umum, membran plasma memiliki beberapa peran penting yaitu:
a.       Sebagai pembatas lingkungan sitosolik dan lingkungan non sitosolik.
b.      Mengatur permeabilitas terhadap senyawa-senyawa atau ion yang melewatinya, sifat permeabilitas ini diatur oleh protein integral/protein transmembran.
c.        Protein membran berfungsi sebagai enzim khusus, misalnya pada membran mitokondria, kloroplast, retikulum endoplasma, aparatus Golgi, membran sel dan lain-lain.
d.      Membran sebagai kelompokan molekul yang dapat berfungsi sebagai reseptor terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, macam dan intensitas cahaya.
            Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
            Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).
 IV. Metode Penelitian
4.1  Alat dan Bahan


Alat:
1.      Tabung reaksi
2.      Stopwatch
3.      Kompor listrik
4.      Thermometer
5.      Mikroskop
6.      Kaca benda dan kaca penutup
7.      Silet/pisau
8.      Pipet tetes
Bahan:
1.      Umbi kunyit
2.      Metanol
3.      Aseton
4.      Akuades
5.      Umbi bawang merah
6.      Daun rhoeo discolor
7.      Larutan gula
8.      Larutan garfis


4.2    Cara Kerja
a.       Permeabilitas membran sel
1.     
Memanaskan air terlebih dulu di atas penganas dan meletakkan thermometer pada air yang di panaskan untuk mengetahui suhu pada air
Perlakuan fisik (suhu)


Memindahkan air ke dalam tabung reaksi ketika suhu sudah mencapai 40
Mengamati perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung reaksi
Memasukkan 2 buah kunyit yang telah di potong dadu 1x1 cm ke dalam tabung reaksi tersebut, diamkan selama 1 menit
Melakukan langkah yang sama tapi dalam suhu 50  dan 70  dan pada suhu kamar
 









2.     
Masukkan 2 dadu kunyit ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan etanol 5 ml, tunggu hingga 30 menit
Masukkan 2 dadu kunyit ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan metanol 5 ml, tunggu hingga 30 menit
Mempersiapkan bahan dan alat yaitu kunyit yang telah di potong dadu 1x1cm, tabung reaksi, metanol dan ethanol
Perlakuan pelarut organik






Mengamati perubahan warna larutan yang terjadi setelah 30 menit
 



3.     
Melakukan tahapan dan larutan yang sama akan tetapi menggunakan bunya jadam yang di iris tipi bagian dalamnya
Mengamati di mikroskop perubahan yang terjadi, dan perbedaan ketika di beri 3 larutan yang berbeda
Melakukan tahapan yang sama tetapi dengan larutan yang berbeda yaitu larutan garfis dan larutan aquades
Menaruh di atas object glass dan menetesi dengan menggunakan larutan glukosa
Menyiapkan alat dan bahan (Aquades, bawang merah, bunga jadam, mikroskop, beaker glass, cover glass, object glass, silet)
Mengiris tipis lapisan bawang merah bagian dalam
Plasmolisis (Bawang merah dan bunga jadam)













    V.            Hasil pengamatan
5.1  Permeabilitas Membran Sel
Perlakuan
Warna larutan
Fisik (suhu)
40
+ (Kuning bening)

50
+ (Kuning bening)

70
++ (Kuning keruh)
Pelarut Organik
Metanol
+++ (Kuning pekat)

Etanol
+++ (Kuning pekat)
Kontrol
Aquades
+ (Kuning bening)
5.2  Plasmolisis
1.      Bawang Merah (Allium cepa)
Perlakuan
Keterangan
Larutan glucosa
Terjadi plasmolisis, tekanan turgor turun, membran plasma terlepas dari dinding sel
Aquades
Terjadi kenaikan tekanan turgor, air masuk ke dalam sel, sel menggembung
Larutan Garfis
Tidak terjadi perubahan bentuk sel tetap seperti semula
Gambar sel
a.       Larutan Glukosa





b.      Larutan Aquades












c.       Larutan Garfis









2.      Bunga Jadam (Rhoeo discolor)
Perlakuan
Keterangan
Larutan glucosa
Selnya polygonal, warna ungu memudar/luruh, bentuk selnya mengkerut/susut, terdapat stomata berklorofil
Aquades
Selnya tetap polygonal,warna ungu, ada hijau, bentuk sel tetap, tidak mengkerut
Larutan Garfis
Selnya polygonal, warna sudah tidak ungu bentuk selnya tetap, tetapi tidak terlalu menggembung, terdapat stomata
Gambar sel
1.      Larutan Glukosa





2.      Larutan Aquades





3.      Larutan Garfis










 VI.            PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum mengenai difusi dan osmosis pertama mengenai permeabilitas membran sel dan yang kedua mengenai plasmolisis. Pada praktikum yang pertama yaitu kami melakukan beberapa perlakukan terhadap kunyit, 2 potongan kunyit yang berukuran 1x1 cm di masukkan ke perlakuan pertama yaitu perlakuan fisik (suhu) tabung reaksi dengan suhu 40 ,kemudian pada suhu 50 ,dan suhu 70  di 3 tabung berbeda, dalam waktu 1 menit lihatlah amati yang terjadi. Kemudian pada perlakuan selanjutnya yaitu menggunakan bahan organik yaitu methanol dan ethanol masukkan 2 potong kunyit yang sudah di potong 1x1 cm pada masing masing tabung reaksi berisi methanol dan ethanol, di tunggu hingga 30 menit dan lihat perubahan warna yang terjadi pada larutan methanol dan ethanol tersebut. Dan perlakuan yang ketiga adalah 2 potong kunyit berukuran 1x1 cm di masukkan ke tabung reaksi berisi aquades dengan suhu ruangan amati perubahan warna yang terjadi.
Kemudian pada acara selanjutnya yaitu plasmolisis kami menyayat bawang merah di ambil bagian dalam yang sangat tipis kemudian di taruh di atas object glass dan di tetesi dengan menggunakan air kemudian di amati dengan menggunakan mikroskop dimulai dari perbesaran yang paling kecil. Begitu juga pada saat kita mengamati bunga jadam tapi yang di sayat bagian yang berwarna merah, di sayat sangat tipis dan di taruh di atas object glass dan di tetesi dengan air. Pada saat melakukan pengamatan amati bentuk jaringan perubahan jaringannya.
Hasil pengamatan dari praktikum mengenai permeabilitas membran adalah ketika di masukkan ke aquades bersuhu 40  warna larutan berubah menjadi kuning bening, kemudian pada suhu 50  di dapatkan hasil larutan berubah menjadi kuning bening dan pada suhu 70  larutan berubah menjadi berwarna kuning keruh.
            Warna larutan perlahan-lahan berubah menjadi warna kuning hal ini di karenakan pigmen warna yang ada di dalamnya keluar di karenakan perubahan suhu yang terjadi. Kandungan kunyit menurut Nanang (2013) Kunyit berkhasiat sebagai obat-obatankarena mengandung minyak atsiri (ar-tumeron, αdan β-tumeron, tumerol, α-atlanton,β-kariofilen,linalol, 1,8 sineol), kurkumin, resin, oleoresin,desmetoksikurkumin, bidesmetoksikurkumin damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor danbesi. Zat warna kuning (kurkuminoid) padakunyit dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak. Sehingga yang menyebabkan perubahan warna kuning adalah kandungan kurkuminoid yang terdapat pada kunyit keluar dari sel.
            Kandungan kurkuminoid yang keluar dari sel berarti menandakan terjadinya pengeluaran zat pelarut dari konsentrasi tinggi yang di dalam sel menuju ke konsentrasi yang lebih rendah yang berada di luar sel berarti terjadi proses difusi pada saat kunyit di masukkan ke dalam aquades yang memiliki suhu rentangan yang lumayan tinggi. Karena suhu yang tinggi tersebut mengakibatkan energi kinetik menekan partikel partikel yang ada di dalam sel menjadi cepat, dimana suhu semakin mempercepat laju pegerakan partikel, karena laju pergerakan partikel nya semakin cepat mengakibatkan isi dari sel akhirnya keluar dari sel dan sel pun pecah sehingga mengakibatkan zat warna keluar dari sel dan larut dalam air yang ada di luar sel tersebut. Dalam hal ini menurut Campbell (1999 : 147) difusi adalah perpindahan zat (gas, padat atau cair) tanpa melewati membrane, dari daerah yang konsetrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah sehingga konsetrasi zat menjadi sama.
            Perbedaan dari warna yang di hasil kan oleh zat warna kunyit yaitu kurkuminoid pada suhu 40 , 50 , 70  di karenakan, zat pewarna tersebut sama seperti enzim tidak tahan terhadap suhu yang tinggi suhu normal dari zat pewarna pada kunyit dan kandungan yang terdapat pada kunyit hanya dapat bertahan pada suhu 40 , jika lebih dari itu maka yang terjadi adalah enzim-enzim,kandungan, dan zat pewarna dari kunyit tersebut terdegradasi dan sel pun akan pecah. Maka dari itulah terjadi perbedaan warna pada suhu 40  warna yang di timbulkan masih berwarna kuning bening itu menandakan bahwa kandungan yang berada di dalam kunyit masih dalam kondisi utuh sehingga zat pewarna yang berada di dalam sel tidak keluar di karenakan suhu masih belum terlalu tinggi dan laju pergerakan partikelnya pun tidak cepat sehingga sel masih dalam kondisi utuh dan sel tidak banyak yang pecah dan mengakibatkan perubahan warna pun tidak begitu keuh. Sedangkan pada suhu 50  di dapatkan hasil larutan berubah warna menjadi kuning bening sam dengan pada suhu 40  hal ini menandakan bahwa pada suhu 50  sel masih banyak yang dalam keadaan utuh di karenakan partikel-partikel di dalam sel laju nya masih tidak terlalu cepat sehingga sel masih banyak yang mempertahankan bentuk selnya sehingga ketika sel masih banyak yang utuh maka zat pewarna yang berada di dalamnya pun tidak keluar maka dari itu warna larutannya tetap bening. Sedangkan pada suhu 70  berwarna kuning keruh hal ini di karenakan suhu yang tinggi mengakibatkan energi kinetik menekan sel sehingga mempercepat laju partikel-partikel di dalam sel, partikel yang semakin berdesak-desakan mengakibatkan sel pecah atau terdenaturasi dan zat warna yang berada di dalam sel pun keluar dari dalam sel, banyak sekali sel yang terdenaturasi mengakibatkan zat warna dari dalam sel tersebut semakin banyak yang keluar dari sel larutan aquades pun semakin keruh.
            Hal ini sesuai dengan teori Nanang (2013) tidak semua kandungan zat pada suatu bahan makanan mampu bertahan pada suhu yang tinggi. Kurkumin memiliki titik didih 118  dantitik lebur 180  selama 4 menit, artinyakurkumin benar-benar rusak sepenuhnya padasuhu 180 . Hampir semua senyawa fenolmengalami kerusakan akibat suhu pemanasan diatas 85  dengan lama pemanasan lebih dari 5 menit. Senyawa tannin dan fenilpropanoid rusak pada suhu 120  dengan lama pemanasan selama 4 menit. Senyawa fenol mengalami denaturasi atau degradasi pada suhupemanasan 87  selama 4 menit.Berdasarkan uraian di atas untuk itu perluditeliti ketahanan filtrat kunyit dengan suhu pemanasan 90  selama 10 menit sebab kebanyakan masyarakat Indonesia (khususnya Jawa) mengolah rimpang kunyit denganmenggunakan suhu pemanasan antara 80–90 dengan lama pemanasan sekitar 10 menit.
                        Kemudian pada larutan kedua yaitu methanol dan ethanol di dapatkan larutan berubah warna menjadi lebih keruh hal ini dapt terjadi menandakan bahwa pelarut methanol dan juga ethanol mampu menarik senyawa aktif kurkumin yang terkandung dalam kunyit sehingga keluar dan larutan pun berubah menjadi keruh. Menurut Nabila (2011) metanol biasa digunakan sebagai pelarut organik, merupakan jenis alkohol yang mempunyai struktur paling sederhana, tetapi paling toksik pada manusia. Kerusakan pada sel disebabkan karena radikal bebas, formaldehid dan asam format. Formaldehid meningkatkan lipid peroksidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel membran dan kematian sel. Asam format menghambat aktifitas oksidasi mitokondrial sitokrom, menghalangi metabolisme oksidatif dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Senyawa fenol etanol dan methanol yang merupakan senyawa fenol utama masing masing adalah bisferoloimetan atau kurkumin, 4-hidroksi sinamoil feruloil metan atau demetoksikurkumin dan bis bisdemetoksikurkumin. Dalam hal ini kurkumin tidak dapat larut dalam air tapi dapat larut dalam ethanol.
            Sehingga dalam hal ini methanol merusak sel dari kunyit dan mengakibatkan kurkumin yang berada di dalam sel keluar, karena methanol merupakan formaldehid mengakibatkan kerusakan sel dan kematian sel dengan banyak sehingga warna larutan menjadi sangat keruh karena hampir semua sel yang ada di dalam kunyit hancur dan kurkumin yang ada di dalam nya keluar dari dalam sel. Zat warna kurkumin merupakan zat terlarut yang nantinya akan larut dengan pelarut yaitu methanol yang akan berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah.
            Kemudian selanjutnya pada pelarut ethanol, pada pelarut ethanol juga di dapatkan hasil kuning keruh dalam hal ini sama dengan methanol, ethanol merupakan pelarut organik yang sifatnya toksik artinya ketika sel terkena ethanol dapat mengakibatkan sel tersebut rusak dan akhirnya kurkumin yang berada di dalam sel keluar dan karena terlalu banyaknya sel yang rusak sehingga warna larutan menjadi kuning keruh. Dalam hal ini sesuai dengan teori menurut Nabila (2011) etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni,alkohol absolute atau alkohol saja,adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Metabolisme etanol sebagian besar terjadi di hepar, Pada penggunaan etanol dalam jumlah yang besar atau dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak hepar. Kerusakan hepar akibat etanol disebabkan karena Radikal bebas, Asetaldehid atau Rasio NAD : NADH.
            Sedangkan perlakuan kontrol di dapatkan hasil kuning bening di karenakan tidak terjadinya perubahan suhu sehinggan mengakibatkan kurkumin yang berada di dalam sel keluar melalui proses difusi dengan normal. Dikarenakan suhu yang di gunakan adalah suhu kamar atau suhu normal sehingga gerakan-gerakan partikel yang ada di dalam nya pun lajunya tidak cepat dan tidak mengakibatkan sel banyak yang rusak dan kurkumin pun yang terdapat di dalam sel tidak banyak yang keluar. Jadi kontrol ini menandakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap laju kecepatan partikel yang ada di dalam sel.
Menurut Olii (2011) fraksi H7 diuji kemurnian dengan KLT satu dimensi menggunakan berbagai eluen yaitu n-heksan : etilasetat (7:3), etilasetat : metanol (9,75:0,5), n-heksan : MTC : aseton (8,5:1:0,5), nheksan : aseton (8,5:1,5), kloroform: metanol (9,5:0,5), MTC : aseton (9:1). Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak kental metanol mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid. Dan memiliki kandungan fenol lebih banyak metanol daripada etanol. Berdasarkan teori tersebut kita mengetahui bahwa susunan di dalam etanol dan metanol sama yaitu utama nya isinya adalah fenol akan tetapi kandungan fenolnya lebih banyak pada metanol daripada ethanol.

            Kemudian acara selanjutnya yaitu plasmolisis kita melakukan pengamatan terhadap sel dari umbi bawang merah (Allium cepa) dan (Rhoeo discolor). Pertama kita melakukan penyayatan pada Bawang Merah sangat tipis kemudian di letakkan di atas kaca benda. Pada tahap pertama yaitu kita melakukan kontrol yaitu mengamati jaringan sel bawang merah tanpa di beri larutan apapun untuk mengetahui jaringan sel sebelum di berikan perlakuan. Dari kontrol tersebut dapat di ketahui bahwa sel bawang merah berwarna keungunan dengan terdapat inti sel di bagian tengah sel. Setelah melihat kontrol tersebut barulah kita melakukan perlakuan pertama yaitu di beri larutan glukosa atau gula (hipertonik), lalu kita melakukan pengamatan di bawah mikroskop di dapatkan hasil sel berubah dari kondisi awal sel menjadi menjadi mengkerut sel menjadi lebih kecil dari el sebelumnya, hal ini di tunjukan dengan adanya jarak antara dinding sel dan membran sel. Hal ini menandakan dimana tekanan turgor turun mengakibatkan  membran plasma terlepas dari dinding sel dan terjadi plasmolisis akibat sel berada dalam kondisi larutan hipertonik. Kemudian pada Rhoeo discolor pada saat sel di masukkan ke larutan gula (hipertonik) warna ungun pekat berubah menjadi warna ungu memudar/luruh, bentuk selnya pun mengkerut akibat keluarnya cairan dair dalam sel, keluarnya ari dari sel tersebut menyebabkan tekanan turgor menurun. Perpindahan molekul air ini disebut dengan osmosis. Sesuai dengan teori yang ada dimana jika konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi, maka akan terjadi eksoosmosis dimana air di dalam sel keluar. dari dalam sel dan terpisahnya antara membran sel dengan dinding sel sehingga mengakibatkan terjadinya plasmolisis. Sel yang mengalami plasmolisis hanya sedikit hal ini mungkin di karenakan kurang lama pada saat merendam di dalam larutan gula sehingga tidak di dapatkan banyak sel yang mengalami plasmolisis.
            Kemudian setelah percobaan menggunakan larutan gula selesai, kami menggunakan larutan selanjutnya aquades. Yaitu dengan menyerap larutan gula yang tersisa menggunakan tisu lalu menetesi dengan menggunakan aquades (hipotonik), lalu mengamati di atas mikroskop. Di dapatkan hasil pada Allium cepa terjadi peruabahn sel yang tadinya selnya mengerut berubah menjadi menggebug berisi penuh dengan larutan aquades hal ini di karenakan terjadi kenaikan turgor sehingga mengakibatkan larutan masuk ke dalam sel terlalu banyak dan sel pun menjadi menggembung kembali seperti semula. Tapi apabila tekanan turgor yang masuk ke dalam sel semakin meningkat sehingga sel tidak mampu lagi menampung cairan tersebut maka sel akan pecah dan terjadi plasmolisis tapi dalam pengamatan kali ini tidak ditemukan sel yang pecah. Sedangkan pada Rhoeo discolor dengan cara yang sama setelah di hisap larutan gulanya kemudian di tetesi dengan menggunakan aquades di dapatkan hasil selnya berbentuk tetap polygonal, berwarna ungu dan sel tidak mengkerut sama dengan pada Allium cepa berarti menandakan bahwa terjadi kenaikan tekanan turgor mengakibatkan sel yang tadi nya mengkerut menjadi terisi kembali karena kenaikan turgor mengakibatkan cairan yang ada di luar sel menjadi masuk ke dalam sel dan sel pun kembali seperti semula.
            Kemudian selanjutnya kita mengambil sayatan baru Allium cepa di taruh di atas kaca benda kemudian di tetesi dengan menggunakan larutan garfis, di dapatkan hasil tidak terjadi perubahan bentuk sel mirip dengan keadaan awal sebelum di berikan perlakuan. Hal ini dapat terjadi di karenakan larutan ini bersifat isotonik artinya konsentrasi larutan yang ada di luar sel sama dengan yang ada di dalam sehingga mengakibatkan tidak adanya perpindahan larutan dari dalam ke luar sel ataupun sebaliknya dari luar sel ke dalam. Begitu juga pada Rhoeo discolor tidak terjadi perubahan apa apa dimana sel tetap dalam bentuk semula seperti pada saat tidak di beri perlakuan apapun hal ini menandakan bahwa terjadinya peristiwa isotonik seperti pada Allium cepa dimana konsentrasi nya sama antara di dalam sel dan di luar sel sehingga tidak terjadi pemasukan cairan ke dalam sel atau pun pengeluaran cairan dari dalam sel.
            Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa sel tumbuhan yang di berikan cairan gula selnya akan mengalami plasmolisis dimana terjadi perpindahan cairan dari dalam sel menuju ke luar sel sehingga mengakibatkan menurunnya tekanan turgor dari dalam sel dan terjadi plasmolisis. Kemudian pada larutan aquades setelah sebelumnya di beri larutan gula yang bersifat hipertonik kemudian di beri larutan aquades terjadi pemasukan air yang berlebihan ke dalam sel mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan turgor hali ini menandakan bahwa aquades merupakan larutan hipotonik dan apabila hal ini terus terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis atau pecahnya sel yang berisi banyak sekali cairan. Kemudian pada larutan garfis tidak terjadi perubahan apapun dimana konsentrasi di luar sel dan di dalam sel sama dan tidak terjadi perpindahan cairan di sebut dengan larutan isotonik.

VII. KESIMPULAN
1.      Pengaruh suhu terhadap permeabilitas membran adalah pada setiap tumbuhan memiliki ketahanan yang berbeda-beda, akan tetapi sel tumbuhan jika terkena suhu yang terlalu panas atau terlalu tinggi mengakibatkan sel yang ada di dalam jaringan menjadi terdegradasi dan zat warna seperti pada kunyit yaitu zat warna kurkumin akhirnya keluar dari sel dan mengakibatkan zat pelarutnya menjadi berwarna peristiwa ini disebut juga dengan difusi dimana . Kemudian pengaruh kimia yaitu jenis pelarut terhadap permeabilitas membran adalah pelarut kimia metanol dan etanol memiliki senyawa formaldehid di dalamnya meningkatkan lipid peroksidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel membran dan kematian sel dan akhirnya sel mengalami hipoksia terjadi peristiwa difusi juga dimana zat terlarut yaitu kurkumin yang berada di dalam kunyit keluar ke konsentrasi yang lebih rendah yanitu di luar sel menuju ke pelarut.
2.      Pengaruh larutan hipertonik yaitu terhadap Allium cepa dan Rhoeo discolor yaitu terjadi perubahan sel yang semakin mengerut dimana terjadi pengeluaran cairan yang terlalu banyak mengakibatkan turunnya tekanan turgor dan terjadilah plasmolisis. Sedangkan pengaruh larutan hipotonik yaitu aquades terhadap Allium cepa dan Rhoeo discolor yaitu sel berubah menjadi semakin menggembung menandakan adanya pemasukan cairan ke dalam sel dan terjadi kenaikan tekanan turgor jika tekanan turgor terus naik dan mengakibatkan isi di dalam sel menjadi terlalu penuh akan mengakibatkan plasmolisis. Dan pada larutan garfis tidak terjadi perubahan bentuk sel hal ini di karenakan larutan garfis merupakan larutan isotonik dimana konsentrasinya adalah sama sehingga tidak mengakibatkan perubahan bentuk sel.



















DAFTAR PUSTAKA







LAMPIRAN
KEL.
Perilaku Fisik &Kimia
Suhu
Pelarut organik
1

2





3





4






KEL.
GLUKOSA
GARFIS
AQUADES
1




2




3



4













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates