Selasa, 14 Juni 2016

# Etnobotani

IDENTIFIKASI TANAMAN ETNOMEDICINE DI DESA LEDOKOMBO DAN ANDONGREJO TAHUN 2016




PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
IDENTIFIKASI TANAMAN ETNOMEDICINE DI DESA LEDOKOMBO DAN ANDONGREJO TAHUN 2016
BIDANG KEGIATAN :
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan oleh
 Ida Rusminingsih                                ( Ketua Kelompok )
Addieni Zulfa Karimah                      ( Anggota 1 )
Rose Lolita                                          ( Anggota 2 )
Anisa Maharani                                   ( Anggota 3 )
Candra Pratama Hervianto                 ( Anggota 4 )
Syarifatul Laili                                    ( Anggota 5 )
                        Ridlo Firmansyah                                ( Anggota 6 )





UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2016


1.      JUDUL : IDENTIFIKASI TANAMAN ETNOMEDICINE DI DESA LEDOKOMBO  DAN ANDONGREJO TAHUN 2016
2.      NAMA PENULIS :
1)      Ida Rusminingsih                          ( 130210103041)
2)      Addieni Zulfa Karimah                (130210103097 )
3)      Rose Lolita                                    (130210103027)
4)      Anisa Maharani                             (130210103065)
5)      Candra Pratama Hervianto           (130210103031)
6)      Syarifatul Laili                              (130210103063)
7)      Ridlo Firmansyah                          (130210103078)

3.      ABSTRAK DAN ABSTRACT
Candra ( bahasa indonesia dan bahsa inggris )
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak berisi tidak lebih
dari 250 kata dan merupakan intisari seluruh tulisan yang meliputi: latar belakang,
tujuan, metode, hasil dan kesimpulan dan ditulis dengan jarak baris 1,0 spasi. Di
bawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords).
4.      PENDAHULUAN
Tradisi masih dianggap hal yang sangat dipercayai dan kental di masyarakat. Anggapan dari mulut ke mulut dan turun temurun lebih dipercaya daripada sesuatu yang baru datang masuk ke dalam tradisi masyarakat. Salah satu bentuk dari suatu yang turun temurun  salah satunya adalah pengobatan penyakit dari tumbuhan. Tumbuhan lebih dianggap aman dalam mengobati penyakit daripada obat-obatan dari pabrik. Kepercayaan ini yang membuat tumbuhan tersebut ilmunya diturunkan kepada generasi selanjutnya dari mulut ke mulut. Istilah pengobatan turun temurun ini biasa dikenal dengan etnomedisin. Etnomedisin yang berkenaan dengan konsep kausalitas,  menemukan bahwa hanya ada sedikit sekali kerangka kognitif pada masyarakat   yang penting untuk “ menjelaskan “tentang adanya penyakit ( desease ), ditemukan bahwa suatu bagian atas dua telah cukup untuk membedakan kategori kategori besar, atau system  system. pembagian atas dua itu dengan istilah istilah personalistik dan naturalistic . walaupun istilah istilah tersebut merujuk secara khusus kepada konsep konsep kausalitas, keduanya dapat juga dipakai untuk menyebut seluruh sistem medis ( yakni tidak hanya kausal , melainkan juga seluruh tingkah laku yang berhubungan, yang bersumber pada pandangan- pandangan tersebut ). Dari penjelasan diatas, kami melakukan observasi mengenai tentang etnomedisin tumbuhan di daerah desa Ledok ombo dan Andongrejo. Kegiatan ini dilakukan dengan cara identifikasi tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat di desa Ledok ombo dan Andongrejo. Metode yang dilakukan dengan cara wawancara kepada masayarakat, selanjutnya kami mengidentifikasi tanaman yang terdapat disana. Di daerah Andongrejo identifikasi tanaman yang dilakukan berasal dari hutan Meru Betiri dan daerah lain. Kegiatan ini bermanfaat untuk kedepannya sebagai informasi kepada masyarakat tentang kelebihan tumbuhan sebagai obat yang dapat mengangkat desa Ledok Ombo dan Andongrejo. Selain itu, dapat digunakan sebagai rujukan masayarakat daerah lain mengenai ilmu dari tumbuhan tersebut.
5.      TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Mengetahui penggunaan tanaman yang di gunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar ledokombo secara turun temurun
2)      Mengetahui resep jamu tradisional dari tanamanyang di gunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar ledokombo secara turun temurun
3)      Mengetahui budaya penggunaantanaman yang di gunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar ledokombo secara turun temurun.

6.      METODE PELAKSANAAN
Tempat Penelitian
Penelitian etnobotani tanaman sebagai obat tradisional di lakukan di Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, dengan wilayah desa di sekitar ledokombo diantaranya: Desa Sumber Salak, Desa Petung, dan Desa Juroju. Pemilihan desa ini berdasarkan masih banyaknya masyarakat yang menggunakan tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional
Waktu Penelitian
Penelitian etnobotani dilakukan bulan April-Mei 2016
Jenis Penelitian
Menggunakan metode penelitian survei yang bersifat dekriptif eksploratif dengan menggunakan gabungan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian di lapangan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi.Untuk penentuan sampel sendiri kami menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang memiliki karakteristik yang di kehendaki dan menggunakan teknik Snowball Sampling yaitu teknik pemilihan informan derdasarkan rekomendasi dari key informant atau orang yang penting dari suatu masyarakat yang mengetahui banyak hal tentang budaya di daerah tersebut dan bersedia untuk berbagi pengetahuan. Sehingga dapat di terapkan rencana penelitian sebagai berikut.



Text Box: Mencari KeyInfomant


 





























Text Box: Mencari snowball 2 di sekitaran kecamatan ledokombo berdasarkan informasi dari Keyinformant





Text Box: Snowball 2 memberikan penjelasan pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional yang digunakan secara turun temurun






Text Box: Snowball 2 memberikan petunjuk orang yang mengerti selain dia mengenai tanaman obat di sekitar kecamatan ledokombo






Text Box: Melakukan hal tersebut terus menerus hingga di dapat 3 orang yang memiliki informasi yang sama lalu berhenti melakukan sampling
 


























Gambar 3.1 Rancangan Penelitian untuk Pengambilan Data dengan Purposive sampling dan Snowball Sampling

Teknik Wawancara
Teknik wawancara yang di lakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tanaman obat dari tokoh-toh masyarakat. Kami menggunakan teknik wawancara semi-strutured dengan mengggunakan tipe pertanyaan open ended. Selanjutnya informan spesifik didapatkan dengan menggunakan wawancara yang terstruktur yaitu informan ditanya persiapan yang sedang atau telah di gunakan sebagai obat tradisional. Kami menggunakan pedoman wawancara, agar proses wawancara dapat berjalan dengan lancar dan data yang di butuhkan terkumpul dengan lengkap namun terbuka dengan informasi lainnya. Pedoman wawancara sendiri berisi tentang: jenis tumbuhan, asal tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan (akar, batang, daun, bunga, buah biji dan bagian lainnya).
Teknik Observasi
Teknik Observasi di lakukan untuk mendapatkan data tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat, bagian yang di gunakan, penggunaan tanaman obat. Teknik observasi langsung yang digunakan (participant observation) digunakan untuk menambah informasi yang di butuhkan.

7.      HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Dalam pemanfaatan tanaman obat ini setiap daerah memiliki cara yang berbeda-beda sebagaimana yang dikemukakan oleh Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya nabati di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan, yang berupa ramuan jamu tradisional dan telah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Tumbuhan obat telah berabad-abad didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam bentuk jamu untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya dan merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang perlu dipelihara, perhatian dan dilestarikan. Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik maupun internasional.
Penelitian etnobotani merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional oleh masyarakat sekitar kawasan hutan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Pengembangan tanaman obat memiliki arti yang sangat luas, tidak saja sebagai sumber bahan baku herbal (agromedisin), namun lebih dari itu tanaman-tanaman obat dapat difungsikan sebagai agrowisata, laboratorium botani, sumber plasma nutfah, jalur kawasan hijau, komoditi ekspor nonmigas, dan sebagai pendapatan masyarakat (Kintoko, 2006).
Hasil observasi yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan  di desa Sumber Salak dan Andongrejo Kabupaten Jember mengenai tanaman obat dan ramuan obat yang dilakukan oleh masyarakat daerah Sumbersalak dan Andongrejo menunjukkan bahwa masyarakat di kedua daerah tersebut memang memanfaatkan tanaman obat di sekitar mereka untuk memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sehingga mereka jarang menggunakan obat-obatan sintesis. Peneliti mendapatkan informasi mengenai tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar daerah Sumber Salak dari Ibu Agus yang berdomisili di daerah Mastrip Jember.
Kajian etnobotani tanaman obat oleh masyarakat kabupaten bonebolango provinsi gorontalo intuisi dan coba-coba. Selanjutnya mereka mengembangkan sistem pengetahuan tersebut secara terus-menerus dari generasi ke generasi sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat. Sistem pengetahuan lokal merupakan ungkapan budaya yang di dalamnya terkadang tata nilai, etika, norma, aturan dan keterampilan dari suatu masyarakat yang memenuhi tantangan atau kebutuhan hidupnya. Pengkajian terhadap sistem pengetahuan lokal juga telah mampu memberikan gambaran mengenai kearifan tradisi masyarakat dalam mendayagunakan sumberdaya alam dan sosial secara bijaksana dan tetap memelihara keseimbangan lingkungan (Prananingrum, 2007).
Masyarakat memanfaatkan tanaman obat untuk kebutuhan sehari-hari dalam mengobati suatu penyakit yang mereka derita. Mereka sering mendapatkan tumbuhan berkhasiat obat dengan cara pengumpulan dan budidaya, adapun cara pengumpulan tersebut meliputi pencarian di pekarangan rumah yang merupakan tanaman liar, mencari di hutan atau membeli dipasar namun sebagian dari mereka juga sudah membudidayakan tumbuhan berkhasiat obat. Pada masyarakat Samin terdapat mitos bahwa tumbuhan berkhasiat obat yang akan digunakan untuk mengobati suatu penyakit itu harus dicuci dahulu dengan air Sendang, dan untuk tanaman yang memiliki nilai tradisional misalnya : Dringo itu harus dibacakan doa oleh sesepuh desa atau yang dituakan (Kandowangko, 2011:13).
Penelitian kami sama halnya seperti penelitian yang dilakukan didaerah lainnya. Tanaman obat yang digunakan dibeberapa daerah ada ciri khas atau pembeda dengan daerah lainnya.Tanaman obat yang ada di Sumber Salak adalah tanaman obat tradisional yang digunakan masyarakat sekitar ketika menderita penyakit dari penyakit yang ringan hingga penyakit kronis seperti tumor/kanker. Budaya yang ada di daerah Sumber Salak adalah ketika menderita sakit-sakit ringan mereka memilih tidak berobat ke dokter melainkan meminum obat-obatan yang mereka ramu sendiri. Dari informasi inilah peneliti mulai untuk melakukan wawancara kepada salah satu masyarakat yang aktif dalam membuat obat tradisional di daerah Sumber Salak yaitu Ibu Latifah.
Ibu Latifah sebagai narasumber yang pertama memberikan banyak informasi mengenai tanaman obat yang beliau manfaatkan sendiri sebagai ramuan, beliau juga memiliki kebus sendiri yang ditanami berbagai jenis tanaman obat. Menurut keterangan yang diberikan, informasi mengenai tanaman dan ramuan obat ini diturunkan dari generasi ke generasi. Beberapa tanaman obat yang diperoleh dari informan pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.
No
Nama lokal
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Kegunaan
1.
Bambu
Daun
Memperlancar produksi ASI
2.
Pisang
Getah pohon
Untuk mengobati luka berat seperti terkena senjata tajam
3.
Wedus-wedusan
 
Luka
4.
Tales
Getah tangkai
Luka
5.
Kitolog
Getah tangkai bunga
Mengobati Katarak
6.
Salak
Daun
Mengobati Diare
7.
Manggis
Kulit
Mencegah radikal bebas
8.
Pepaya
Daun
Menurunkan Darah tinggi
9.
Bentul
Ubinya yang busuk
Luka patah tulang
10.
Maronggi
 
Memperlancar produksi ASI
11.
Kersen
Buah
Mengobati asam urat
12.
Pohon Sukarno
Daun
Mengobati Gatal-gatal
13.
Lengkuas
Umbi
Mengobati panu
14.
Katu
Daun
Memperlancar produksi ASI
15.
Kunir
Umbi
Untuk Stimulan
16.
Sirih
Daun
Mencegah keputihan, mengurangi bau badan
17.
Mentimun
Buah
Menurunkan darah tinggi, untuk  kecantikan
18.
Kunyit putih
Umbi
Mengobati kanker
19.
Litan-litan
Daun
Mengatasi pegal-pegal
Setelah mendapatkan informasi dari Ibu Latifah, peneliti melanjutkan wawancara kepada Ibu Agung atas rujukan dari Ibu latifah. Setelah melakukan wawancara kepda Ibu Agung, peneliti mendapatkan informasi bahwa tanaman dan ramuan obat yang diperoleh berasal dari pelatihan, bukan dari informasi turun-temurun. Pusat pelatihan yang dimaksud berada di desa Andongrejo, kecamatan Tempurejo, kabupaten Jember. Dari Ibu Agung, peneliti mendapatkan informasi mengenai tanaman obat yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.
No
Nama lokal
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Kegunaan
1.
Daun Ungu
Daun
Untuk Osteoporosis
2.
Som Jawa
Umbi
Penambah stamina
3.
Cekrokon
 Daun
Mengobati batuk
4.
Keci Jileng
Daun
Mengobati kencing Batu
5.
Patik emas
Getah tangkai bunga
Mengobati sakit mata
6.
Lidah ayam
Daun
Mengobati osteoporosis
7.
Meniran
Daun
Mengobati osteoporosis
8.
Murbei
Daun
Mengobati osteoporosis
Tanaman obat tersebut tidak dapat digunakan sendirian namun harus dipadukan dengan tanaman obat lain sehingga nantinya menjadi ramuan yang dapat dimanfaatkan. Dari Ibu Agung peneliti mendapatkan informasi mengenai ramuan untuk osteoporosis yang terdiri atas temulawak ½ kg, kencur ¾ kg, jahe ½ kg, kunci ½ kg, pegagan 1 kg, meniran ¼ kg, daun ungu ¼ kg, dan gula 1 kg. semua bahan obat dihaluskan lalu direbus. Menurut informasi dari Ibu Agung, untuk takaran airnya tidak pasti berapa liter, karena umumnya masyarakat menggunakan perasaan / feeling dalam menambahkan airnya. Bahan tersebut direbus sampai air yang tersisa tinggal separuhnya. Setelah itu air hasil rebusan dapat dimanfaatkan. Konsumsi ramuan obat ini harus rutin dan teratur karena merupakan obat tradisional yang bekerjanya lebih lambat dibandingkan obat sintesis.
Setelah mendapatkan informasi pusat pelatihan dari Ibu Agung, peneliti melanjutkan wawancara kepada salah satu anggota pelatihan di pusat jamu tradisional kelompok toga “Sumber Waras” di desa Andongrejo Kecamatan  Tempurejo-Jember yang bernama Ibu Monah. Peneliti mendapatkan beberapa informasi mengenai tanaman obat yang belum ditemukan dari informan sebelumnya. Beberapa tanaman tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.
No
Nama lokal
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Kegunaan
1.
Kecubung
Daun, Bunga
Mengobati asma
2.
Jinten Hitam
Biji
Mengobati rematik dan kencing manis
3.
Pulutan
Daun dan Bunga
Mengobati ambeien
4.
Sempal wadak
Daun
Mengobati rematik
5.
Tumbuhan Dewa
Daun
Mengobati radang, kanker, dan tumor
6.
Gempul Batu
Daun
Mengobati ambeien
7.
Kemekes
Daun
Mengobati asma dan batuk
8.
Sangket
Daun
Mengobati jantung Lemah
9.
Daun Sendok
Daun
Mengobati keputihan
Saat proses wawancara, peneliti menemukan banyak sekali tanaman obat di halaman rumah Ibu Monah, baik halaman depan maupun di halaman samping rumah beliau. Komposisi tanaman obat di rumah Ibu Monah lebih lengkap dan lebih bervariasi dibandingkan di daerah Sumber Salak (di halaman informan pertama dan kedua). Jenis tanaman yang disajikan dalam tabel adalah jenis tanaman yang tidak ditemukan dari informan pertama dan kedua. Dari Ibu Monah, peneliti mendapatkan informasi bahwa ada anggota pelatihan lain yang juga memiliki tanaman obat lain, beliau bernama Ibu Karno. Dari informasi ini peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Karno.
Ibu karno adalah salah satu angota pelatihan jamu tradisional yang aktif dan sering mengikuti pameran obat tradisional. Beliau bersama kelompoknya juga telah menghasilkan produk obat tradisional yang dipasarkan. Pembeli biasanya berasal dari masyarakat yang memesan ramuan tersebut. Ibu Karno juga menyebutkan bahwa komposisi bahan yang digunakan untuk meramu obat tersebut tidak dicantumkan semua dalam kemasan, karena sangat banyak sekali jenis tumbuhan yang digunakan dan selalu ada ramuan rahasia yang tidak dicantumkan. Misalnya bahan asli ramuan terdiri atas 16 jenis tumbuhan, maka yang dicantumkan di kemasan hanya 10 atau 12 bahan saja. Selain infomasi tersebut, peneliti juga mendapatkan informasi mengenai tanaman obat yang belum ditemukan dari informan sebelumnya. Informasi tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.
No
Nama lokal
Bagian tumbuhan yang digunakan
Kegunaan
1.
Kule Pondok
Akar
Mengobati darah tinggi
2.
Sirih
Daun
Untuk pelangsing, penghilang bau badan
3.
Sambung nyowo
Daun
Mengobati liver
4.
Jati belanda
Daun
Memperlancar produksi ASI
5.
Patikin
Daun
Mengobati liver
Berikut adalah contoh produk obat tradisional yang ditunjukkan kepada peneliti.





Description: IMG_20160319_134323.jpg
Description: IMG_20160319_134346.jpg
 







8.      KESIMPULAN
Sari
Kesimpulan merupakan bagian akhir tulisan yang membawa pembaca keluar dari
pembahasan. Secara umum kesimpulan menunjukkan jawaban atas tujuan yang
telah dikemukakan dalam pendahuluan.
9.      UCAPAN TERIMAKASIH
Kami Mengucapkan Terimakasih Kepada Ibu  Latifah, Ibu Agung, Ibu Mona dan Ibu Karno selaku narasumber yang sudah memberikan informasi kepada kami. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan masyarakat sekitar.  
10.  DAFTAR PUSTAKA
Rifai, M.A. 1998. Pemasakinian Etnobotani Indonesia : Suatu Keharusan demi Peningkatan Upaya Pemanfaatan, Pengembangan dan Penguasaannya. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III ( 5-6 Mei 1998, Denpasar-Bali) : 352-356.
Kintoko. 2006. Pengembangan Tanaman Obat. Proseding Persidangan Antar Bangsa Pembangunan Aceh. Jogjakarta.
Kandowangko, Novri Y. Solang, Margaretha. Jusna, Ahmad. 2011. Kajian Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Prananingrum. 2007. Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional di Kabupaten Malang Bagian Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi-UIN Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates