Kamis, 23 Juni 2016

# fisiologi hewan

Jurnal Fisiologi Hewan Suhu tubuh hewan Pengaruh pergerakan dan perendaman ayam terhadap suhu tubuh

Suhu tubuh hewan
Pengaruh pergerakan dan perendaman ayam terhadap suhu tubuh
Rose Lolita, 130210103027, Fisiologi Hewan Kelas C
Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Jember
Abstrak
            Suhu tubuh hewan pada setiap spesies nya berbeda-beda. Thermoregulasi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai suatu pengaturan panas tubuh hewan mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi suhu tubuh hewan tersebut. Beberapa faktor diantaranya adalah pergerakan tubuh mereka sangat berpengaruh dan tentunya ketika di rendam di dalamair pun suhu tubuh mereka akan berubah drastis. Ada beberapa hewan yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan atau biasa disebut dengan hewan Poikilotermik. Dan juga ada beberapa hewan yang dapat mempertahankan panas di dalam tubuhnya atau bisa dikatakan memiliki suhu panas yang stabil biasa disebut hewan homoiotermik. Ada beberap produksi mekanisme produksi panas diantaranya mekanisme tingkah  laku, mekasnisme otonomik, dan mekanisme adaptif atau aklimatis.
Kata kunci : Poikilotermik, Homoiotermik, Termoregulasi




1.      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suhu kisaran yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efisien. Sebagian besar hewan dapat bertahan hidup menghadapi fruktuasi lingkungan ekstenal yang lebih ekstrim dibandingkan dengan keadaan yang sangat ditolerir oleh setiap individu selnya. Meskipun spesies hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang optimum. Didalam kisaran tersebut banyak hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfruktuasi (Campbell, 2004).
Menurut Soewolo (2000) suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar di bandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -70- +85. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 0 -40. Kebanyakan hewan dalam rentangan sempit.
            Berdasarkan pengaruh suhu terhadap lingkungan hewan dibagi menjadi 3 golongan yaitu poikilotermik ‘’berdarah dingin’’, homoiotermik ‘’berdarah panas’’ dan heterotermik “pada saat tertentu bersifat poikilotermik dan pada saat lain bersifat homoiotermik’’, yang termasuk golongan hewan poikilotermik adalah bangsa ikan, reptil, amphibi dan serangga. Golongan hewan homoiotermik adalah bangsa aves dan mamalia sedangkan heterotermik misalnya insekta tertentu.
Pengaruh termoregulasi sangatlah banyak bagi hewan, suhu sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Suhu tubuh yang konstan (tidak banyak berubah) sangat dibutuhkan oleh hewan, karena reaksi enzimatis, Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme (perubahan suhu berpengaruh terhadap  energi kinetik molekul zat), Aktivitas metablisme bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan suhu yang sesuai pada tubuhnya. Suhu sel yang mengalami metabolisme akan lebih tinggi dari pada suhu mediumnya, karena oksidasi dan glikolisis membebaskan panas.  Suhu tubuh hewan tergantung pada keseimbangan antara cara yang cenderung menambah panas dan cara yang cenderung mengurangi panas (Soewolo, 2000).
Tingginya suhu lingkungan di daerah tropis pada siang hari dapat mencapai 34ºC dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman panas. Ayam broiler termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relative konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi ransum. Akibatnya, pertumbuhan ternak menjadi lambat dan produksi menjadi rendah.Tingginya suhu lingkungan dapat juga menyebabkan terjadinya cekaman oksidatif dalam tubuh, sehingga menimbulkan munculnya radikal bebas yang berlebihan (Wijayanti, 2011).
Tingginya suhu lingkungan di daerah tropis pada siang hari dapat mencapai 34ºC dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman panas. Ayam broiler termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relative konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi ransum (Wijayanti, 2011).

1.2  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan
1.3  Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari di lakukannya penelitian ini adalah;
Diharapkan dapat mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan.
2.      METODOLOGI PENELITIAN
2.1  Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 8 oktober 2015 di Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
2.2  Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: Thermometer, Alkohol 70%, Timbangan.
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Ayam
2.3  Metode Penelitian
Pada penelitian kali ini kami melakukan beberapa perlakuan pada ayam yang pertama pengaruh terhadap suhu tubuh ayam dan yang kedua adalah pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh ayam.pada penelitian pertama, kami mengukur suhu normal ayam dengan memasukkan thermometer ke kloaka slama 5 menit, lalu ayam di biarkan berterbangan dan lari-lari selama 10 menit, setelah 10 menit ukur suhu lagi 5 menit, melakukan seperti itu lagi hingga di dapatkan 3 data. Setelah itu ayam di diamkan 10 menit, dan di ukur suhu nya, lalu memasukkan ayam ke dalam air selama 10 menit di ukur lagi suhu nya begitu seterusnya hingga di dapat data 3 kali.
3.      HASIL DAN PEMBAHASAN
Ayam adalah hewan homoiotermik, berarti suhu tubuh sama atau konstan atau tidak berubah sama sekali walaupun suhu atau temperatur lingkungan berubah-ubah. Thermoregulasi adalah pengaturan panas yang ada dalam tubuh, organ yang mengatur utamanya adalah hipothalamus.
Menurut Soewolo (2000) hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya.
Pada perlakuan pengaruh gerakan tehadap suhu di dapat kan hasil:
Kel
Jenis
Kelamin
Berat
Umur
Berat
Badan
1
Jantan
Dewasa
3 kg
2
Betina
Dewasa
3 kg
3
Jantan
Remaja
2,3 kg
4
Betina
Remaja
3 kg
5
Jantan
Anak
1 kg

Betina
Anak
1 kg
Kel
Suhu
Awal
1
2
3
1
39,6
42,2
42,4
42,5
2
41,3
41,9
43,1
43,7
3
40
41,6
42,5
43,3
4
42,1
42,3
42,4
42,5
5
42,3
43,8
43,1
43,1

42,6
43,8
43,7
43,2


            Pada perlakuan pengaruh perendaman terhadap suhu di dapatkan hasil:
Kel
Jenis
Kelamin
Berat
Umur
Berat
Badan

1
Jantan
Dewasa
3 kg

2
Betina
Dewasa
3 kg

3
Jantan
Remaja
2,3 kg

4
Betina
Remaja
3 kg

5
Jantan
Anak
1 kg


Betina
Anak
1 kg

Kel
Suhu
Awal
1
2
3
1
41,6
35,5
33,3
33
2
43
41,1
39,6
37
3
42,7
34,4
32,8
32,5
4
42,2
33,5
32,8
32,5
5
43,1
37,1
34,2
34,1

43,1
35,9
33,9
33,4
Suhu normal pada ayam berbeda-beda pada suhu awal sebelum di perlakukan apapun suhu ayam betina dewasa pada kelompok 1 adalah 39,6, dan pada suhu ayam jantan dewasa kelompok 2 adalag 41,3, pada kelompok 3 pada suhu ayam jantan remaja 40, pada kelompok 4 ayam betina remaja memiliki suhu awal 42,1, dan pada kelompok 5 menggunakan 2 ayam yaitu yang pertama ayam jantan anak memiliki suhu 42,3, dan ayam yang kedua menggunakan ayam betina anak yang memiliki suhu awal 42,6.
Menurut  Imelda (2011), ayam petelur mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh umur, kelamin, lingkungan, panjang waktu siang dan malam serta makanan yang dikonsumsi. Suhu tubuh normal ayam dewasa 40,00--40,07ºC. Suhu rektal normal ayam 40,6ºC. Kemampuan adaptasi ayam terhadap panas juga sangat memengaruhi respon fisiologis ayam.
Berdasarkan teori tersebut dapat kita ketahui bahwa variasi suhu normal tubuh ayam sebelum di lakukan perlakuan berbeda-beda di karenakan di pengaruhi oleh jenis umur ayam dimana semakin dewasa maka suhu tubuhnya sudah semakin menurun hal ini di karenakan ayam sudah tidak produktif lagi. Kemudian di pengaruhi oleh kelamin kelamin jantan lebih tinggi suhu normalnya hal ini di karenakan jantan harus bisa mempertahankan kondisi tubuhnya harus tetap hangat untuk menjaga supaya sperma yang di hasilkan tetap dalam keadaan prima. Serta makanan yang di konsumsi ketika makanan yang di konsumsi relatif banyak maka suhu tubuh normal ayam pun semakin tinggi karena energi yang di hasilkan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan pergerakan sangat berpengaruh dapat di lihat dari tabel di atas bahwa pada kelompok 1, 2, 3, 4 pengaruh pergerakan sangatlah berpengaruh terhadap kenaikan panas tubuh dari ayam ini. Berdasarkan hasil tersebut kita dapat mengetahui bahwa gerakan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kenaikan panas di dalam tubuh. Mekanisme kenaikan panas pada ayam menurut Tamzil (2014) dalam keadaan normal, gen HSP seolah-olah tertidur (dormant) dan tidak berfungsi, sebaliknya bila tubuh mengalami stres berat dan sistem metabolisme tubuh tidak dapat lagi menahan beban stres tersebut, maka sistem tubuh akan dihentikan sejenak dan gen HSP akan mengaktifkan diri untuk mengatasi keadaan dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Ternak yang stres mendorong gen bekerja sama dengan semua jaringan sel untuk merespons beban panas lingkungan di atas zona termonetral baik dengan intraseluler maupun ekstraseluler, sebagai sinyal untuk mengordinasikan metabolisme di seluruh tubuh. Aktivasi sistem ini tampaknya akan dimulai pada permukaan kulit ketika suhu kulit melebihi 35°C yang menyebabkan tubuh binatang mulai menyimpan panas dan dihasilkan sinyal untuk meningkatkan mekanisme evaporasi untuk menghilangkan panas (evaporative heat loss: EVHL). Itulah sebabnya dalam tubuh ternak unggas yang menderita stres, tingkat kepadatan HSP 70 di otaknya lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang tidak stres.
            Berdasarkan teori tersebut dapat kita ketahui bahwa ayam memiliki gen HSP yang nantinya akan mengatur panas dalam tubuh ayam tersebut ketika dalam keadaan yang normal ayam tidak melakukan apapun maka yang terjadi gen HSP atau Heat Shock Protein dalam keadaan non aktif atau dormansi sehingga akan tetapi ketika ayam melakukan pergerakan tanpa henti ayam akan mengaktifkan gen Heat Shock Protein (HSP) dimana dengan mengaktivasi sistem ini tampaknya akan dimulai pada permukaan kulit ketika suhu kulit melebihi 35°C yang menyebabkan tubuh binatang mulai menyimpan panas dan dihasilkan sinyal untuk meningkatkan mekanisme evaporasi untuk menghilangkan panas dan melakukan vasodilatasi dimana terbukanya pori-pori pembuluh darah untuk mengeluarkan air berupa uap air. Sehingga penelitian yang kami lakukan sesuai dengan teori yang ada akan tetapi ada satu kelompok yaitu kelompok 5 dimana di dapatkan hasil yang suhu atau temperatur ayamnya berkurang di menit-menit terakhir, hal ini dapat terjadi mungkin di karenakan ayam sempat dalam keadaan diam sebelum di ukur suhu tubuhnya sehingga di dapatkan hasil yang turun suhu tubuhnya, seharusnya suhu tubuhnya akan terus naik.
            Kemudian pada pengamatan pengaruh suhu terhadap perendaman kelompok 1, 2, 3, 4, 5 mengalami penuruan suhu semua tapi penurunan suhunya tidak langsung turun drastis melainkan mengalami penurunan suhu tubuh yang perlahan-lahan. Hal ini dikarenakan ayam merupakan homoiotermik yang panas tubuhnya tidak di pengaruhi oleh lingkungan, sehingga dia dapat mempertahankan panas tubuhnya dengan cara melakukan adaptasi-adaptasi yaitu terutama melakukan adaptasi fisiologi. Pada saat di rendam terjadi penurunan suhu panas, pada saat pengamatan berlangsung ayam terlihat menggigil hal ini dilakukan oleh tubuh ayam untuk menghasilkan panas, dimana pada kondisi ini sel-sel yang ada di dalam tubuh ayam ini akan meningkatkan laju metabolisme tubuh dengan meningkatkan pembentukan ATP di dalam mitokondria. Peningkatan ATP ini nantinya akan mengakibatkan kenaikan suhu dan suhu ayam pun menjadi lebih hangat.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Soewolo (2000) yaitu menggigil berarti menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas. Sebagai repon terhadap penurunan suhu, sistem syaraf di aktifkan dan mengakttifkan unit-unit motor kelompok otot rangka antagonistik, sehingga terjadi gerakan menggigil yang menghasilkan panas. Aktivitas otot mengakibatkan ATP dihidrolisis untuk menghasilkan energi kimia yang di bebaskan selama kontraksi dengan wujud panas.
Pada saat ayam mengalami penurunan suhu juga terjadi vasokontriksi yaitu mengerutnya pembuluh darah superfisial yang ada di permukaan tubuh dipersempit sehingga mengakibatkan suhu dingin di luar tidak masuk ke dalam tubuh dan tubuh dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap dalam keadaan hangat karena pembuluh darah superfisial di persempit. Dan tubuh pun menjadi lebih hangat.
Pengembangan yang dapat kami dapatkan pada praktikum kali ini adalah ayam ketika di berikan perlakuan yang berbeda akan melakukan adaptasi fisiologi yang berbeda pula. Akan tetapi karena ayam merupakan hewan homoiotermik yang suhu tubuhnya sama atau dapat mempertahankan suhu nya maka yang terjadi adalah penurunan suhu dan kenaikan suhu tidaklah drastis tetapi perlahan karena ayam masih dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap dalam kondisi yang stabil melalui adaptasi-adaptasi fisiologi nya.
4.      KESIMPULAN
Banyak sekali pengaruh terhadap suhu tubuh ayam. pengaruh yang kita lakukan adalah pengaruh dari luar yang melakukan 2 perlakuan direndam di dalam air dan menggerakkan tubuh ayam tanpa henti. Pada perendaman di dalam air suhu tubuh menjadi turun di karenakan penurunan produksi panas dan ayam melakukan menggigil, vasokontraksi dan meningkatkan laju metabolismenya untuk menaikkan suhu tubuhnya. Sedangkan pada perlakuan gerakan terhadap suhu tubuh ayam, suhu tubuh ayam menjadi naik hal ini di karenakan melakukan adaptasi fisiologi dimana dia harus mempertahankan tubuhnya dingin dengan melakukan pengeluaran uap air, penurunan laju metabolisme, dan vasodilatasi.
5.      DAFTAR PUSTAKA
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta: Penerbit Erlangga

Wijayanti, Reny, pupa. 2011. EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD. Jurnal Penelitian. Vol 2: Halaman 1-6
Imelda, Rosaliya. 2011. Respon Fisiologis Ayam Petelur Fase Grower Pada Kepadatan Kandang Yang Berbeda. Jurnal Agriculture. Vol 1: Halaman 126-132
Tamzil, Mohammad, Hasil. 2014. Stres Panas pada Unggas: Metabolisme, Akibat dan Upaya Penanggulangannya.Jurnal Wartazoa.Vol 24:Halaman 57-66









































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates