LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TUMBUHAN
“Pembuktian
Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut”
Oleh:
Nama :
Rose Lolita
NIM :
130210103027
Kelas :
C
Kelompok : 4
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
I.
Judul
Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut
II.
Tujuan
Untuk membuktikan bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan melalui berkas
pengangkut
III.
Dasar Teori
Transportasi tumbuhan
adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat
hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada
tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan
pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Air yang berada dalam
tanah diserap oleh akar dan disebarkan ke batang dan daun. Pengangkutan air ini
terjadi melalui proses kapilaritas. Jaringan yang bertugas mengangkut air ini adalah
xylem. Jaringan ini berfungsi sebgai pipa kapiler.
Tumbuhan sebagai
organisme autotrof memerlukan beberapa zat untuk kelangsungan hidupnya. Zat
yang harus diambil tumbuhan dari lingkungannya sebagain besar adalah air,
mineral, oksigen, dan karbondioksida. Kemampuan tumbuhan untuk mengambil
zat-zat tersebut dapat dilakukan dengan cara difusi, osmosis dan transport
aktif. Oksigen dan karbondioksida dari udara diambil oleh tumbuhan tingkat
tinggi melalui daun. Sedangkan air dan garam mineral yang terkandung di dalam
air diserap tumbuhan dari dalam tanah melalui ujung dan bulu-bulu akar. Bagi
tumbuhan tingkat rendah seperti alga, pengambilan zat-zat dapat dilakukan pula
oleh permukaan setiap sel tubuhnya (Salisbury, 1995 :56).
Sebatang tumbuhan
yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan,
satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan
oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang
berada di dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati
hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian
luar hemisfer tersebut. Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan
namun sebagian besar air yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan
hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme dan mengatur
turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses
transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Air di dalam sel
berada dalam bentuk bebas dan terikat. Keterikatan air itu mungkin karena
terikat pada ion atau molekul polar, terikat dengan ikatan H pada molekul lain,
terikat pada koloid (plasma protein atau dinding sel), atau terikat secara
kapiler. Apabila tumbuhan kekurangan air, air bebaslah yang terutama hilang
terlebih dahulu. Air bebas di dalam sel terutama terdapat di dalam vakuola
sebagai cairan encer. Sebagai larutan ar di dalam mempunyai potensial air lebih
kecil dan nol. Besarnya potensial air larutan cairan sel dipengaruhi oleh
temperature, adanya bahan lain, adanya imbiban (zat yang mampu mengadakan
imbibisi), dan adanya atau tegangan (tekanan hidrostatik) (Mudakir, 2004:12).
Air diperlukan dalam
jumlah besar oleh tumbuhan hidup. Air merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan
yang aktif mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi tumbuhan :
1. Menjadi penyusun
utama protoplasma
2. Menjadi pelarut bagi
zat hara yang diperlukan tumbuhan
3. Menjadi alat
transport untuk memindahkan zat hara
4. Menjadi medium
berlangsungnya reaksi metabolisme
5. Menjadi bahan dasar-dasar
untuk reaksi biokimia
6. Mengatur turgor sel
(untuk pembentangan dinding sel)
7. Untuk mempertahankan
temperature yang seragam diseluruh tubuh
8.
Alat gerak misalnya pada pulvinus tangkai daun
(Mudakir, 2004:12).
Tanaman yang berada
pada daerah yang kondisi tanahnya kering atau memiliki kelembaban udara rendah
akan mengalami transpirasi yang tinggi. Pada daerah ini fenomena tekanan akar
tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena air di dalam pembuluh xilem tidak
dalam keadaan menerima tekanan, tetapi sebaliknya sedang mengalami tarikan
(tension). Jadi air bergerak ke atas karena adanya tarikan akibat terjadinya
transpirasi dari daun sehingga menimbulkan daya hisap daun (Lakitan, 2004 :79).
a. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi proses kecepatan transpirasi uap air dari daun, yaitu:
a. Temperatur udara,
makin tinggi temperatur kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
b. Instensitas cahaya
matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka
kecepatan transpirasi juga akan semakin tinggi.
c. Kelembaban udara,
jika kelembaban udara disekitar tanaman tinggi justru terjadi perlambatan dalam
transpirasi. Jika kelembaban rendah (kering) transpirasi akan berlangsung
cepat.
d. Kandungan air tanah,
jika kandungan air tanah banyak maka potensial air tanah akan lebih tinggi
daripada di dalam sel-sel xylem sehingga laju transpirasi akan meningkat
(tinggi). Jika air tanah sedikit maka penyerapan akar juga akan lambat dan
tidak seimbang dengan kecepatan transpirasi.
b.
Di samping itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh
faktor dalam tumbuhan di antaranyaadalah banyaknya pembuluh, ukuran sel
jaringan pengangkut, jumlah, dan ukuran stomata (Dwidjoseputro, 1989 : 74).
Beberapa faktor yang yang dapat
menyebabkan terjadinya daya hisap daun dan daya tekan akar adalah sebagai
berikut:
1.
Tekanan akar: berdasarkan fakta bahwa jika
batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air
raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang
berasal dari akar.
2.
Kapilaritas: merupakan gejala yang timbul akibat
interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan
gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam
pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik
oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi.
3.
Sel pemompa: pergerakan vertikal air dari akar
ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air
ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal
air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan
dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup.
4.
Kohesi: penyerapan vertikal air dalam tanaman
dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan
potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga
hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap
gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom
air dalam pembuluh xilem (Gardner, 1991 : 125).
Air dan bahan terlarut di
dalamnya (unsur hara) diangkut pada lintasan radial melalui bagian apoplas
namun pada sel-sel endodermis air akan bergerak melalui bagian simplas:
1. Apoplas
Pengangkutan yang terdiri atas
bagian tak hidup dari akar tumbuhan, yaitu dinding sel dan ruang antar sel. Air
masuk dengan cara difusi, aliran air secara apoplas tidak tidak dapat terus
mencapai xilem karena terhalang oleh pita kaspari (lapisan endodermis yang
memiliki penebalan dinding sel dari suberin dan lignin). Dengan demikian,
pengangkutan air secara apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah.
Apoplas terjadi terutama pada jaringan akar yang masih muda yang sel
endodermisnya belum mengalami penebalan pita kaspari. Tetapi bila jaringan akar
yang sudah tua yang sel endodermisnya sudah mengalami penebalan pita kaspari,
maka aliran air dengan cara apoplas akan terhalang dengan kuat. Akibat dari ini
maka akan terjadi peningkatan jumlah air dan bahan terlarut, sehingga
menimbulkan aliran balik yang keluar dari akar sebagai kebocoran apoplas. Hal
lain juga menimbulkan naiknya potensi air sehingga memungkinkan terjadinya
osmosis ke dalam sel dan dilanjutkan secara simplas menuju silinder pusat atau
ke jaringan pembuluh.
2. Simplas
Lintasan aliran air pada pengangkutan
simplas adalah sel-sel bulu akar menuju sel-sel korteks, endodermis, perisikel,
dan xilem. Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu
akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola,
kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata. Sistem
pengangkutan ini, menyebabkan air dapat mencapai bagian silinder pusat
(Lakitan, 1995: 83).
IV.
Metode Penelitian
a. Alat dan Bahan
Alat :
1. Elenmeyer
2. Kaca Benda
3. Kaca Penutup
4. Silet
5. Mikroskop
6. Stopwatch
7. Bak Air
Bahan :
1. Bayam (Amaranthus
sp.)
2. Pacar air (Impatiens balsamina L)
3. Air
4. Eosin
b. Cara Kerja
Memasukkan
Eosin pekat ke dalam elenmeyer
|
Memotong
Bayam (Amaranthus sp.) dan Pacar
air (Impatiens balsamina L)
Di
dalam air
|
Menekan
ujung batang yang telah di potong di dalam air
|
Mengamati
naiknya larutan eosin pada batang diamati bagian luarnya
|
Menghitung
laju kecepatannya
|
Memotong
batang kontrol dan yang di beri eosin lalu di taruh di kaca benda dan di
tutup menggunakan kaca penutup
|
Mengukur
waktu naiknya eosin di setiap cabang dan panjang
|
Mengamati
di atas mikroskop
|
Memindahkan
potongan batang tumbuhan ke elenmeyer yang berisi eosin dengan di tekan
terlebih dahulu bagian ujung baru di masukkan ke dalam larutan eosin
|
V.
Hasil Pengamatan
a.
Data 1
Kel
|
Tumbuhan
|
Parameter
|
Laju (cm/s)
|
Keterangan
|
||
Panjang
(cm)
|
Waktu
(s)
|
Diameter
(cm)
|
||||
1
|
Pacar air
a.
b.
c.
|
38
5,5
10
|
230
488
585
|
0,8
-
-
|
0,165
0,011
0,017
|
|
2
|
Bayam
a.
b.
c.
|
20
6
4,9
|
300
360
420
|
0,5
-
-
|
0,15
0,06
0,011
|
|
3
|
Pacar air
a.
b.
c.
|
35
6
12
|
60
150
240
|
0,7
-
-
|
0,6
0,04
0,05
|
|
4.
|
Bayam
a.
b.
c.
|
16
7
5
|
795
180
225
|
0,3
-
-
|
0,020
0,038
0,022
|
|
b.
Data 2
Tumbuhan
|
Perlakuan
|
Gambar
|
Bayam
|
Sebelum eosin
|
|
|
Sesudah eosin
|
|
Pacar Air
|
Sebelum eosin
|
|
|
Sesudah eosin
|
|
VI.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuktian air tanah melalui
berkas pengangkut dengan menggunakan eosin sebagai indikator naiknya air
melalui pembuluh pengangkut. Dan bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini
adalah bayam (Amaranthus sp.) dan
pacar air (Impatiens balsamina)
karena batang pada tumbuhan tersebut herbaceus sehingga mudah pada saat
mengamati naiknya cairan eosin melalui daun tersebut.
Pada praktikum kali ini pertama kami
memasukkan pewarna yaitu berupa eosin ke dalam elenmeyer. Kemudian kami
memotong tumbuhan yang di gunakan di dalam air, dan memindahkan tumbuhan yang
tangkainya tersebut lalu memindahkan ke dalam elenmeyer yang terdapat zat warna
berupa eosin tersebut. Mengamati naiknya larutan eosin di dalam batang melalui
pembuluh pengangkut. Dan menghitung naiknya ke tangkai pertama itu brapa lama
serta menghitung panjangnya.
Selama praktikum perhitungan laju
naiknya air tanah tersebut kami menghitung brapa kecepatan eosin merambat dari
ujung batang menuju ke urat-urat daun. Penentuan laju menggunakan rumus v=s/t
dimana s sebagai variable panjang atau jarak dari batang hingga tangkai tempat
daun yg menyerap eosin tersebut. Sedangkan t merupakan waktu yang di gunakan
oleh eosin merambat dari batang hingga urat-urat daun. Lalu di bagi jarak yang
sudah di ketahui dan waktu yang di butuhkan oleh tumbuhan untuk menyerap eosin
hingga urat-urat daun.
Pada kelompok 1 dan 3 menggunakan
jenis tumbuhan yang sama yaitu menggunakan pacar air atau (Impatiens balsamina) pada kelompok 1 laju air berupa larutan eosin
di batang adalah 0,165 cm/s dan diameter batang 0,8 cm sedangkan laju air di
batang pada kelompok 3 adalah o,06 cm/s dan diamter batang 0,5. Pada kelompok 1
laju eosin lebih cepat di bandingkan dengan laju pada kelompok 3 hal ini di
karenakan pada kelompok 1 diameter batang lebih lebar di bandingkan dengan
bayam pada kelompok 3. Faktor internal ini dimana ketika semakin lebar diameter
batang maka pembu;uh pengangkut yaitu xilem yang ada di dalamnya semakin banyak
sehingga jika semakin banyak maka air yang masuk melalui pembuluh semakin
banyak pula karena air yang masuk banyak maka gaya adhesi yaitu daya tarik
menarik antara dinding xilem dan molekul air semakin tinggi dan laju air pun
semakin cepat. Jika di bandingkan dengan diameter yang lebih kecil laju eosin
lebih rendah dan lebih lambat dikarenakan pembuluh xilem yang terdapat di
dalamnya sedikit tidak sebanyak pada diameter yang lebih kecil.
Hal ini juga
berhubungan pada laju transpirasi pada kelompok 1 yang lebih cepat sehingga
mengakibatkan naiknya air tanah melewati pembuluh xilem semakin cepat. Dimana
ketika daun semakin lebar maka laju transpirasi pun semakin cepat terjadi,
ketika laju transpirasi terjadi dengan cepat di dukung degan diameter yang lebih
besar sehingga memiliki sel xilem yang banyak, maka laju eosin pun akan semakin
cepat naik melalui pembuluh pengangkut tersebut. Hal ini sesuai dengan teori
Anggarwulan (2008) transpirasi berfungsi untuk
menjaga stabilitas suhu daun, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada
kondisi optimal dan mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh
xilem.
Pada bagian tangkai pacar air
kelompok 1 dan 3, laju eosin pada ranting kelompok 1 adalah 0,011 memiliki
panjang 5,5 cm dengan waktu 488 dari batang bagian bawah sedangkan pada
kelompok 3 lajunya adalah 0,04 memiliki panjang ranting 6 cm dri batang dan
waktu 150 . Berdasarkan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa laju batang
hingga ranting lebih cepat pada pacar air kelompok 1 daripada kelompok 1 di
karenakan panjang pada kelompok 1 di bandingkan dengan kelompok 3. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan jarak atau panjang ranting pacar air kelompok 1 lebih
pendek jika di bandingkan dengan kelompok 3, maka pembuluh xilem yang membawa
air lebih cepat sampai pada ranting kelompok 1, sedangkan pada ranting kelompok
3 lebih lambat di karenakan jaraknya lebih panjang dari batang ke ranting nya.
Pada bagian ruas-ruas tulang
kelompok 1 di dapatkan laju eosin untuk menyebar pada seluruh tulang daun
membutuhkan laju 0,017 dan pada kelompok 3 membutuhkan laju eosin 0,05. Berarti
laju untuk menyebar pada seluruh daun lebih cepat pada pacar air kelompok 1 di
karenakan panjang dari ranting menuju daun memiliki panjang yang lebih pendek
di bandingkan dengan panjang pada kelompok 3. Ukuran daun pada kelompok 1 lebih
kecil sehingga laju eosin untuk dapat tersebar ke seluruh ruas tulang daun
melalui pembuluh xilem lebih sedikit dan lebih cepat, dibandingkan dengan
kelompok 3 yang memiliki ukuran daun lebar sehingga membutuhkan waktu banyak
dan laju eosin pun semakin lambat.
Kemudian selanjutnya pada kelompok 2
dan 4 menggunakan bahan yang sama yaitu bayam (Amaranthus sp.) yang memiliki struktur yang sama yaitu berbatang
herba akan tetapi memiliki laju eosin yang masuk ke dalam pembuluh xilem
berbeda. Pada hasil pengamatan dibagian batang pada kelompok 2 memiliki laju
eosin 0,15 cm/s dan diameter batang 0,5 cm dan pada kelompok 4 di dapatkan
hasil laju eosin pada batang 0,02 dan diameter 0,3 cm. Sehingga dapat kita
ketahui laju eosin yang paling cepat adalah pada batang bayam kelompok 2
dibandingkan dengan kelompok 4 dikarenakan diameter pada kelompok 2 lebih besar
daripada kelompok 4, sehingga pada semakin lebar diameter maka akan memiliki
pembuluh pengangkut berupa xilem lebih banyak yang berperan dalam pengangkutan
air, dan menyebabkan proses pengangkutan air lebih cepat. Sehingga dapat kita
ketahui semakin lebar diameter batang maka laju air tanah akan semakin cepat di
karenakan adanya sel-sel xilem yang semakin banyak. Sedangkan jika diameter
batang semakin kecil maka laju air tanah melewati pembuluh pengangkut akan
semakin lambat dikarenakan tidak memiliki banyak sel xilem, sehingga penyerapan
airnya pun berkurang.
Laju
transpirasi juga berpengaruh terhadap naiknya eosin melalui pembuluh pengangkut
xilem, dimana semakin tinggi temperatur dari luar tumbuhan akan mengakibatkan
semakin banyak air yang keluar berupa uap air dari stomata melalui proses
transpirasi. Sehingga ketika laju transpirasi semakin cepat maka laju air tanah
melalui pembuluh pengangkut akan semakin cepat, karena adanya gaya kohesi yaitu
pergantian molekul air yang keluar yang akan di gantikan oleh molekul air yang
berada di blakangnya sehingga akan terus menerus seperti itu dan tumbuhan akan
sangat membutuhkan air karena kehilangan banyak air dan harus menggantinya
dengai air juga. Hal tersebut sesuai dengan teori Kiswanto (2011) transpirasi diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk
uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Transpirasi bagi tanaman berguna
untuk mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga
turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan sebagai salah satu
cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.
Kemudian laju pada bagian ranting
kelompok 2 dan kelompok 4, pada kelompok 2 memiliki laju eosin 0,06 sedangkan
pada kelompok 4 laju eosinnya 0,038. Maka dapat kita ketahui bahwa laju pada
bagian ranting lebih cepat pada kelompok 4 dikarenakan panjang dari batang ke
ranting pada kelompok 4 lebih pendek di bandingkan dengan pada kelompok 4
sehingga pengangkutan air melalui xilem terlebih dahulu sampai pada ranting
jarak yang lebih pendek sehingga lajunya pun lebih cepat di bandingkan dengan
kelompok 2 yang memiliki jarak menuju
ranting yang lebih panjang lajunya tidak secepat pada kelompok 4.
Lalu laju pada bagian ruas-ruas
daun, pada bagian ruas-ruas daun ini laju kelompok 2 adalah 0,011 sedangkan
pada kelompok 4 adalah 0,022. Sehingga dapat kita ketahui bahwa laju
menyebarnya eosin melalui pembuluh pengangkut yaitu xilem melalui ruas-ruas
tulang daun nya lebih cepat pada kelompok 2 hal ini dapat terjadi di karenakan
waktu menyebarkan eosin ke seluruh ruas-ruas tulang daun lebih cepat sehingga
ketika waktunya lebih cepat maka laju eosin pun juga lebih cepat, hal ini dapat
terjadi karena ukuran atau luas permukaan daun lebih kecil sehingga mudah
sekali menyebar. Sedangkan pada kelompok 4 memiliki waktu yang relatif lama
untuk laju eosinnya karena luas permukaan dari daunnya lebih lebar sehingga
laju eosinnya pun lebih lambat.
Faktor yang mempengaruhi air tanah melewati berkas pengengkut ada dua
yaitu faktor internal atau dalam dan faktor eksternal atau luar. Ada faktor
internal yang berasal dari dalam tumbuhan yang mempengaruhi naiknya air tanah
melewati berkas pengangkut yaitu tekanan akar dari tumbuhan tersebut dimana
nantinya akar akan menyerapi air dan akan mendorong air ke atas ke dalam
pembuluh pengangkut. Kemudian kapilaritas yang ketika air masuk melalui bulu
akar kemudian ke epidermis, korteks, endodermis, floem kemudian ke pembuluh
xylem pada saat sampai di pembuluh xylem molekul-molekul air naik ke atas
karena adanya tarikan dinding bagian dalam xylem oleh gaya adhesi yaitu gaya
tarik menarik antara molekul air dengan dinding xylem. Kemudian faktor internal
selanjutnya sel pemompa yaitu pergerakan vertikal air dari akar ke daun yang di
lakukan oleh sel-sel khusus yang memompa air ke atas. Dan juga jumlah xilem
pada pembuluh pengangkut sangat berpengaruh terhadap laju eosin di dalam
jaringan pengangkut.
Hal tersebut sesuai dengan teori Gardner (1991
: 125)
ada beberapa faktor dalam yang mempengaruhi naiknya air tanah adalah tekanan akar berdasarkan fakta bahwa jika batang tanaman dipotong
dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam
selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar.
Kemudian yang kedua kapilaritas
merupakan gejala yang timbul akibat interaksi antara permukaan benda padat
dengan benda cair yang menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan
yang semula datar, misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi
naik, karena cairan tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya
adhesi.kemudian
yang ketiga sel pemompa
pergerakan vertikal air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel
khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya
hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian
yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian
sel-sel yang hidup. Dan yang ke empat adalah kohesi: penyerapan vertikal air dalam tanaman dapat
dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan
potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga
hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap
gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom
air dalam pembuluh xilem.
Kemudian faktor
eksternal yang mempengaruhi air tanah melewati pembuluh pengangkut adalah
pertama temperatur udara dimana semakin tinggi temperatur maka air tanah yang
masuk ke pembuluh pengangkut semakin banyak. Dan intensitas cahaya yang nanti
akan berhubungan dengan transpirasi ketika cahaya matahari panas maka akan
mengakibatkan transpirasi semakin tinggi, air yang keluar melalui stomata yang
berupa uap air akan keluar melalui stomata, ketika air yang keluar semakin
banyak maka tarikan dari transpirasi akan mengakibatkan bulu akar semakin
banyak menyerap air dan air yang melalui pembuluh pengangkut akan semakin
banyak dan semakin cepat laju air tanah di dalam pembuluh pengangkut.
Hal tersebut sesuai dengan teori Dwidjoseputro (1989: 74)
yang pertama adalah temperatur
udara, makin tinggi temperatur kecepatan transpirasi akan semakin tinggi
maka laju air tanah dalam pembuluh xilem akan semakin cepat. Begitu juga dengan instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas
cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi juga akan
semakin tinggi jika transpirasi semakin tinggi maka laju air tanah
yang melewati xilem akan semakin cepat.
Kemudian pada praktikum selanjutnya
kami melakukan pemotongan pada bagian batang yang kontrol dan juga yang sudah
di lewati eosin, kemudian menetesi kaca benda dengan air dan menaruh potongan
dari batang yang telah di potong dan di tutup dengan menggunakan kaca penutup.
Dan mengamati dengan menggunakan mikroskop. Lalu hasil pengamatan pada kelompok
3 dan kelompok 4, pada kelompok 3 yang menggunakan pacar air di dapatkan
pembuluh xilem pada kondisi kontrol tidak
memiliki warna artinya pembuluh xilem belum terwarnai dengan menggunakan eosin
karena kontrol memang tidak di beri eosin, kemudian pada pembuluh xilem yang
telah di lewati oleh eosin keluar berwarna merah yaitu pewarna eosin tersebut
yang keluar hal ini menandakan bahwa eosin yang ibaratkan sebagai air tanah
naik ke atas melewati pembuluh pengangkut tepatnya melewati pembuluh xilem.
Lalu pada kelompok 4 menggunakan
bayam (Amaranthus sp.) di dapatkan
hasil bahwa pada kontrol terlihat pembuluh xilem yang belum terwarnai dengan
eosin, dan pada pembuluh pengangkut yaitu pembuluh xilem yang di beri eosin
terlihat cairan eosin yang naik ke atas melalui pembuluh xilem dengan indikator
terdapat cairan eosin yang keluar dari xilem tersebut, sehingga kami dapat
membuktikan bahwa air tanah naik ke tas atau ke seluruh bagian tumbuhan melalui
pembuluh pengangkut tepatnya pembuluh xilem. Jika di bandingkan antara jaringan
pengangkut antara jaringan bayam pada kelompok 4 dan jaringan pada batang pacar
air kelompok 3, jaringan pengangkut berupa xilem pada batang bayam atau pada
kelompok 4 lebih terlihat jelas larutan eosin yang keluar pada xilem bayam jika
di bandingkan dengan jaringan pengangkut pada kelompok 3 yaitu batang pacar air
yang tidak terlihat jelas jaringan pengangkutnya berupa xilem, hanya terlihat
warna merah pada seluruh jaringan tidak terlihat keluar pada xilem pacar air.
Hal ini dapat terjadi mungkin di karenakan pada jaringan pacar air, praktikan
teralu tebal pada saat memotong bagian batangnya mengakibatkan ketika di lihat
di atas mikroskop terlihat padat dan jaringan xilem nya tidak jelas.
Fungsi
eosin sendiri adalah sebagai indikator bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan
melewati pembuluh pengangkut. Eosin ini di gunakan sebagai pewarna sehingga kita
mudah melakukan pengamatan air tanah yang melewati pembuluh pengangkut dengan
jelas dari luar tubuh tumbuhan karena warna merah dari pewarna ini. Hal sesuai
dengan teori Junquera (2007) eosin adalah metode pewarnaan yang banyak
digunakan dalam dalam pewarnaan jaringan sehingga ia di perlukan dalam diagnosa
medis dan penelitian. Eosin bersifat asam. Ia akan memulas komponen asidofilik
jaringan seperti mitokondria, granula sekretoris dan kolagen. Tidak seperti
hematoksilin, eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen menjadi warna merah
muda. Eosin bersifat asam akan menarik
zat/ larutan yang bersifat basa sehingga akan berwarna biru. Sitoplasma
bersifat basa akan menarik zat /larutan yang bersifat asam sehingga berwarna
merah.
Fungsi pemencetan batang adalah supaya air atau cairan
pewarna cepat masuk pada pembuluh pengangkut. Dan juga supaya di dalam jaringan
tidak ada udara yang masuk sehingga air mudah masuk ke dalam pembuluh
pengangkut. Supaya kerja dari pembuluh xilem ini tidak terganggu sehingga pada
saat di masukkan ke larutan eosin air langsung naik karena kondisinya tidak
berubah.
VII.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kami berhasil
melakukan pembuktian naiknya air tanah melalui pembuluh pengangkut. Hal
tersebut dapat di buktikan dengan pengamatan mikroskopik yang kami lakukan
dengan menggunakan mikroskop pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) dan tumbuhan bayam (Amaranthus sp.) yang awalnya jaringannya terlihat bening dan hijau,
menjadi hijau kemerahan yang menandakan eosin yang di ibaratkan sebagai air
tanah masuk melalui pembuluh pengangkut (xilem dan floem). Air tanah melewati
pembuluh pengangkut di pengaruhi oleh 2 faktor internal dan faktor eksternal,
faktor internalnya adalah banyak tidaknya xilem, daya adhesi, daya kohesi,
kapilaritas batang dan juga transpirasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
suhu, kelembaban udara, dan diameter batang.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D.1990. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Utama
Gardner, F.P., R. E. Pearce.,
& R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Jakarta: UI press
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tanaman. Jember: Universitas
Jember Press
Salisbury
dan Ross. 1995. Fisiologi
Tanaman Jilid 2. Bandung: Penerbit
ITB
Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Erlangga
Kiswanto. 2011. Pertumbuhan dan Hasil jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis
hypogaea) dan Jahe (Zingiber officinale)
pada Sistem Agroforestri Jati di Zona Ledok Wonosari Gunung Kidul. Jurnal pertanian. Vol 1: Halaman 1-17
Anggrawulan, Endang. 2008. Karakter Fisiologi Kimpul (Xanthosoma
sagittifolium) pada variasi naungan dan Ketersediaan Air. Jurnal Biodiversitas. Vol 9: Halaman
264-268
LAMPIRAN
Kelompok.
|
Gambar
|
1.
|
|
2.
|
|
3.
|
|
4.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar