Selasa, 14 Juni 2016

# Taksonomi Tumbuhan

Laporan Studi Lapang Taksonomi Tumbuhan




LAPORAN STUDI LAPANG
TAKSONOMI TUMBUHAN
Di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan-Malang
Divisi / Kelas : Magnoliophyta / Liliopsida

Dikumpulkan guna memenuhi tugas taksonomi tumbuhan





Oleh :
       Kelompok      : 3 / Monokotil 1
       Anggota         : 1. Rose Lolita                  (130210103027)
        2. Titan Satria Ananda    (130210103014)
        3. Nira Viradarani           (130210103098)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun diberikan kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan makalah tugas laporan akhir studi lapang ini guna memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan - Malang”.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu  mata kuliah Taksonomi Tumbuhan, Ibu Siti Murdiyah, S.Pd., M.Pd. dan Dra. Pujiastuti, M.Si yang telah membimbing selama kegiatan perkuliahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa juga saya sampaikan terimakasih kepada segenap Asisten Praktikum Taksonomi Tumbuhan, khususnya di kelas C, yakni Mbak Firda Rosetty dan Mbak Kunnaida yang telah membimbing dan membagikan ilmu selama kegiatan praktikum. Untuk teman-teman Pendidikan Biologi khususnya di Kelas C, saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.
Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,oleh karenanya penyusun tetap mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Penyusun juga memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan laporan. Demikian penulisan laporan studi lapang ini, semoga bermanfaat bagi semua khusunya bagi pembaca.


Jember, 26 Mei 2015

        Penyusun



DAFTAR ISI






 

 

 

 



BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Tumbuhan dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil/ monocotyledoneae dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil/ dicotyledonae. Tumbuhan berkeping biji tunggal (monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.
Di Indonesia saat ini terdapat kurang lebih 250.000 spesies monokotil dibandingkan dengan tumbuhan dikotil yang dikenal sebanyak 750 spesies.
Untuk mempertahankan keanekaragaman tumbuhan tersebut maka dilakukan suatu upaya konservasi terhadap tumbuhan baik secara in-situ maupun ek-situ .Konservasi in-situ merupakan upaya pemeliharaan tanaman di dalam habitat aslinya, misalkan cagar alam dan taman nasional. Sedangkan konservasi secara ek-situ adalah upaya pemeliharaan tanaman bukan di habitat aslinya melainkan pada habitat baru yang di sesuaikan dengan habitat aslinya. Pemeliharaan secara eksituini contohnya adalah kebun raya.
Salah satu kebun raya di Indonesia yang memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan khususnya tumbuhan dataran rendah kering adalah Kebun Raya Purwodadi (KBR). Tumbuh-tumbuhan dataran rendah kering yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi memiliki kelebihan dan daya tarik bila dibandingkan dengan daerah lain. Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking atas prakarsa Dr. D.F. Van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan S’Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab (LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti.
Dalam perkembangannya di harapkan cabang balai kebun raya purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitian tumbuhan iklim kering di daerah tropis. Kegiatan ini meliputi pengamatan dan pengenalan jenis, marga dan suku dari tumbuhan yang tergolong dalam divisi Pteridophyta, Gymnospermae, dan Angiospermae. Namun, dalam kesempatan ini kelompok kami mendapatkan bagian untuk mengamati kelompok tumbuhan Angiospermae yaitu pada kelas Monokotil saja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran umum Kebun Raya Purwodadi?
2. Bagaimanakah karakteristik tumbuhan Monokotil?
3. Tumbuhan Monokotil apa saja yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi?
4. Bagaimanakah manfaat dari masing-masing spesies tumbuhan Monokotil yang diamati?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui gambaran umum Kebun Raya Purwodadi.
2. Untuk mengetahui  karakteristik umum tumbuhan Monokotil.
3. Untuk mengetahui tumbuhan monokotil yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi.
4. Untuk mengetahui karakteristik dan manfaat dari masing-masing spesies tumbuhan Monokotil yang diamati.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan, jumlah ini sama dengan 10% flora dunia. Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman tumbuhan, tetapi masih banyak yang belum terungkap secara ilmiah. Hal ini dikarenakan derasnya pemanenan sumberdaya hayati, khususnya penebangan ekosistem hutan dengan berbagai alasan, besar kemungkinan bahwa keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan ini tererosi, bahkan terancam punah (Kartawinata, 2010).
Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam  divisio. Kelima division tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling  komplek yaitu Divisio  Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang menjadi anggota Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara reproduksinya dengan membelah diri, inti sel belum berdinding dan secara umum bersifat uniseluler. Contoh dari Diviso Schizophytaadalah bakteri dan alga biru. Divisio berikutnya adalah Divisio Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun uniseluler namun sudah memiliki inti yang sesungguhnya. Contoh dari Divisio Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun sel telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta. Bryophyta kadang-kadang dapat dianggap sebagai moyang tumbuhan berpembuluh. Kesederhanaan strukturnya, tidak adanya jaringan pembuluh dan pembatasan pada tempat-tempat basah menyatakan bahwa mereka adalah bentukan peralihan di antara alga tumbuhan berpembuluh (Kimball, 1987). Meningkat pada kelompok  tumbuhan Pteridophyta, adalah divisio yang semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah jelas. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora (Tjitrosoepomo.1988). Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium. Sporangium tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta membentuk gugusan berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi tumbuhan paku (Arini, 2012).
Divisio tertinggi dalam dunia tumbuhan, adalah Divisio Spermatophyta; divisio ini telah memiliki biji untuk perkembangan biakan generatifnya. Divisio ada juga yang membaginya menjadi 4 saja dikarenakan Divisio Schizophyta yaitu tumbuhan belah; karena memiliki ciri inti sel belum berdinding maka dikelompokkan pada kelompok tersendiri di luar kelompok tumbuhan yaitu Kingdom Monera (Heyne, 1992).
Angiospermae atau tumbuhan biji tertutup memiliki ciri - ciri yaitu bakal biji selalu diselubungi bakal buah, memiliki organ bunga yang sesungguhnya, terdiri dari tumbuhan berkayu atau batang basah, sistem perakaran tunggang atau serabut, batang bercabang atau tidak, serta kebanyakan berdaun lebar, tunggal atau majemuk dengan komposisi yang beranekaragam, demikian juga dengan pertulangannya. Angiospermae memiliki dua subdivisio yaitu dicotyledoneae dan monocotyledoneae, mencakup sekitar 300 familia atau lebih dari 250.000 spesies. Di antara familia tersebut yang ditemukan di berbagai lokasi adalah rumput - rumputan dengan jumlah 7500 spesies (Tjitrosomo, 1984: 210).
Divisi Spermatophyta dibagi menjadi dua sub divisi Gymnospermae dan Angiospermae.
Subdivisi Gymnospermae
Beberapa jenisnya sudah punah. Jenis-jenis yang masih hidup termasuk ke dalam beberapa ordo yaitu:
1. Ordo Cycadales
Cycadaceae
Ciri khas: perawakan seperti palmae, daun besar, pinnatus; strobili uniseksual, letaknya terminal atau pada kerumunan daun; biji besar seperti drupa. Masih mirip dengan tumbuhan paku, terutama daun mudanya. Beberapa contoh jenisnya: Cycas rumphii, C. siamensis (asli di Malaya), beberapa genera yang lain: Macrozamia, Zamia, Encephalartos (Tjitrosoepomo, 1984).
2. Ordo Coniferales
Podocarpaceae
Perdu atau pohon. Daun tersebar atau tersusun spiral, bentuknya bervariasi dari bentuk sisik, bentuk jarum hingga lanset. Strobilus uniseksual, dioesius, terdapat pada bagian atas ketiak daun. Strobilus jantan terdiri dari banyak mikrosporofil yang tersusun secara spiral, masing-masing berisi sepasang mikrosporangia, mikrospora bersayap. Strobili betina berisi ovul tunggal (atau jarang terdiri dari beberapa ovul). Contoh jenis: Podocarpus polystachyus, Dacrydium elatum, Phyllocladus hypophyllus.
3. Ordo Gnetales
Gnetaceae
Merupakan tumbuhan memanjat dan berkayu, beberapa jenis berupa pohon tegak. Daun tunggal berhadapan, pertulangan reticulatus. Strobili uniseksual atau biseksual tidak sempurna. Strobilus jantan berbentuk memanjang, articulatus, terdapat pada ketiak daun (penampakannya seperti bunga jantan). Strobilus betina juga berbentuk memanjang, articulatus, terdapat pada ketiak daun (penampakannya seperti bunga betina). Hanya terdiri dari satu genus (monogenerik), terdapat 10 jenis di Malaya. Jenis yang umum dan sudah dibudidayakan adalah Gnetum gnemon (melinjo).
Subdivisi Angiospermae
Menurut Tjitrosoepomo (2003)
subdivisi ini dibagi ke dalam 2 kelas yaitu; kelas Dikotiledoneae dan kelas
Monokotiledoneae.
A. Dikotiledoneae                   B. Monokotiledoneae.
1. Subkelas Magnoliideae       1. Subkelas Arecidae
2. Subkelas Dilleniideae          2. Subkelas Commelinidae
3. Subkelas Rosaideae            3. Subkelas Zingiberidae
4. Subkelas Asteridae             4. Subkelas Liliidae
5. Subkelas Alismatidae
1) Bangsa Rhoeadales (Brassicales).
Bangsa ini meliputi tumbuhan yang sebagian besar berupa terna dengan daun - daun yang duduknya tersebar tanpa dun penumpu. Bunga umumnya banci, aktinomorf, hiasan bunga berupa kelopak dan mahkota yang berdaun lepas, berbilangan 2 – 4, kadang-kadang 3 – 5 . Benang sari sama banyaknya dengan daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah biasanya menumpang dengan 2 tembuni atau lebih yang terdapat pada dinding buah, kadang-kadang menjadi beruang banyak karena adanya pembentukan sekat-sekat. Dari segi anatomi ada sifat-sifat yang karakteristik yaitu adanya buluh-buluh getah dan sel-sel yang mengandung mirosin (Steenis, 1998).
2) Bangsa Guttiferales atau Clusiales
Sebagian besar berupa semak, perdu, atau pohon dengan batang berkayu, daun tunggal berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga hampir selalu banci, 7 dengan kelopak dan daun-daun mahkota yang bebas, kebanyakan berbilangan 5. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota, jika lebih berberkas. Putik dengan bakal buah yang menumpang, apokarp atau sinkarp, jika sinkarp hanya beruang 1 dengan tembuni pada dindingnya, biasanya beruang lebih dari 1 dengan tembuni di pusat dalam sudut-sudut ruangan. Biji dengan endosperm yang tidak mengandung zat tepung. Dari segi anatomi terdapat sifat-sifat yang khas, yaitu adanya sel-sel spikula (sel - sel yang mengandung badan-badan seperti paku atau jarum-jarum kecil) dalam daging daunnya dan terdapatnya saluran-saluran atau rongga-rongga yang berisi resin terutama (Steenis, 1998).
3) Bangsa Malvales atau Columniferae
Anggota bangsa Malvales disebut juga Columniferae, mempunyai sebagai ciri khasnya terdapatnya “columna”, yaitu bagian bunganya yang terdiri atas perlekatan bagian bawah tangkai sarinya membentuk badan yang menyelubungi putik dan bagian pangkalnya berlekatan dengan pangkal daun-daun mahkota, sehingga bila mahkota bunga ditarik keseluruhannya akan terlepas dari bunga bersama-sama dengan benangbenang sari dengan meninggalkan kelopak dan bakal buah saja. Tumbuhan yang tergolong ke dalam bangsa ini kebanyakan berupa semak atau pohon, ada pula yang merupakan terna yang annual. Daun tunggal, tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga umumnya banci, aktinomorf, berbilngan 5, dengan daun-daun kelopak yang berkatup dan daun-daun mahkota seperti sirap atau genting. Benang sari banyak, tersusun dalam 2 lingkaran, yang di lingkaran luar seringkali tereduksi, yang di lingkaran dalam membentuk “columna”. Bakal buah menumpang, beruang 2 sampai banyak, dalam tiap ruang terdapat 1 sampai banyak bakal biji yang tegak, masing-masing dengan 2 integumen. Pada bagian-bagian tertentu seperti daun dan kulit batang terdapat sel-sel atau saluran-saluran lendir, dan di luar sering rambut-rambut berbentuk bintang. Dalam bangsa ini ada beberapa suku, diantaranya yang penting ialah (Steenis, 1998).
4) Bangsa Cucurbitales
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku saja, yaitu suku Cucurbitaceae, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Kebanyakan berupa terna annual, jarang sekali berupa semak atau perdu, biasanya memanjat dengan menggunakan sulur-sulur alat-alat pembelit yang merupakan metamorfosis cabang, dahan atau kadang-kadang daun penumpu. Daun tunggal, berlekuk, berbagi, sampai mejemuk menjari, tanpa daun penumpu, biasanya duduk tersebar. Bunga aktinomorf, hampir selalu berkelamin tunggal, berumah satu, tetrasiklik, pentamer. Bagian ujung daun-daun mahkota tersusun seperti katup. Benang sari berjumlah 5, jarang bebas, kebanyakan sedikit banyak berlekatan satu sama lain, kepala sari beruang dua, dengan ruang sari terlipat, menghadap ke luar, kelima-limanya bergabung membentuk sinandrium di pusat, atau empat dari kelima kepala sari itu berpasang-pasangan. Bakal buah tenggelam, kebanyakan beruang tiga, dalam, dalam masing-masing ruang terdapat dua tembuni yang membengkok keluar dengan kebanyakan sejumlah besar bakal biji (ada kalanya hanya satu), masing-masing dengan dua selaput kulit biji. Tangkai kepala putik dengan kepala putik yang berbagi tiga seperti garpu. Buahnya pada umumnya berupa buah buni, jarang seperti buah kendaga. Biji tanpa endosperm (Steenis, 1998).
5. Bangsa Rosidales
Bangsa ini terdiri atas terna, semak, atau pohon dengan daun-daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga merupakan bunga banci, karena reduksi dapat menjadi berkelamin tunggal, jelas mempunyai hiasan bunga yang dapat dibedakan antara kelopak dan mahkotanya, mahkota berdaun mahkota bebas, dan kebanyakan berbilangan 5. Jumlah benang sari sama dengan jumlah daun mahkota, ada yang dua kali lipat atau banyak, jarang lebih sedikit daripada jumlah daun mahkotanya. Bakal buah sama dengan jumlah daun mahkota atau kurang, bebas, dapat berupa bakal buah beruang banyak dengan tembuni sentral. Dasar bunga berbentuk cakram , melebar atau cekung dengan bagian-bagian bunga yaitu mulai dari kelopak sampai benang-benang sari pada tepinya. Bakal buah seringkali terdapat dalam cekungan dasar bunga dan diselubungi dasar bunga itu, hingga letak bakal buah menjadi tenggelam (Steenis, 1998).
6. Bangsa Ranales (Ranunculales)
Sebagian besar warga bangsa ini terdiri atas tumbuhan dengan batang berkayu, kadang-kadang dalam kayunya belum terdapat trakea, sebagian kecil berupa terna. Ciri utama bangsa ini ialah terdapat daun buah yang bebas pada bunganya, sehingga dari satu bunga dapat membentuk banyak buah. Kedudukan primitifnya terlihat dari, dimilikinya bunga yang bagian-bagiannya selain bebas satu dengan yang lain juga karena duduknya yang mengikuti spiralnya dan adanya bentuk-bentuk peralihan antara bagian-bagian utama bunga. Selain itu, bagian-bagian bunga tersebut (terutama daun-daun buahnya) kadang-kadang masih jelas sifatnya sebagai sporofil dengan bakal biji (makrosporangium) yang terletak pada tepinya (marginal) (Steenis, 1998).
7. Bangsa Liliiflorae (Liliales)
Kebanyakan berupa terna perennial, mempunyai rimpang, umbi sisik atau umbi lapis, kadang-kadang juga berupa semak atau perdu, bahkan berupa pohon, ada pohon, ada pula yang merupakan tumbuhan memanjat. Daun tersebar pada batang atau merupakan rozet akar. Bunga banci, atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi berkelamin tunggal, aktinomorf atau zigomorf, biasanya tersusun dalam rangkaian yang bersifat rasemos. Hiasan bunga berupa tenda bunga berbilangan 3 yang tersusun dalam 2 lingkaran, menyerupai mahkota, kadang-kadang seperti kelopak, tetapi jarang dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota. Benang sari bisanya 6, dalam 2 lingkaran, lingkaran yang dalam sering kali tidak ada. Bakal buah menumpang atau tenggelam. Kebanyakan beruang 3 dengan bakal biji yang anatrop. Buahnya buah kendaga atau buah buni. Biji dengan endosperm berdaging atau seperti tanduk. Warga bangsa Liliales mempunyai daerah distribusi yang sangat luas, meliputi semua daerah beriklim sedang dan beriklim tropika, sebagian kecil di daerah-daerah iklim panas (Steenis, 1998).
8. Bangsa Zingiberales
Habitus berupa terna yang besar, perenial, mempunyai rimpang atau batang dalam tanah. Daun lebar, jelas dibedakan dalam tiga bagian : helaian, tangkai, dan upih. Helaian daun simetris, bertulang menyirip. Bunga besar dengan warna yang menarik, banci, zigomorf atau asimetris. Kelopak dan mahkota bilangan 3, kelopak sering menyerupai mahkota. Benag sari 6, tersusun dalam 2 lingkaran, tangkai sari bebas, sering terdapat reduksi, sehingga kadang-kadang hanya tinggal 1 benang sari yang fertil, yang lain mandul atau tidak terdapat. Bakal buah tenggelam, kebanyakan beruang 3, tiap ruang dengan 1 sampai banyak bakal biji. Biji tanpa atau dengan sedikit endosperm, tetapi dengan perisperm yang besar (Steenis, 1998).











BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Jum;at, 08 Mei 2015.
Tempat : Seluruh area Kebun Raya Puwodadi Pasuruan – Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Alat tulis menulis : pensil, bollpoit, penghapus, penggaris, buku kerja
2.      Papan dada
3.      Kamera digital
3.2.2.Bahan
1.      Berbagai macam tanaman yang ada di seluruh area Kebun Raya Purwodadi Pasuruan-Malang
3.3 Cara Kerja
Mendata atau menganalisis 10 macam tumbuhan dari berbagai suku dan marga yang berbeda.
Mendeskripsikan tumbuhan tersebut.
 





Mengaadikan tumbuhan dengan enggunakan camera digital
Mencatat hasil pengamatan
Mempresentasikan dan melaporkan hasil pengamatan.
Mengisi kolom yang tersedia pada buku kerja sesuai dengan keterangan yang telah diberikan oleh guide.
Menuliskan klasifikasi dari tumbuhan yang ditemukan secara lengkap.

 










 

 

 

 

 

 

 





















BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
NO.
Nama dan Gambar Tumbuhan
Deskripsi dan Klasifikasi
1.
Livistona rotundifolia
(Palem Sadeng)

Deskripsi:
1. Akar            : Serabut
2. Batang         : Vertikal (Tegak)
3. Daun           : Membentuk Kipas
4.Alat Reproduksi: Terdapatbunga (membentuk tandan), ada buah, satu tandan terdiri dari banyak buah terlihat seperti hiasan.
5. Ciri Khusus :
-Tangkai daun diselubungi oleh serabut
-Daun seperti pita
-Terdapat cincin batang (alur berkas duduk daun)
6. Manfaat       : Untuk tanaman hias karena memiliki nilai ekonomis. Kayunya digunakan untuk bahan bangunan

Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Arecales 
Family             : Arecaceae
Genus              : Livistona
Spesies            :Livistona rotundifolia
2.
Metroxylon sagu Rottb
(Sagu)
Deskripsi :
1.Akar                         : Serabut
2.Batang          : Tidak berduri, di batang terdapat akar adventif berfungsi sebagai penyerap udara
3.Daun            : Anak daunnya berbentuk pita, pelepah daun terdapat warna garis-garis dan berwarna hijau.
4.Alat reproduksi: Tunas
5.Ciri Khusus: Habitus pohon berumpun
6.Manfaat        : Sebagai bahan makanan.

Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Arecales 
Family             : Arecaceae
Genus              : Metroxylon
Spesies            : Metroxylon sagu Rottb
3.
Elaeis guineensis Jacq
(Kelapa Sawit)
Deskripsi:
1.Akar                         : Serabut
2.Batang          : Kulit batang kasar, terdapat bekas pelepah
3.Daun                        : Berbentuk pita, tunggal
4.Alat reproduksi: Buah berwarna merah kecoklatan seperti salak. Bunga berwarna merah, bijinya menuju jadi tanaman baru.
5.Ciri Khusus: Buahnya tersusun dalam tandan yang banyak, buahnya berwarna merah kecoklatan
6.Manfaat : Diambil minyaknya sebagai bahan bangunan. Limbahnya dari buah dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Arecales 
Family             : Arecaceae
Genus              : Elaeis
Spesies            :Elaeis guineensis Jacq

4.
Imperata cylindrica
(Ilalang)
Deskripsi:
1.Akar                         : Serabut
2.Batang          : Berbentuk herba, berstolon di dalam tanah.
3.Daun                        : Berbentuk pita, tepinya bergerigi
4.Alat reproduksi: Bunga berwarna putih
5.Ciri Khusus  : Batang yang masih muda kuat dan lancip
6.Manfaat        : Batang muda dan rhizome digunakan sebagai obat kuat dan sebagai minuman.

Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Graminales
Family             : Gramineae
Genus              : Imperata
Spesies            :Imperata cylindrica
5.
Pandanus labyrinthicus
(Pandan)


Deskripsi:
1.Akar                         : Serabut
2.Batang          : Habitus semak, batangnya berduri
3.Daun                        : Daun berduri, duduk daun roset, bentuk daun seperti pita. Tepi daun  bergerigi. Tulang dau bagian bawah timbul.
4.Alat reproduksi: Biji dan vegetatif stek
5.Ciri khusus: Terdapat akar adventif untuk menyangga batang pohon.
6.Manfaat        : Sebagai tanaman hias.

Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Pandanales
Family             : Pandanaceae 
Genus              : Pandanus
Spesies            : Pandanus sp.
6.
Ananas comosus
(Nanas-nanasan)
Deskripsi:
1.Akar             : Serabut
2.Batang          :Herbaceous, berada di bawah tanah.
3.Daun                        : Roset batang berbetuk pita, tepinya bergerigi.
4.Alat reproduksi: Tunas (vegetatif)
5.Ciri khusus   : Daun berduri, berwarna hijau kemerahan, batangnya putih. Buahnya berduri dan majemuk.
6.Manfaat        : Untuk makanan, buahnya enak untuk dikonsumsi, dapat digunakkkan untuk melunakkan daging, buah muda digunakan untuk melancarkan haid.

Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Poales
Family             : Bromeliaceae 
Genus              : Ananas
Spesies            :Ananas comosus
7.
Tradescantia spathacea
(Nanas Kerang)

Deskripsi:
1.Akar             : Serabut
2.Batang          : Herbaceous (basah)
3.Daun                        : roset batang, bagian adaxial berwarna ungu, abaxial berwarna hijau. Bentukny linear, berdsaging dan berlendir.
4.Alat reproduksi: Bunga (berwarna putih)
5.Ciri khusus   : Daun berdaging dan berlendir, halus dan licin
6.Manfaat        : Untuk bordir taman

Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Commelinales
Family             : Commelinaceae 
Genus              : Tradescantia
Spesie              :Tradescantia spathacea
8.
Sansevieria gigantea
(Lidah Mertua)
Deskripsi:
1.Akar             : Serabut
2.Batang          : Berbatang basah (herba), berada di bawah (dalam tanah) dan menjalar
3.Daun                        : Berdaging dah halus, berbentuk pedang.
4.Alat reproduksi: Bunga. Berwarna putih dan dapat di stek, serta buahnya berbulir dan majemuk.

Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Asparagales
Family             : Asparagaceae
Genus              : Sansevieria
Spesies            : Sansevieria sp.
9.
Agave americana
Deskripsi:
1.Akar             : Serabut
2.Batang          : Basah / herbaceous
3.Daun: Warna hijau bergaris tepi kuning, dan tepi daunnya berduri
4.Alat reproduksi: Tunas batang dan biji
5.Ciri khusus   : Daunnya ketika besar akan menggulung ujungnya, tepi daun berduri.
6.Manfaat        : Sebagai tanaman hias
Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Asparagales
Family             : Asparagaceae
Genus              : Agave
Spesies            :Agave americana
10.
Sansevieria cylindrica
(Sansivieria Tanduk)

Deskripsi:
1.Akar             : Serabut
2.Batang          : Berada di bawah
3.Daun                        : Berbentuk pita seperti tanduk dan ujungnya berduri
4.Alat reproduksi: Tunas, generatif dan vegetatif
5.Ciri khusus   : Daunny silindris bentuk seperti tanduk, ujung seperti tombak.
6.Manfaat        : Sebagai tanaman hias.

Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Division           : Tracheophyta 
Class                : Magnoliopsida 
Ordo                : Asparagales  
Family             : Asparagaceae 
Genus              : Sansevieria
Spesies            : Sansevieria cylindrica

4.2 Pembahasan
            Pada pengamatan di Kebun Raya Purwodadi kami mengamati tumbuhan yang ada di KBP dan mendeskripsikan nya di bantu oleh guide yang berasal dari kebun raya tersebut. Kelompok kami mengamati tentang divisi Magnoliophyta dengan kelas Liliopsida (monokotil/berkeping satu). Kami mengamati serta mendeskripsikan 10 spesies tanaman yang ada pada kebun raya purwodadi ini yaitu Livistona rotundifolia, Metroxylon sagu, Elaeis guineensis Jacq, Imperata cylindrica, Pandanus labyrinthicus, Ananas comosus, Tradescantia spathacea, Sansevieria gigantea, Agave americana, Sansevieria cylindrica.
1.      Livistona rotundifolia (Palem Serdang)
Klasifikasi :
Kingdom               : Plantae
Division                 : Tracheophyta 
Class                      : Magnoliopsida 
Ordo                      : Arecales 
Family                   : Arecaceae
Genus                    : Livistona
Spesies                  :Livistona rotundifolia
Deskripsi dari Livistona rotundifolia dengan nama daerah palem serdang, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji.  Memiliki batang tegak dengan arah tumbuh vertikal ke atas, dan memilik bekas duduk daun atau scar leaf pada bagian batang yang sangat jelas serta memiliki cincin daun yang mengelilingi batang, memiliki pelepah jatuh seperti kelapa dan memiliki diameter batang 38 cm dengan tinggi mencapai 10 meter. Daun berbentuk seperti kipas dengan filotaksis roset batang terdapat pelepah daun dengan bagian tepi berduri kasar dan memiliki tajuk bundar. Memiliki alat reproduksi bunga dan buah, bunga bertandan, dan buah berbentuk lonjong berwarna merah ketika tua dan berwarna hijau ketika muda. Memiliki ciri khusus 1 tandan terdiri dari banyak buah, tangkai daun di selubungi oleh sabut dan tidak ada daun seperti pita. Memiliki manfaat sebagai tanaman hias.
Menurut Batara (2005) palem serdang (Livistona rotundifolia), jenis ini hanya di jumpai pada areal yang mempunyai kanopi terbuka atau rumpang yang lebar untuk kebutuhan cahaya matahari. Palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit dan belereng terjal. Selain faktor di atas, ada juga faktor lain yang mempengaruhi kehadiran suatu tumbuhan pada suatu wilayah yaitu pengaruh hewan dalam membantu pemencaran biji tumbuhan ke daerah lain. Hewan harus di pandang sebagai suatu faktor penyebaran dalam komunitas tumbuhan.
Berdasarkan teori tersebut tumbuhan palem serdang yang kami amati di Kebun Raya Purwodadi sesuai dengan teori yang ada dimana tempat tumbuhnya palem serdang pada KBP pada tanah gambut, maka dari itulah ketika pengamatan palem serdang tumbuh subur, dalam satu tempat ada sekitar 10 palem serdang yang tumbuh dari yang ukurannya kecil yang masih berupa tunas hingga ukurannya mencapai 10 meter. Palem serdang ini tumbuh subur juga sesuai dengan teori yang ada yaitu pemencaran biji yang nantinya akan jadi calon palem di bantu oleh serangga, pada sekitar palem serdang terdapat serangga yang membantuk penyebaran palem serdang ini. Kanopi pada palem serdang yang kami amati juga terbuka sesuai dengan teori yang ada fungsinya untuk memenuhi kebutuhan cahaya matahari yang di butuhkan oleh palem serdang tersebut.
Menurut Nurrani (2013) Palem serdang (Livistona rotundifolia) atau dalam bahasa lokal disebut woka merupakan jenis palem dengan tajuk berbentuk bundar dan daun mudanya banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pembungkus nasi. Selain sebagai pembungkus nasi kuning, daun woka muda juga dimanfaatkan sebagai bahan pembukus kue dodol khas Sulawesi Utara. Woka banyak digunakan sebagai pembungkus karena permukaannya licin, mulus dan anti lengket. Umumnya woka digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional, wadah tradisional, pembungkus hasil kebun dan buruan, atap dan dinding rumah, tanaman hias serta untuk penguburan tradisional suku minahasa kuno. Daun woka dewasa seringkali digunakan sebagai media pengganti payung ketika musim penghujan, karena ukuran daunnya yang lebar dan resisten terhadap air. Pada daerah pedesaan masih dapat ditemukan rumah-rumah yang menggunakan daun woka baik sebagai atap ataupun untuk dinding. Maka tidaklah mengherankan jika pada ladang atau kebunkebun masyarakat banyak ditemukan gubuk kerja (daseng) yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari daun woka. Uniknya daun woka oleh masyarakat Gorontalo digunakan sebagai pembungkus ari-ari bayi (dodome) sebelum dikuburkan. Entah apa makna dari kebiasaan tersebut namun yang pasti tradisi ini telah diyakini merupakan warisan leluhur dan telah dipraktekkan dari sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.
Pada pengamatan di kebun raya purwodadi sesuai dengan teori yang ada yaitu tajuk pada pohon palem ini berbentuk bundar dan pada daun muda nya lebih kuat dan lentur ketika di pakai untuk membungkus nasi tidak akan sobek. Sedangkan jika memakai daun yang sudah tua kebanyakan yang kita amati daun tuanya cenderung kering di ujung daun dan kaku sehingga susah untuk di manfaatkan. Di perkotaan sering kita lihat palem serdang ini di gunakan sebagai tanaman hias sedangkan pada masyarakat pedesaan yang sering menggunakan segala tanaman untuk kehidupan sehari-hari tumbuhan palem serdang ini banyak sekali di gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana palem ini banyak di gunakan sebagai pembungkus nasi, atap pada rumah, dan juga sebagai adat istiadat dari suatu daerah seperti contohnya pembungkus ari-ari bayi pada adat istiadat di Gorontalo.
2.      Metroxylon sagu Rottb (Pohon Sagu)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Arecales 
Family      : Arecaceae
Genus       : Metroxylon
Spesies     : Metroxylon sagu Rottb
Deskripsi dari Metroxylon sagu Rottb dengan nama daerah pohon sagu, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Memiliki batang tegak dengan arah tumbuh batang vertika dalam bentuk pohon, memiliki scar leaf atau bekas duduk daun dan di permukaan batang terdapat akar adventif yang berumpun. Memiliki daun berbentuk pita, terdapat pelepah daun. Memiliki warna daun yang beda dalam satu tangkai berwarna merah dan hijau kemerahan. Memiliki alat reproduksi berupa tunas dan bunga majemuk berbentuk tandan. Ciri khusus nya memiliki warna merah pada daunnya. Manfaat dari pohon sagu ini adalah sebagai makanan poko oleh orang papua, dan juga dapat di gunakan sebagai bahan kue.
Menurut Limbongan (2007) sagu (Metroxylon sagu Rottb.) merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Penyebarannya meliputi Melanesia Barat sampai India Timur dan dari Mindanao Utara sampai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara bagian selatan. Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber air yang melimpah. Tanaman sagu masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.250 m dpl dengan curah hujan 4.500 mm/tahun.
Namun pada saat di kebun raya purwodadi ini tanaman sagu hidup pada dataran rendah dan dapat tumbuh dengan baik. Hal ini mungkin di karenakan perawatan yang baik dari pihak lipi yang berada di kebun raya purwodadi sehingga pohon ini dapat tumbuh dengan baik, walaupun pada saat pengamatan tidak di dapat buah yang masih muda hanya di dapat buah yang sudah masak dan sudah terjatuh dari pohonnya.
Menurut Limbongan (2007) masyarakat Papua mengonsumsi sagu dalam bentuk papeda basah, papeda kering, dan bentuk lempengan. Ada pula sebagian masyarakat pendatang yang telah membuatnya menjadi berbagai kue dengan bentuk dan rasa yang beragam. Beberapa contoh kue sagu disajikan pada Gambar 2. Pati teroksidasi digunakan pada industri kertas, tekstil, dan berbagai industri pangan. Dalam industri kertas, pati teroksidasi digunakan sebagai bahan pelapis, dan dalam industri tekstil sebagai bahan sizing. Dalam industri pangan, pati teroksidasi digunakan sebagai pengental, pengemulsi, pengikat, dan pencegah sinerisis untuk mempertahankan mutu pangan.
Hal ini sesuai dengan yang kami amati serta yang di bicarakan oleh guide yang mendampingi kami dimana guide tersebut berbicara bahwa sebagian besar manfaat dari sagu ini adalah di gunakan untuk bahan makanan pokok oleh masyarakat papua dengan cara menghancurkan isi dari dari pohon tersebut lalu di aliri air pada jalan yang di buat oleh warga setempat, kemudian di rendam hasil dari rendaman tersebut merupakan pati yang biasa di gunakan untuk membuat papeda oleh masyarakat papua. Selain di buat sebagai papeda pati dari sagu juga sudah di modifikasi menjadi bahan dari kue kering pengganti tepung terigu. Selain batang nya yang di gunakan sebagai makanan pokok daunnya pun juga dapat di gunakan sebagai atap rumah pada beberapa rumah adat.
3.      Elaeis guineensis Jacq (Kelapa Sawit)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Arecales 
Family      : Arecaceae
Genus       : Metroxylon
Spesies     : Metroxylon sagu Rottb
Deskripsi dari Elaeis guineensis Jacq dengan nama daerah kelapa sawit, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Memiliki habitus pohon dengan arah tumbuh vertikal memiliki permukaan pohon yang kasar dan memiliki scar leaf atau bekas duduk daun. Tipe daun merupakan daun tunggal yang berbentuk pita. Memiliki alat reproduksi bunga majemuk tandan, dan buah berwarna merah serta memiliki tunas. Ciri khususnya memiliki buga tandan yang berwarna merah. Memiliki manfaat untuk di ambil minyaknya sebagai bahan bangunan, dan limbahnya di gunakan sebagai sabun kering.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dan penjelasan dari guide kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang, sehingga memiliki akar serabut yang kuat dan dapat menopang berat dari kelapa sawit ini. Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Daun dari kelapa pada awal lanceolaer yang keluar pada masa pembibitan berupah dengan helaian daun yang utuh. Kemudian setelah mengalami proses diferensiasi bentuk daun pecah tetapi bagian ujung belum terbuka. Pinnate Bentuk daun dengan helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah ) pertahun pada tanaman tua antara 28 – 24 pelepah per tahun. Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125 – 200 pasang dengan panjang 1 – 1,2 m dengan lebar tengah + 6 cm. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40 – 56 pelepah selebihnya dibuang saat panen. Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap tiga putaran terdapat 8 daun. Spiral kiri atau spiral kanan. Arah putaran dilihat dari arah atas kebawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya terhadap produksi.
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina  Bunga mulai berbunga pada umur ± 14 – 18 bulan, Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang akan muncul bunga banci yaitu : bunga jantan dan betina ada pada satu rangkaian. Sex ratio yaitu : perbandingan bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga betina). Bunga jantan Bunga betina Terdiri dari 100-250 spikelet Terdiri dari 100-200 spikelet, 1 tandan mekar dengan bau Tiap spikelet 15-20 bunga, yang wangi selama 2-4 hari.
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
4.      Imperata cylindric (Ilalang)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Graminales
Family      : Gramineae
Genus       : Imperata
Spesies     : Imperata cylindrica
Deskripsi dari Imperata cylindric yang memiliki nama daerah ilalang, memiliki akar serabut. Batang berhabitus herba, arah tumbuh batang horizontal berbentuk stolon berada di dalam tanah. Memiliki daun tunggal dalam bentuk pita dengan tepi bergerigi. Memiliki alat reproduksi bunga berwarna putih. Memiliki ciri khusus saat muda batang berbentuk lancip, dan akan menjadi gulma karena pertumbuhannya sangat cepat. Memiliki manfaat sebagai obat kuat.
Ilalang yang kami amati berdasarkan penjelasan guide merupakan sejenis rumput menahun yang berumur panjang (parenial), dengan tumbuh berumpun memiliki tinggi sekitar 30-180cm. Tumbuhan ini bertunas panjang bersisik dengan pucuknya yang runcing tajam menyerupai duri yang tajam. Tumbuhan ini yaitu batang menjulang ke atas yang berbentuk silindris dengan garis tengah dengan diameter sekitar 2-3 m dan memiliki ruas-ruas.
Tumbuhan ilalang ini memiliki daun berwarna hijau, memiliki bentuk pita yaitu ligulatus, dengan panjang sekitar 12-80 cm dengan lebar 2-5 cm. Helaian daunnya tipis tegar, ujung meruncing atau acuminatus, tepi rata, disertai dengan pertulangan daun yang sejajar (parallel) dengan permukaan atas halus dan permukaan bawah kasar. Pada bagian permukaan daun terdapat seperti duri-duri halus makanya ketika kita ingin mengambil ilalang ini jangan pernah sekali-kali menarik daunnya karena dapat menggores tangan hingga berdarah, lebih baik di potong menggunakan pisau.
            Jenis bunga yang kita amati pada di purwodadi adalah bunga majemuk, bertangkai panjang, berbentuk bulir (spica), di mana setiap bulirnya berekor puluhan helai "rambut" putih sepanjang 8-14 mm yang mudah diterbangkan angin. Buah yang dihasilkan oleh tumbuhan ini berbentuk biji jorong, panjang 1mm, dan berwarna cokelat tua. Akarnya merupakan akar rimpang yang keras dan liat, menjalar, berbuku-buku, dan berwarna putih.
Menurut Dwi (2013) potensi Alang-alang dalam Produksi Etanol dan Hasil Pretreatment Alang-alang memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi yang berikatan kuat diantaranya selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kandungan kimia alang-alang antara lain α-selulosa 40,22%, holoselulosa 59,62%, hemiselulosa (pentosan) 18,40%, dan lignin 31,29%. α-selulosa merupakan selulosa murni, suatu polimer polisakarida yang terdiri dari unit-unit monomer glukosa. Unit monomer glukosa ini kemudian dapat difermentasikan oleh mikroorganisme menjadi etanol. Kandungan selulosa dalam alang-alang menjadi potensi besar untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku dalam pembuatan etanol. Potensi tersebut dinyatakan dengan seberapa besar kadar etanol yang dihasilkan dari hasil perombakan selulosa menjadi etanol dalam beberapa tahapan, yaitu pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi.
Berdasarkan teori tersebut yang di jelaskan oleh guide ilalang ini merupakan obat kuat artinya di dalam obat kuat tersebut terdapat kandungan etanol yang sudah di lakukan penelitian oleh teori tersebut. Warna obat kuat yang di hasilkan obat ilalang ini berwarna merah. Dimana di dalam ilalang ini mengandung banyak sekali polimer sakarida dan monomer glukosa yang mengakibatkan seseorang yang meminumnya akan menjadi kuat. Selain itu manfaat lain dari ilalang ini adalah sebagai bahan obat-obatan tradisional diantaranya untuk meluruhkan kecing (diuretika), mengobati demam serta serat bunga yang halus di gunakan sebagai pengganti kapuk untuk mengisi alat tidur atau bantal. Jaman dulu ilalang merupakan gulma yang pertumbuhannya sangat cepat dan mengakibatkan kerugian bagi manusia tapi seiring dengan berkembangnya jaman dan semakin modernnya bio teknologi sehingga mengakibatkan banyak sekali rekayasa genetika yang di lakukan sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi manusia.
5.      Pandanus labyrinthicus (Pandan)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Pandanales
Family      : Pandanaceae 
Genus       : Pandanus
Spesies     : Pandanus labyrinthicus
Deskripsi tanaman Pandanus labyrinthicus dengan nama daerah pandan, memiliki akar berbentuk serabut. Dengan batang habitus semak arah tumbuh vertikal dan pada batang terdapat duri. Memiliki daun dengan filotaksis roset batang spiral, berbentuk pita, tepi daun bergerigi, tulang daun bagian bawah timbul, tepi daun yang bergerigi tersebut setengah menghadap ke pangkal dan setengahnya lagi menghadap ke ujung. Memiliki alat reproduksi berupa biji. Memiliki ciri khusus daun dan batang berduri, terdapat akar adventif yang menyangga batang pokok. Dan manfaatnya adalah sebagai tanaman hias.
Menurut Rahadiantoro (2006) persebaran atau distribusi pandan meliputi daerah kawasan pesisir di sebelah selatan, dataran rendah di bagian tengah (0-1200 m dpl) hingga daerah pegunungan bawah di sebelah utara (1200-1800 m dpl). Habitat pandan liar meliputi daerah pantai berpasir, tebing pantai yang curam, mangrove, hutan pantai dan perbukitan. Selain itu, jenis pandan budidaya dapat ditemukan di wilayah pemukiman penduduk. Data persebaran pandan tidak dapat mencakup seluruh daerah. Hal tersebut dikarenakan metode eksplorasi yang digunakan hanya terbatas di beberapa daerah. Kawasan pesisir di Kabupaten Malang merupakan habitat dari pandan jenis liar (P. tectorius Soland. ex Park., P. labyrinthicus Kurz, P. furcatus Roxb. dan P. bidur Jungh. ex Miq.) yang perlu dilestarikan. Selain di kawasan pesisir, pandan jenis liar (P. furcatus Roxb.) ditemukan di lereng perbukitan di daerah pegunungan bawah di Kabupaten Malang.
Hal ini sesuai dengan pengamanatn yang kami lakukan pada kebun raya purwodadi dimana pandan ini memiliki habitat di daerah  dataran rendah yang terdapat di kebun  raya purwodadi dengan baik. Pandan yang kami amati sangat berumpun dan tumbuh dengan subur. Di dekat pandan ini terdapat sungai yang mengalir sungai tersebut di gunakan untuk mengaliri setiap tumbuhan yang terdapat di sepanjang sungai tersebut. Sehingga pandan ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah yang mayoritas selalu panas.
Menurut Endarti (2008) Pandan besar, tinggi 4-5 meter, diameter batang 9,1-14 cm, akar tunjang (proproot) panjangnya 109,170 cm. Daun tunggal, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral, panjang 112-199 cm, lebar 4,5-5,8 cm, bentuk melidah atau memata pedang, menjangat, ujung runcing dengan panjang lebih dari 15 cm, seluruh tepi daun berduri tajam, permukaan atas berwarna hijau, permukaan bawah hijau kekuningan, cephalium tersusun atas kumpulan buah majemuk (phalanges), bentuk agak bulat, mengandung sekitar 38 phalanges, berwarna merah kekuningan, dan pada permukaan atas phalanges terdapat rekahan-rekahan yang mengelilingi stigma.
Pengamatan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang ada dimana pandan ini memiliki tubuh yang berbeda dengan pandan yang kami temukan pada umumnya. Batang pandan ini di sokong oleh akar tunggangyang sangat kuat sehingga mengakibatkan tubuhnya sangat kuat. Di bagian batangnya terdapat duri yang fungsinya sebagai  berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari pemangsa maupun sebagai alat adaptasi, khususnya terhadap kekeringan. Sehingga mengakibatkan pandanus ini tahan terhadap suhu yang kering pada dataran rendah dengan tipe tanah yang ekstrim dimana kekurangan air.
6.      Ananas comosus (Nanas-nanasan)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Poales
Family      : Bromeliaceae 
Genus       : Ananas
Spesies     : Ananas comosus
Deskripsi tanaman Ananas comosus dengan nama daerah nanas-nanasan, memiliki akar berbentuk serabut. Batang berhabitus herba, berbatang pendek karena sebagian batangnya berada di dalam tanah. Memiliki daun dengan filotaksis roset batang dengan bentuk pita dan tepi bergerigi. Memiliki alat reproduksi buah dan juga tunas. Memiliki ciri khusus warna daun hijau kemerahan. Dan memiliki manfaat sebagai makanan yaitu buah segar yang dapat dimakan, dan melunakkan daging serta melancarkan haid.
Menurut (2000) Ananas comosus merupakan herba yang mempunyai batang semu dengan tinggi 30 - 50 cm mempunyai batang dalam bentuk roset dengan pangkal yang melebar dan menjadi pelepah. Daun tunggal bentuk pedang, ujung lancip tepi berduri kecil dan tajam. Bunganya majemuk, bentuk malai terdapat di ujung batang berwarna ungu kemerahan. Buah berbentuk menyilinder, permukaan buah seperti sisik atau genting kecil yang tersusun rapi, warna hijau kekuningan sampai jingga. Daging buah berwarna putih kekuningan mengandung banyak cairan yang rasanya manis, asam, harum dan tidak berbiji. Distribusi tanaman Ananas comosus berasal dari Amerika Selatan dan didomestifikasi sebelum masa Columbus. Pada abad ke16 orang - orang Spanyol membawanya ke Philippines and Semenanjung Malaysia dan kemungkinan juga Indonesia. Sekarang tanaman ini meluas di seluruh daerah tropis dan subtropis. Industri pengalengan internasional dibangun di Thailand, Filipina, Malaysia dan Sumatra Utara juga di Hawaii, Brazil, Taiwan, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Ivory, Mexico dan Puerto Rico.
Habitat tanaman ini tumbuh pada area dengan temperatur rata-rata 23-32°C. Pada elevasi yang tinggi buah menjadi lebih asam. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan dan curah hujan yang optimal 1000-1500 mm per tahun. Tanaman ini menyukai drainase yang bagus pada tanah lempung berpasir dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan pH 4.5-6.5. Terdapat beberapa manfaat dari tanaman ini, di Filipina dan Taiwan, serat dari daun dibuat menjadi pakaian yang bagus. Buah nanas dicampur dengan kacang panjang, batang jahe muda, buah honje muda, tom/tarum dan tawas akan memberikan/menghasilkan warna hijau muda.
Berdasarkan data BAPPENAS (2000) terdapat beberapa manfaat yang terkandung dalam spesies BAPPENAS nanas-nanasan. Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak
7.      Tradescantia spathacea (Nanas Karang)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Commelinales
Family      : Commelinaceae 
Genus       : Tradescantia
Spesies     : Tradescantia spathacea
Deskripsi dari Tradescantia spathacea dengan nama daerah nanas karang, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Memiliki bentuk batang herba dengan arah tumbuh batang vertikal. Memiliki filotaksis daun roset batang, berumpun, berdaging, permukaan daun licin serta berbentuk jorong. Memiliki alat reproduksi bunga di axilar yang berwarna putih. Memiliki ciri khusus warna daun abaxial berwarna ungu dan adaxial berwarna hijau tua serta pada batang terdapat akar adventif. Memiliki manfaat sebagai border taman.
Menurut Gembong (2012), tinggi tanaman ini adalah 40-60 cm.Panjang daun 25-30 cm, lebar 3-6 cm,            Daun tunggal, berbentuk lonjong, ujung runcing. Tepi daun rata, permukaan atas hijau, dan permukaan lainnya berwarna merah kecoklatan.Tekstur batang kasar, tidak bercabang. Batang pendek, lurus, dan berwarna coklat.Bunganya Majemuk. Berbentuk mangkok, di ketiak daun. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang. Bunga terbungkus kelopak seperti kerang. Benang sari  silindris, banyak, dan berwarna putih. Kepala putik berwarna kuning, Mahkota bunga bentuk segitiga, Mahkota terdiri tiga lembar, dan berwarna putih. Akar serabut dan berwarna kecoklatan.  Tanaman nanas kerang  ini termasuk anggota suku gawar-gawaran yang Mempunyai kuncup bunga sebagai bakal bunga yang tumbuh di daerah ketiak daun. tanaman ini biasanya hidup di daerah kering atau panas. tidak hanya itu tanaman adam hawa ini bisa juga hidup di daerah yang berair dan dingin. itulah kelebihan dari tanaman adam hawa bisa di tanam di berbagai tempat bisa panas, berair pun bisa. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan dan deskripsi tanaman nanas kerang secara observasi langsung.
8.      Sansevieria gigantea (Lidah Mertua)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Asparagales
Family      : Asparagaceae
Genus       : Sansevieria
Spesies     : Sansevieria sp.
Deskripsi dari Sansevieria gigantea dengan nama daerah lidah mertua, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Memiliki habitus herba terdapat di bawah tanah arah tumbuh batang horizontal menjalar, permukaan batang licin. Memiliki daun berdaging berbentuk pedang dengan permukaan halus, dengan  filotaksis roset batang. Memiliki alat reproduksi berupa bunga majemuk dan buah berbentuk bulir tandan. Memiliki ciri khusus berdaun warnai-warni serta pada permukaan daun bercorak. Memiliki manfaat sebagai tanaman yang menyerap polutan yang tinggi serta tanaman hias.
Habitat asli Agave gigantea adalah di Brasil (Amerika Selatan).  Spesien ini telah dibudidayakan secara luas.  Naturalisasi telah berhasil dilakukan di beberapa tempat seperti Florida, Hawaii, Pulau Marquesas, Polinesia, Tonga, dan banyak tempat lainnya termasuk Indonesia. F. gigantea tumbuh pada area lembab dengan presipitasi 1200-2500 mm/ tahun dan ketinggian dari dekat permukaan laut hingga ketinggian 1000 mdpl.  Spesies ini dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah yang memiliki porositas yang baik, termasuk tanah yang miskin nutrisi dan seringkali dapat dijumpai  tumbuh diatas bebatuan dan tebing dan kadangkala tumbuh secara epifit di batang pohon besar meskipun jarang.  Tanaman ini tahan terhadap kekeringan jangka pendek dan adanya  kandungan garam.  Dapat bertahan hidup pada suhu serendah -7 sampai -4 ° C. Pertumbuhan yang terbaik di bawah sinar matahari penuh, yang paling sering menyebabkan proses pembungaan sukses. F. Gigantea juga tumbuh di tempat teduh sebagian tetapi tidak benar-benar gelap.  Tanaman yang masih muda sangat rentan terhadap persaingan dengan rumput tinggi, gulma, semak, dan pohon merupakan faktor pembatas penting.  Hewan ternak seringkali mencabut tanaman kecil, sedangkan yang besar tidak aka diganggu. Mereka diabaikan oleh ternak setelah  mereka menjadi besar.
Gigantea dapat berbunga kapan saja dalam setahun, , tampaknya dimulai ketika tanaman mencapai ukuran dan kekuatan yang cukup untuk mendukung besar tangkai bunga. Tanaman mati sekitar 1 tahun setelah terjadinya pembungaan. Bunga-bunga A. Purcrea termasuk tanaman yang sering dikunjungi oleh madu lebah (Apis mellifera L.  Biji tanaman yangpernah terukur mencapai berat.  Penyebaran tanaman diperkirakan dibantu oleh adanya gaya gravitasi karena tanaman ini sering ditemui tumbuh dalam kelompok-kelompok yang berdekatan.  Sebarannya yang luas diperkirakan melibatkan kelelawar buah sebagai penyebarnya.

9.      Agave americana (Nanas-nanasan)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Asparagales
Family      : Asparagaceae
Genus       : Agave
Spesies     : Agave americana
Deskripsi dari Agave americana dengan nama daerah nanas-nanasan, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Batang pendek dengan habitus herba, dan arah tumbuh vertikal. Memiliki daun berbentuk pedang, filotaksis roset batang dan ujung daun lancip. Memiliki alat reproduksi berupa biji. Memiliki ciri khusus ujung daun menggulung ketika dewasa tepi daun berduri dan terdapat garis berwarna krem pada daun, merupakan tanaman serat. Biasa di gunakan untuk tanaman hias, untuk pembuatan karung goni, bahan pembuat kertas, serta bahan dasar tali tampar.
Menurut Tjirosoepomo (2001) tumbuhan ini dikenal sebagai Giant False Agave, Rami Mauritius, juga dikenal sebagai buaya hijau, karata perempuan, maguey, mayuey criollo, cocuisa, Cabuya raksasa, dan gaharu vert. Tanaman ini adalah semak yang kuat dengan bentuk tajuk V semu.  Diameter batang roset basal 2,5-3,5 m di dan dapat berbunga  hingga 5 sampai 10 m tingginya.  Memiliki selubung fibrosa-kayu pada bagian inti dari batang yang pendek (20 sampai 30 cm panjang) dalam roset, dan tangkai berbunga berkayu.  Mauritius rami tidak memiliki akar tunggang , hanya akar lateral, dan banyak akar halus banyak. Daun tanaman berwarna hijau atau kuning-hijau dengan bentuk linear-lanset atau oblanceolate, runcing pada ujungnya, dan berdaging dengan serat seperti benang paralel. Lebar daun dapat mencapai 25 cm lebar, memiliki duri marjinal tetapi pada bagian ujungnya sedikit. Bunga terminal mengandung banyak jumbai, harum, putih, putih-kehijauan, hijau- kekuningan, atau pucat hijau-kebiruan, panjang  bunga 2,5-3,3 cm dengan 1,0-1,8 cm lebar. Bunga membuka sedikit demi sedikit dalam beberapa minggu.
Habitat asli Agave gigantea adalah di Brasil (Amerika Selatan).  Spesien ini telah dibudidayakan secara luas.  Naturalisasi telah berhasil dilakukan di beberapa tempat seperti Florida, Hawaii, Pulau Marquesas, Polinesia, Tonga, dan banyak tempat lainnya termasuk Indonesia. F. gigantea tumbuh pada area lembab dengan presipitasi 1200-2500 mm/ tahun dan ketinggian dari dekat permukaan laut hingga ketinggian 1000 mdpl.  Spesies ini dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah yang memiliki porositas yang baik, termasuk tanah yang miskin nutrisi dan seringkali dapat dijumpai  tumbuh diatas bebatuan dan tebing dan kadangkala tumbuh secara epifit di batang pohon besar meskipun jarang.  Tanaman ini tahan terhadap kekeringan jangka pendek dan adanya  kandungan garam.  Dapat bertahan hidup pada suhu serendah -7 sampai -4 ° C. Pertumbuhan yang terbaik di bawah sinar matahari penuh, yang paling sering menyebabkan proses pembungaan sukses. F. Gigantea juga tumbuh di tempat teduh sebagian tetapi tidak benar-benar gelap.  Tanaman yang masih muda sangat rentan terhadap persaingan dengan rumput tinggi, gulma, semak, dan pohon merupakan faktor pembatas penting.  Hewan ternak seringkali mencabut tanaman kecil, sedangkan yang besar tidak aka diganggu. Mereka diabaikan oleh ternak setelah  mereka menjadi besar.
Gigantea dapat berbunga kapan saja dalam setahun, , tampaknya dimulai ketika tanaman mencapai ukuran dan kekuatan yang cukup untuk mendukung besar tangkai bunga. Tanaman mati sekitar 1 tahun setelah terjadinya pembungaan. Bunga-bunga A. Purcrea termasuk tanaman yang sering dikunjungi oleh madu lebah (Apis mellifera L.  Biji tanaman yangpernah terukur mencapai berat.  Penyebaran tanaman diperkirakan dibantu oleh adanya gaya gravitasi karena tanaman ini sering ditemui tumbuh dalam kelompok-kelompok yang berdekatan.  Sebarannya yang luas diperkirakan melibatkan kelelawar buah sebagai penyebarnya.
10.  Sansevieria cylindrica (Nanas-nanasan)
Klasifikasi :
Kingdom  : Plantae
Division    : Tracheophyta 
Class         : Magnoliopsida 
Ordo         : Asparagales  
Family      : Asparagaceae 
Genus       : Sansevieria
Spesies     : Sansevieria cylindrica
Deskripsi dari Sansevieria cylindrica dengan nama daerah nanas-nanasan, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Batang pendek dengan habitus herba, dan arah tumbuh vertikal. Memiliki bentuk daun silindris dengan permukaan licin. Memiliki alat reproduksi berupa tunas. Memiliki ciri khusus daun berbentuk seperti tanduk. Dan memiliki manfaat sebagai tanaman hias.
Menurut Flora (2008) dalam jurnal USU, Selain terdapat akar juga terdapat organ yang menyerupai batang, orang menyebut organ ini sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembangbiakan. Rimpang menjalar di bawah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang.Tanaman Sansevieria mudah dikenali  dari daunnya yang tebal dan banyak  mengandung air (fleshy dan succulent). Struktur daun seperti ini membuat Sansevieriatahan terhadap kekeringan. Proses penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang danmeruncing pada bagian ujungnya. Bunga kecil sampai sangat besar dan amat menarik, kebanyakan banci, aktinomorf atau sedikit zigomorf. Hiasan bunga berupa tenda bunga yang menyerupai mahkota dengan atau tanpa pelekatan berupa buluh,terdiri atas 6 daun tenda bunga, jarang hanya 4 atau lebih dari 6, kebanyakan jelas tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari 6, jarang sampai 12 atau hanya 3, berhadapan dengan daun-daun tenda bunga. Tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai cara. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, jarang dengan suatu liang pada ujungnya (Tjitrosoepomo, 1994). Buah Sansevieriaadalah jenis buah beri, yaitu buah yang memiliki celah berisi biji. Warna kulit buah saat masih muda hijau, setelah tua ada yang merah, oranye, hitam, dan hijau kusam. Jumlah biji dalam satu celah antar spesies yang satu dengan yang lain berbeda, yaitu 1-4 biji. Biji Sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebalah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon tanaman.
Syarat tumbuh tanaman ini membutuhkan temperatur 15 pada malam hari dan siang hari 20-22,5°C,  meski demikian tanaman Sansevieria bisa diletakan di berbagai tempat misalnya di teras, di bawah atap atau di tempat-tempat yang agak kering. Ada dua jenis Sansevieria berdasarkan kebutuhannya terhadap cahaya matahari. Pertama, jenis Sansevieria yang membutuhkan cahaya matahari penuh atau full sun. Misalnya, Sansevieria cylindrica, Sansevieria liberica, Sansevieria trifaciata. Tanaman Kedua, jenis Sansevieriayang menghendaki cahaya matahari yang tidak langsung ini tumbuh baik di tempat yang ternaungi. Sansevieria yang  masuk dalam katagori ini umumnya berdaun kuning, misalnya Sansevieria hyacinthoides.












 





BAB 5. PENUTUP



1.      Kebun Raya Purwodadi merupakan salah satu dari 3 cabang kebun raya di seluruh indonesia. Dimana kebun raya ini memiliki fungsi dan tugas untuk mengkoleksi tumbuhan yang kebanyakan hidup di dataran rendah kering. Di dalam kebun raya ini merupakan pusat konservasi dan penelitian tumbuhan dataran rendah kering di indonesia. Banyak sekali spesies dataran rendah pada kebun raya ini yang langka atau pun spesies yang sudah sering kita temui pada kebun raya purwodadi ini.
2.      Karakteristik dari monokotil ini memiliki sistem perakaran serabut dimana berkeping satu karena hanya memiliki satu daun lembaga. Jika di lihat dari struktur daun monokotil kebanyakan memiliki tulang daun sejajar dan berbentuk pita serta memiliki filotaksis daun berseling. Kebanyakan anggota dari monokotil seperti suku padi-padian, pinang-pinangan, bawang-bawangan, temu-temuan, dan pisang-pisangan
3.      Spesies monokotil yang terdapat pada kebun raya purwodadi yang kami amati adalah kebanyakan merupakan suku palem-paleman mayoritas yang kami lihat. Serta tumbuhan semak seperti ilalang. Untuk tumbuhan herba sendiri di temukan di antaranya nanas-nasan.
4.      Banyak sekali manfaat yang di dapatkan oleh manusia dari banyak spesies dari monokotil ini. Diantaranya ilalang dapat di gunakan sebagai obat kuat diamana ilalang ini menghasilkan etanol. Kemudian kelapa sawit yang banyak di gunakan sebagai bahan pokok makanan orang papua yaitu papeda. Kemudian daun dari nanas-nanasan dapat di gunakan untuk bahan pembuatan perban karena ketika di keringkan dapat menyerap cairan dengan cepat seperti cotohnya darah manusia.


5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, sebaiknya setiap manusia lebih memperhatikan lagi tentang tumbuhan-tumbuhan yang dilindungi, sebab dari sebagian tanaman yang telah ditemukan di Kebun Raya Purwodadi merupakan tanaman yang langka dan hampir punah. Selain itu sebaiknya dalam proses pembelajaran lebih ditingkatkan lagi rasa kepeduliannya tehadap kelestarian makhluk hidup.







 

















 

 


DAFTAR PUSTAKA


Arini, Diah Irawati Dwi dan Kinho, Julianus. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta)  Di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurrnal Keanekaragaman Tumbuhan .Vol 2 :Halaman 26
Batara. 2000. Keanekaragaman dan Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga
Dwi, Sevy, Kartikasari.2013.Potensi Alang-alang (Imperata cylindrica) Dalam Produksi Etanol Menggunakan Bakteri Zymomomusa mobilis.Jurnal Penelitian.Vol 1:Halaman 24.
Endarti,Sri,Rahayu.2008.KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI DAN ANATOMI PANDANUS (PANDANACEAE ) DI JAWA BARAT.Jurnal Vis Vitalis.Vol 1:Halaman 23
Keanekaragaman Flora di Indonesia. 2012. www.flora.com             Diakses pada tanggal 15Mei 2015
Heyne, K. 1992. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 1. Jakarta:Yayasan Sarana  Wana Jaya.
Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia. Bidang Lingkungan, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).Jakarta:LIPI press
Kimball, John W. 1990. Biologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Limbongan, Jermia.2007.Morfologi Beberapa Jenis Sagu Potensial Di Papua.Jurnal Lubang Pertanian.Vol 1:Halaman 16
Nurrani, Lis.2013.Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Di Sekitar Cagar Alam Tangale.Jurnal Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam.Vol 1:Halaman 18
Rahadiantoro, Apriyono.2006.Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins) di Kabupaten dan Kota Malang.Jurnal Penelitian.Vol 1:Halaman 21.
BAPPENAS. 2000.Ananas communis.  Jakarta : Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Steennis, Van C.G.G.J. 1988. Flora Untuk Sekolah di Indonesia Edisi 7. Jakarta: Terjemahan Moeso Surjowinoto Pradnya Paramita
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan.Yogyakarta: Gadjah Mada  University Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: UGM Press.
Tjirosoepomo, Gembong. 2012. Dasar dan Morfologi Tumbuhan. Jakarta :                         Erlangga.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1984. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.






LAMPIRAN


                             
            Livistona rotundifolia                                      Metroxylon sagu Rottb
(Palem Sadeng)                                                               (Sagu)

               
Elaeis guineensis Jacq                                    Imperata cylindrica
(Kelapa Sawit)                                                            (Ilalang)
    
Pandanus labyrinthicus                                   Ananas comosus
(Pandan)                                              (Nanas-nanasan)

       
Tradescantia spathacea                                  Sansevieria gigantea
(Nanas Kerang)                                   (Lidah Mertua)

   
Agave americana                                Sansevieria cylindrica
(Sansivieria Tanduk)























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates