Senin, 13 Juni 2016

# fisiologi tumbuhan

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi




LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi”


Oleh:
Nama                               : Rose Lolita
NIM                                 : 130210103027
Kelas                                : C
Kelompok                        : 4


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2015
I.            Judul
Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi
II.         Tujuan
Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
III.      Dasar Teori
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem (Loveless, 1991: 97).
A. Faktor luar yang mempengaruhi transpirasi adalah :
1.      Sinar matahari
            Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .
2.      Temperatur
            Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
3.      Kebasahan udara (Kelembaban udara)
            Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun.
            Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara .
4.      Angin
            Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.
            Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi
5.      Keadaan air dalam tanah
            Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.
            Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak.
            Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat (Tjitrosomo, 1990:203).
            B. Faktor dalam yang mempengaruhi transpirasi adalah:
1.            Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2.            Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3.            Jumlah daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4.            Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5.            Kedalaman dan proliferasi akar
            Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Lakitan, 1993:87).
Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga.
Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup. Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan.
Mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman kekeringan meliputi (i) kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh, (ii) kemampuan akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling dalam, (iii) kemampuan untuk melindungi meristem akar dari kekeringan dengan meningkatkan akumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol atau prolin untuk osmotic adjustment dan (iv) mengoptimalkan peranan stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun (Gati, 2006: 2).
IV.             Metode Penelitian
4.1  Alat dan Bahan
Alat :
1.      Ember
2.      Gelas ukur 10 ml
3.      Timbangan
4.      Kertas kuarto
5.      Kertas grafik
6.      Kaca benda
7.      Kaca penutup
8.      Mikroskop
9.      Rak tabung
Bahan :
1.      Aquades
2.      Minyak kelapa
3.      Acalypha sp.
4.      Bauhinia sp.
5.      Kuteks bening
4.2  Cara Kerja
Transpirasi
Memotong Acalypha di dalam air dan memasukkan nya ke dalam air
Mencatat ukuran air pada setiap 5 menit
Mengamati dengan menggunakan mikroskop perbesaran 10x10
Mengamati berkurangnya air yang terdapat pada gelas ukur pada gelas ukur di keadaan terik, teduh dan kontrol setiap 5 menit sekali selama 30 menit
Mengambil dengan menggunakan pinset kuteks yang sudah kering tersebut
Menaruh di atas kaca benda lalu tetesi dengan air dan tutupi dengan menggunakan kaca penutup
Menghitung stomata bagian atas dan bagian bawah daun
Memasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui luasnya
Memberi kuteks pada daun bagian atas dan bagian bawah, tunggu hingga kering
Mengambil daun yang di gunakan pada perlakuan sebelumnya
Memasukkan tangkai Acalypha yang ada daunnya ke 2 gelas ukur yang satunya tidak di beri tangkai untuk kontrol
Menuangkan minyak kelapa ke dalam 3 gelas ukur
Membawa satu gelas ukur di panas terik matahari dan dua di tempat teduh
Menjiplak di atas kertas grafik lalu untuk menghitung luasnya
Memasukkan aquades ke dalam 3 gelas ukur tiap gelas ukur berisi 8 ml
 

























V.                Hasil Pengamatan
Kel
Tumbuhan
Waktu
Rata-rata air menguap (ml)
Laju transpirasi
Stomata
Luas Daun
5’
10’
15’
20’
25’
30’
Atas
Bawah
1.
Terik
8,2
8,1
8,1
8
7,9
7,8
0,07
3,89x
0
146624,2
4900
Teduh
8,4
8,4
8,4
8,4
8,4
8,3
0,02
1,11x



Kontrol (d)
8
8
8
8
8
8
0
0




Terik
8,5
8,1
7,9
7,8
7,7
7,6
0,15
8,33x
149808,917
24968,95
5600
Teduh
8,2
8,2
8,2
8,2
8,2
8,1
0,02
1,11x



Kontrol (d)
8
8
8
8
8
8
0
0




Terik
8
8
7,9
7,9
7,8
7,8
0,03
1,67x
764,33
26715,16
2400
Teduh
8
8
8
8
8
8
0
0



Kontrol (d)
8
8
8
8
8
8
0
0




Terik
8,3
8,2
8,1
8
7,9
7,6
0,13
7,22x


3300
Teduh
8,2
8,2
8,2
8,2
8,2
8,1
0,02
1,11x
467,4
12191

Kontrol (d)
8
8
8
8
8
8
0
0




VI.             Pembahasan
Transpirasi merupakan proses hilangnya air berupa uap air melalui stomata yang ada di daun ataupun melalui lentisel yang terdapat di batang. Fungsi dari transpirasi sendiri adalah mempercepat pengangkutan unsur hara melalui xilem, membantu penyerapan air dan unsur hara oleh akar, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan mempertahankan suhu permukaan daun. Artinya fungsinya juga sebagai pengatur suhu di dalam tubuh ketika terlalu panas dia akan menguapkan air yang ada di dalam tubuhnya ketika dalam keadaan dingin dia akan mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi penguapan.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan terhadap laju transpirasi Bauhinia sp. dimana pertama kami memasukkan terlebih dahulu aquades ke dalam gelas ukur sebanyak 7 ml ke 3 gelas ukur lalu memotong-motong Bauhinia sp. di dalam air. Setelah itu memasukkan Bauhinia sp. ke dalam 2 gelas ukur tersebut yang satu tidak di isi dengan Bauhinia sp. di gunakan sebagai kontrol, dan memasukkan minyak goreng ke dalamnya lalu menaruh di di dua tempat, yang 1 gelas ukur di tempat terik dan 1 gelas ukur di tempat teduh dan kontrol bisa di diletakkan di dalam ataupun luar. Lalu amati setiap 5 menit sekali selama 30 menit.
Kemudian setelah 30 menit jika kita bandingkan antara bauhinia yang berada di tempat terik dan di tempat yang teduh. Laju transpirasi di tempat terik lebih besar daripada di tempat teduh. Dapat kita lihat dari pengamatan oleh beberapa kelompok bahwa ditemukan jika kelembaban itu mempengaruhi laju transpirasi. Kemudian jika kita lihat suhu di luar lebih tinggi daripada di tempat teduh di karenakan semakin tinggi suhu maka akan mempercepat laju transpirasi di karenakan penguapan di permukaan sel mesofil yaitu pada stomata juga meningkat, sehingga air yang terdapat di dalam gelas ukur mengalami penurunan air di dalam gelas ukur. Kami tidak melakukan pengukuran suhu di luar atau di tempat terik tersebut akan tetapi jelas suhu di luar lebih panas jika di banding kan dengan suhu di dalam ruangan dikarenakan terpapar langsung oleh cahaya matahari jelas suhunya lebih tinggi daripada di dalam ruangan. Kemudian intensitas cahaya yang mengenai tumbuhan secara langsung pun juga mempengaruhi kecepaan transpirasi pada tumbuhan, dimana tanaman akan lebi cepat bertranspirasi di tempat terang jika di banding kan dengan di tempat gelap, di karenakan cahaya dapat merangsang terbukanya stomata sehingga jika di tempat terang stomatanya terbuka terus menerus maka yang terjadi adalah proses transpirasi menjadi semakin cepat. Kemudian angin juga berpengaruh terhadap kecepatan laju transpirasi dimana ketika angin tidak bertiup berada di dalam ruangan mengakibatkan mengakibatkan udara yang berada di sekitar daun menjadi lembab sehingga laju transpirasi turun, dan pada tempat diluar terkena tiupan agin terus menerus mengakibatkan udara lembab di sekitaran daun tersebut menjadi tertiup angin dan akan mempercepat laju transpirasi maka daari itu lah Bauhinia sp. di tempat terik lebih cepat jika di bandingkan dengan laju transpirasi di tempat yang teduh.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan minyak kelapa yang di tarus di atas air yang terdapat Bauhinia sp. dan juga untuk kontrol yang tidak di beri Bauhinia sp. fungsi dari minyak kelapa itu sendiri adalah untuk mengurangi penguapan yang terjadi sehingga di harapkan proses transpirasi terhambat dan berkurang. Menurut Fessenden (1982) asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisa suatu lemak atau minyak disebut asam lemak. Asam lemak merupakan bahan dasar pada industri oleo kimia. Dari asam lemak ini dapat diturunkan berbagai turunan asam lemak seperti : amida asam lemak, alkohol asam lemak dan metil ester asam lemak yang kemudian dapat diubah kedalam berbagai turunan asam lemak melalui amidasi, klorinasi, hidrogenasi, sulfasi, sulfonasi dan reaksi lainnya. Karena sifat minyak seperti yang di sebutkan di atas mengakibatkan minyak tidak dapat menyatu dengan air dan dapat mengurangi terjadi nya penguapan air.
Pada praktikum kali ini kami memotong Bauhinia sp. di dalam air tujuannya adalah untuk mencegah adanya udara terperangkap di jaringan batang sehingga dapat mengganggu pada saat pengamatan. Serta supaya daun tetap dalam keadaan segar pada saat di lakukan perlakuan. Dan proses transpirasi pun dapat dilakukan dengan baik karena tumbuhan masih dalam keadaan aktif artinya masih dapat melakukan transpirasi walaupun sudah lepas dari pohonnya. Jadi selain itu juga untuk mempertahankan keadaan sel di dalam Bauhinia sp. masih utuh masih aktif melakukan kegiatan di dalam sel sehingga pada saat perlakuan sel masih dapat melakukan transpirasi dan stomata pun masih bekerja dengan normal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju transpirasi di bagi menjadi 2 yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yaitu faktor yang mempengaruhi laju transpirasi di luar sel-sel tumbuhan tersebut. Ada beberapa macam faktor luar yang pertama adalah sinar matahari, sinar matahari yang berasal dari luar tumbuhan sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi dimana semakin lama terkena sinar matahari maka laju transpirasi karena lingkungan luar panas atau suhu tinggi mengakibatkan stomata yang berada di bawah daun terbuka sehingga uap air keluar sangat banyak, kebalikannya jika tidak terpapar matahari atau dalam kondisi gelap maka stomata yang berada di bawah daun akan tertutup. Kemudian faktor luar selanjutnya adalah suhu dimana semakin naik suhu menambah tekanan uap di dalam daun karena tekanan uap air di dalam daun naik mengakibatkan laju transpirasi semakin cepat. Begitu juga sebaliknya jika suhu di di luar turun maka mengakibatkan tekanan uap yang ada di dalam sel menjadi turun mengakibatkan laju transpirasipun menjadi turun. 
Faktor luar selanjutnya kelembaban udara dimana ketika suatu lingkungan dalam keadaan matahari terik tekanan uap air di dalam semakin tinggi daripada di luar mengakibatkan molekul air nantinya akan berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam) ke konsentrasi rendah (di luar). Sehingga dapat di simpulkan udara kering yaitu pada saat kondisi kering melancarkan transpirasi sedangkan udara basah menghambat transpirasi yang terjadi. Selanjutnya faktor kecepatan angin yang terdapat pada lingkungan yang kami lakukan penelitian, dimana ketika terdapat angin terjadi perpindahan uap air dari permukaan daun atas maupun bawah sehingga menurun kan kelembaban ketika terjadi penurunan kelembaban maka mengakibatkan laju transpirasi meningkat. Faktor selanjutnya yaitu penyediaan air, apabila dalam kondisi siang hari seperti yang kita lakukan pengamatan laju transpirasi lebih cepat daripada penyerapan air oleh akar tersebut.
Kemudian faktor dalam yang mempengaruhi laju transpirasi pada praktikum kali ini adalah penutupan dan pembukaan stomata, proses transpirasi kebanyakan terjadi melalui stomata pembukaan dan penutupan stomata utamanya di pengaruhi oleh tingkat cahaya dan kelembaban. Jika stomata terbuka lebar maka laju transpirasi semakin cepat begitu pula sebaliknya. Selanjutnya faktor jumlah dan ukuran stomata, dimana tidak begitu berpengaruh terhadap laju respirasi yang terjadi, lebih berpengaruh pembukaan dan penutupan stomata dari pada jumlah dan ukuran stomata. Jika kita lihat dari perluasan daun makasangat berpengaruh semakin luas permukaan daun maka mengakibatkan penerimaan cahaya semakin luas sehingga mengakibatkan naiknya laju transpirasi begitu pula sebaiknya. Ada faktor lain yang berasal dari dalam tumbuhan di antaranya ada beberapa tumbuhan yang memiliki mekanisme untuk mengurangi terjadi nya transpirasi yaitu dengan cara menggulungkan daunnya, hal ini dapat terjadi apabila kondisi di dalam tubuhnya benar-benar kekurangan sehingga mengakibatkan dia harus berhemat jangan sampai mengeluarkan air dengan cara tersebut. Yang terakhir adalah poliferasi akar dimana semakin dalam akar melakukan poliferasi maka akan semakin banyak air yang di serap.
Selanjutnya menurut Campbel (1999) mengemukakan bahwa stomata adalah pori yang sangat kecil yang diapit oleh sel epidermal yang telah mengalami spesialisasi yang disebut sel penjaga (guard cell). Stomata berfungsi sebagai pintu masuknya CO2 ke dalam daun untuk berlangsungnya fotosintesis dan tempat terjadinya penguapan air berupa uap air (transpirasi). Stomata kebanyakan terdapat di bagian bawah daun fungsinya adalah supaya tidak terjadi transpirasi secara besar-besaran bayangkan jika stomata berada di bagian atas daun maka apa yang terjadi tumbuhan akan cepat sekali layu karena kehilangan air akibat penguapan. Jumlah stomata pada suatu tumbuhan semakin banyak maka semakin cepat laju transpirasi yang terjadi, biasanya tumbuhan yang memiliki stomata banyak dan ukurannya besar merupakan tumbuhan yang memiliki cukup air atau berlebihan air sehingga dia harus mengeluarkan air banyak juga supaya tidak terjadi pembusukan pada bagian batang dan dia dapat bertahan hidup.
Sedangkan pada beberapa tanaman yang beradaptasi dengan kekeringan tumbuhan akan mempertahankan air di dalam tubuhnya agar tidak terjadi kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata sehingga dia dapat bertahan hidup karena laju transpirasi sedikit dan dia dapat mempertahankan hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Gati (2006) yaitu beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Dan juga Suyitno (2003) Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering sehingga tumbuhan harus mengurangi jumlah pembentukan stomata dan ukuran stomata di kecilkan untuk mengurangi terjadinya penguapan selama musim panas terjadi.Sehingga dapat kita ketahui bahwa tumbuhan memiliki adaptasi masing-masing mengenai banyak sedikitnya jumlah stomata dan proses transpirasi yang terjadi, semakin banyak stomata maka semakin cepat laju transpirasi yang terjadi dan biasanya di lakukan oleh tumbuhan yang memiliki cukup air atau terlalu banyak air (penyerapan air) sehingga mereka harus melepaskan air yang banyak untuk mengurangi air yang terdapat dalam tubuhnya. Sebaliknya tumbuhan yang beradaptasi di daerah yang kering akan mengurangi pembentukan stomata dan ukuran stomata, artinya akan mengurangi jumlah stomata dan ukuran stomata untuk mengurangi kehilangan air yang banyak dan dia dapat bertahan hidup.

VII.          Kesimpulan
Proses penguapan  air di inisiasi oleh pembukaan stomata yang di stimuli oleh faktor luar berupa cahaya, dimana prosesnya adalah cahaya masuk terjadi fotosintesis dalam sel-sel mesophyl, mengakibatkan berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel dan menaikan pH dalam sel penutup terjadi perubahan enzimatik menjadi gula mengakibatkan menaikkan kadar gula, menaikkan tekanan osmotic dari getah sel sehingga menaikkan turgor sehingga mengakibatkan stomata membuka. Selain cahaya suhu juga mempengaruhi terjadinya laju transpirasi dimana semakin tinggu suhu maka semakin cepat laju transpirasinya. Kemudian angin juga mempengaruhi laju transpirasi di karenakan adanya angin akan menghilangkan kelembaban yang terdapat di atas stomata dan akhirnya stomata dapat melakukan transpirasi.











DAFTAR PUSTAKA








LAMPIRAN
Tabel pengamatan (Terik)
MENIT
KEL. 1
KEL. 2
KEL. 3
KEL. 4
5
10

15
20
25
30


Tabel Pengamatan (Teduh)
MENIT
KEL. 1
KEL. 2
KEL. 3
KEL. 4
5
10




SAMA



SAMA
SAMA
15




SAMA



SAMA
SAMA
20




SAMA




SAMA
SAMA
25



SAMA




SAMA
SAMA
30



SAMA
SAMA

Tabel Stomata Mikroskop
KEL
EPIDERMIS ATAS (TEDUH)
EPIDERMIS ATAS (TERIK)
EPIDERMIS BAWAH (TEDUH)
EPIDERMIS BAWAH (TERIK)
1




2




3




4




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates