LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
“Estimasi Besarnya Populasi”
Oleh
KELOMPOK
3:
Ayuni Dwi (130210103024)
Rose Lolita (130210103027)
Zainatuh Arifah (130210103066)
Relita Imaniar (130210103093)
Nira Virdarani (130210103098)
Kelas C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, berkat limpahan rahmat dan petunjuk dari-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah Anatomi Fisiologi Manusia ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Laporan ini dibuat dengan
tujuan untuk megetahui dan memahami tentang Estimasi Besarnya
Populasi. Sebelumnya penulis berterima kasih
pada teman-teman yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai masalah
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca agar laporan ini lebih sempurna dan
dapat meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.
Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi pembaca dan
kita semua.
Jember, 22April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2
Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3
Tujuan..................................................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Populasi
dalam Ekologi ........................................................ 6
2.2
Pengertian CMRR................................................................................... 9
2.3
Teknik Pengambilan
sampel.................................................................... 11
BAB 3. METODE PERCOBAAN
3.1
Tempat dan Waktu
Percobaan ............................................................... 13
3.2
Alat dan Bahan
Percobaan ..................................................................... 13
3.3
Desain Percobaan.................................................................................... 13
3.4
Prosedur Percobaan................................................................................. 14
3.5
Skema Alur Percobaan............................................................................ 14
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Percobaan....................................................................................... 16
4. 2 Pembahasan............................................................................................. 18
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan ............................................................................................ 23
5.2
Saran ...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL................................................................. 27
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Populasi merupakan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau
kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu.
Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan
dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan
relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif
biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau
biomassa per satuan luas per satuan isi. Kerapatan populasi dapat dihitung
dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan
relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan
dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu. Cara
mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu mengitung seluruh individu dan metode
sampling.
Dalam suatu ekosistem terdapat fluktuasi kepadatan populasi, untuk mempermudah dalam
menghitung kepadatan suatu populasi, maka dibuat suatu simulasi cara penghitungan kepadatan populasi tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah
metode Peterson, yaitu metode cuplikan dengan menghitung proporsil kecil
populasi atau dengan metode Eschmeyer, yaitu memperkirakan besarnya populasi
simulan (objek simulasi). Dengan demikian dapat
ditentukan nilai kepadatan suatu populasi dan membandingkan hasil
estimasi dari tiga rumus rumus Petersen,
Schnabel, and Eschmeyer-Schumacher.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara kerja dalam praktikum
ini ?
2. Bandingkanlah hasil rumus yang
mendekati ?
3. Mengapa harus ada pengulangan 10 kali ?
4. Bagaimana perbedaan aplikasi ketiga rumus
yang digunakan dalam praktikum ini ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja dalam
praktikum ini.
2. Untuk mengetahui hasil rumus yang
mendekati.
3. Untuk mengetahui alasan harus ada
pengulangan 10 kali.
4. Untuk mengetahui perbedaan aplikasi ketiga rumus
yang digunakan dalam praktikum ini.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Populasi dalam Ekologi
Populasi
terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi
individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu
menggerombol, acak dan tersebar. Pola
distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu
pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada
tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul
untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai
interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik
bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi. Contoh
pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur
15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan
laki-laki tua/anak-anak. Tingkat
pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian,
juga mempengaruhi struktur umur dan populasi (Southwood, 1876:75).
Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu
spesies atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan
jenis yang bersangkutan, dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau
tata ruang tertentu. Populasi memiliki karakterisitik kelompok (statistical
measure) yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar
populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density). Empat parameter
populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas (kelahiran),
mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi (Tarumingkeng, 1994).
Tingkat
pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian,
juga mempengaruhi struktur umur dan populasi. Suatu populasi dapat juga
ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula
ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami
suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme,
atau populasi setempat. Kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan
kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa
karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu
anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau
kerapatan (Junaidi,2010).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua
pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi,
yang relatif konstan sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup besar.
Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk
meningkatkan populasi tersebut. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada
hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi
dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies
sama (takson tertentu) serta hidup/menempati kawasan tertentu pada waktu
tertentu. Suatu populasi memiliki sifat-sifat tertentu; seperti kepadatan (densitas),
laju/tingkat kelahiran
(natalitas), laju/tingkat kematian (mortalitas), sebaran umur dan sex
(rasio bayi, anak, individu muda, dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan),
dll. Sifat-sifat ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui /
memahami kondisi suatu populasi secara alami maupun perubahan kondisi populasi
karena adanya pengaruh perubahan lingkungan. Sebagai salah satu sifat populasi,
densitas merupakan cerminan ukuran populasi (jumlah total individu) yang hidup
dalam kawasan tertentu (Tobing, 2008: 43).
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada
rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola
penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini disebabkan oleh
tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai
akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna
lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya
perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu.
Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu
lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri
dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang
terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak. Tingkat pertumbuhan populasi
yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur
umur dan populasi
(Hadisubroto, 1989).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam
bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume
atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Rakhmanda, 2011: 1).
Pengukuran kerapatan mutlak ialah
dengan cara :
1. Penghitungan
menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk
yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut
semuanya.
2. Metode
cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON) (Sukarsono,1992).
Metode yang
paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung
seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus), namun situasi alam atau
lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksaan hal tersebut, terutama
pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk atau rusa. Mungkin sebagian medan
habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau beberapa individu sangat sulit
untuk dijumpai secara langsung. Selain itu pergerakan hewan dari dan ke arah
lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan (Sukarsono,1992).
Perhitungan
populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan
perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau
tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk menghitung sampling populasi rumput
di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat rumput, untuk hewan-hewan
besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan
untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung
dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture
(Sukarsono,1992).
2.2 Pengertian CMRR
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai,
melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi.
Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi.
Capture-mark-recapture (CMR) merupakan
eksperimen yang dikembangkan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi
ukuran populasi pada hewan. Umum Prinsip CMR percobaan adalah untuk menandai
individu dalam sesi capture pertama dan kemudian merekam proporsi individu yang
ditandai dalam sesi merebut kembali berikutnya (Williams, 2001) dalam (Petit, 2005).
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan
secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu dengan
perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau
tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya, untuk sampling populasi rumput di
padang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar
dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk
hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat
diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMRR)
(Suin, 1989).
Suatu populasi dapat ditafsirkan sebagai suatu kelompok yang sama
spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi
dapat dibagi menjadi deme atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat
saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak
dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi
adalah besar populasi atau kerapatan (Soetjipta, 1992).
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan
satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau
biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan
kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (kerapatan spesifik). Kerapatan kasar
adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik
adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).
Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak
suatu populasi, ternyata dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu
populasi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara
absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat
dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau
frekuensinya per satuan waktu. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam
bentuk persentase. Cara mengukur kerapatan absolut ada, yaitu:
a. Mengitung seluruh individu
di suatu daerah, contoh: sensus
b. Metode sampling, dengan
metode Peterson atau metode Eschmeyer (capture and recapture methode)
(Widyaleksono, 2012).
Metode CMRR
secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan menangkap
kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka ditangkap (trap
happy) atau susah (trap shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan
metode CMRR dengan asumsi- asumsi sebagai berikut.
1) Hewan
yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.
2) Hewan
yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.
3) Populasi
harus dalam sistem tertutup (tidak ada
migrasi atau migrasi dapat dihitung).
4) Tidak
ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.
5) Hewan
yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling
selanjutnya.
6) Populasi
sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin
dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk
ditangkap.
7) Sampling
dilakukan dengan interval waktu yang tetap
(Wheather, 1995:208).
2.3 Teknik Pengambilan Sample
2.3.1 Metode Linceln-Peterson
Untuk
memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil),
dapat digunakan schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama
dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran
populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang
berikutnya.
Pada
metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode
setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan
kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni
Mi)/∑Ri
Dengan
:
·
Mi = adalah jumlah total
hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya
·
Ni = adalah hewan yang
tertangkap pada periode I
·
Ri = adalah hewan yang
tertangkap kembali pada periode ke I
(Southwood dan Henderson, 1971:75).
Analisa
data untuk mengetahui kepadatan populasi simpai dilakukan dengan menggunakan
rumus:
sedangkan untuk
mengetahui kepadatan kelompok digunakan rumus:
Satuan
Kepadatan Populasi adalah individu/km2 dan Kepadatan Kelompok adalah
kelompok/km2 (Fitri, 2013).
Untuk memperkirakan kepadatan populasi
burung di areal penelitian digunakan
rumus:
Dimana
:
D
= Kepadatan burung (ekor/ha)
N
= Estimasi jumlah populasi (ekor)
A
= Luas pulau (ha) (Sawitri, 2012). (Sawitri,2012)
BAB
3. METODE PENELITIAN
3. 1
Tempat
dan Waktu Percobaan
Percobaan
ini dilakukan di laboratorium Zoologi Ruang 19 gedung Pendidikan Biologi Gedung
3 FKIP Universitas Jember pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 15 April 2016
Waktu : 14-20 -16.00 WIB
3. 2
Alat
dan Bahan Percobaan
3.2.1
Alat
1. Beras
Warna Putih dan Merah
2. Toples
kaca
3. Sendok
makan
3.2.2
Bahan
-
3. 3
Desain
Percobaan
3. 4
Prosedur
Percobaan
1) Menyiapkan
segenggam beras warna putih di dalam toples kaca
2) Menyiapkan segenggam
beras warna merah di luar toples kaca
3) Mengambil beras
warna putih di dalam toples menggunakan sendok dan menghitung jumlah beras yang
terambil tersebut
4) Mengganti beras berwarna
putih yang terambil tersebut dengan beras merah dalam jumlah yang sama
5) Memasukkan beras
berwarna merah ke dalam toples kaca, dan membiarkan beras putih berada di luar
toples
6) Mengocok toples
kaca sehingga beras merah dan beras putih dapat homogen
7) Mengambil satu
sendok beras lagi dari dalam toples kaca secara acak lalu menghitung jumlah
beras yang terambil serta membedakan antara beras merah dengan beras putih
8) Mengganti beras
warna putih yang ikut terambil dengan beras warna merah, lalu memasukkannya
lagi ke dalam toples
9) Mengulangi langkah
6 sampai 8 di atas sampai pengulangan ke-9 (recapture
9)
10) Memasukkan data, yaitu
C sebagai tangkapan total, M sebagai jumlah beras putih keseluruhan, T sebagai
jumlah beras putih pada setiap pengambilan, R sebagai jumlah beras merah pada
setiap pengambilan
11) Melakukan estimasi
populasi beras putih dihitung dengan 3 rumus yaitu Peterson, Schnabel, dan Schumacher-Eschmeyer
3.5
Skema
Alur Percobaan
|
BAB 4. Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
Peterson
|
Schnabel
|
Eschmeyer
|
|||||||||||
S
|
C
|
M
|
T
|
R
|
CM
|
(CM)2
|
∑CM
|
MR
|
CM/R
|
∑R
|
∑CM/∑R
|
R2/C
|
∑(CM)2/∑MR=a
|
1
|
171
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
170
|
171
|
159
|
11
|
29070
|
845064900
|
915894
|
1881
|
2642,727273
|
417
|
2196,388489
|
0,711764706
|
327110,1923
|
3
|
162
|
330
|
135
|
27
|
53460
|
2857971600
|
915894
|
8910
|
1980
|
417
|
2196,388489
|
4,5
|
327110,1923
|
4
|
148
|
465
|
122
|
26
|
68820
|
4736192400
|
915894
|
12090
|
2646,923077
|
417
|
2196,388489
|
4,567567568
|
327110,1923
|
5
|
157
|
587
|
118
|
39
|
92159
|
8493281281
|
915894
|
22893
|
2363,051282
|
417
|
2196,388489
|
9,687898089
|
327110,1923
|
6
|
160
|
705
|
108
|
52
|
112800
|
12723840000
|
915894
|
36660
|
2169,230769
|
417
|
2196,388489
|
16,9
|
327110,1923
|
7
|
148
|
813
|
92
|
56
|
120324
|
14477864976
|
915894
|
45528
|
2148,642857
|
417
|
2196,388489
|
21,18918919
|
327110,1923
|
8
|
165
|
905
|
95
|
70
|
149325
|
22297955625
|
915894
|
63350
|
2133,214286
|
417
|
2196,388489
|
29,6969697
|
327110,1923
|
9
|
136
|
1000
|
69
|
67
|
136000
|
18496000000
|
915894
|
67000
|
2029,850746
|
417
|
2196,388489
|
33,00735294
|
327110,1923
|
10
|
144
|
1069
|
75
|
69
|
153936
|
23696292096
|
915894
|
73761
|
2230,956522
|
417
|
2196,388489
|
33,0625
|
327110,1923
|
Jumlah
|
1561
|
973
|
417
|
915894
|
1,08624E+11
|
332073
|
20344,59681
|
153,3232422
|
327110,1923
|
Schumacher
|
||||||||
R2
|
∑MR/a
|
(∑R2/C)
/ (∑MR/a)
|
S-1
|
1/S-1
|
1/S-1 {∑R2/C
/ ∑MR/a}
|
a3
|
a3 .b
|
a3 .
b / ∑MR
|
0
|
0
|
0
|
0
|
~
|
~
|
0
|
0
|
0
|
121
|
1,01517167
|
151,0318371
|
1
|
1
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
729
|
1,01517167
|
151,0318371
|
2
|
0,5
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
676
|
1,01517167
|
151,0318371
|
3
|
0,333333333
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
1521
|
1,01517167
|
151,0318371
|
4
|
0,25
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
2704
|
1,01517167
|
151,0318371
|
5
|
0,2
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
3136
|
1,01517167
|
151,0318371
|
6
|
0,166666667
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
4900
|
1,01517167
|
151,0318371
|
7
|
0,142857143
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
4489
|
1,01517167
|
151,0318371
|
8
|
0,125
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
4761
|
1,01517167
|
151,0318371
|
9
|
0,111111111
|
151,0318371
|
3,50011E+16
|
5,28629E+18
|
1,59191E+13
|
23037
|
1,01517167
|
151,0318371
|
.
|
4.2 Pembahasan
Pada
praktikum kali ini membahas mengenai estimasi besarnya populasi secara simulasi
(dengan beras putih dan beras merah)
dengan metode Capture-mark-release-recapture. Metode Capture-mark-release-recapture ini
secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan, dan menangkap
kembali (Tim Dosen Pembina,
2016). Metode simulasi
menggunakan beras
warna putih dan merah dilakukan untuk
menghemat waktu dan mengurangi resiko kesalahan, maka objek yang seharusnya
hewan diganti dengan beras
putih dan beras merah.
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini ialah menerapkan metode Capture-mark-release-recapture untuk
memperkirakan populasi beras putih dan
merah
serta membandingkan hasil
estimasi dari 3 rumus Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer-Sumacher.
Dalam
pelaksanaan praktikum ini, digunakan 2 warna beras yang berbeda, yaitu putih dan merah.
Penggunaan beras
yang berbeda warna disini berfungsi sebagai penanda, beras warna putih sebagai
hewan yang ada di populasi, sedangkan kancing beras warna merah sebagai hewan yang tertangkap dan
ditandai untuk dilepas kembali dengan asumsi bahwa beras tersebut mampu membaur
secara homogen di dalam populasi.
Adapun
cara kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yang pertama ialah menghitung jumlah beras putih yang ada didalam toples
kaca kemudian mengambil beras
warna putih dalam toples dengan posisi sedikit miring menggunakan sendok,
kemudian menghitung hasil pengambilan pertama tersebut, lalu mengganti beras warna putih dengan beras warna merah dengan jumlah yang
sama dan dimasukkan ke dalam toples. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan (beras). Langkah selanjutnya
yaitu mengocok toples dengan konstan agar beras
(putih dan merah) tercampur secara homogen. Setelah
itu mengambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama persis cuplikan yang
pertama, apabila bila terdapat sejumlah beras
yang lain dicatat sebagai
m atau R. Sedangkan cacah beras
yang tertangkap kedua dicatat sebagai T.
Kemudian melakukan cuplikan berikutnya dengan cara yang sama sampai 9 kali. Dari hasil
tersebut maka estimasi populasi beras
putih dan beras merah dapat dihitung dengan
ketiga rumus yaitu: Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer-Sumacher. Selanjutnya
populasi kancing benik dihitung keseluruhan secara langsung.
Dari
percobaan ini kita
dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan
mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Menurut McNaughton,
(1990:63) dalam (Lestari, 2012),
mengatakan bahwa bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan
objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, hewan,
maupun tumbuhan. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis
(units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila kita meneliti seluruh unsur
populasi, kita melakukan sensus. Menurut Sukarno (1989:89) dalam (Lestari, 2012),
sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi terbatas. Sensus, memang, tidak
selamanya sempurna. Hasil sensus, yang
mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam, modus, atau
(range), disebut parameter. Dalam
objek penelitian ini Kami menggunakan objek berupa beras putih dan beras merah
yang diibaratkan sebagai hewan.
Bila
jumlah unsur populasi terlalu
banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan
sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Metode pendugaan inilah yang
dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua
unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel
tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel
bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur
populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang
menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik
populasi disebut galat sampling (sampling error). Statistik dapat membantu kita
menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias. Sampel tak bias adalah
sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam
sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu
untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel
probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil
sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh
sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample
non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif
teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana
sampling atau rancangan sampling (sampling design).
Dalam
prakikum ini kami melakukan 10 kali pengulangan, pengulangan ini dilakukan
dengan mengambil beras putih dalam satu takaran dan menggantinya dengan beras
merah dengan jumlah yang sama berdasarkan jumlah beras putih yang diambil. Hal
ini dilakukan agar hasil yang didapatkan adalah akurat serta dapat diketahui
standar erornya, selain itu agar memperoleh data yang lebih tepat dan akurat
sampai mendekati pada keadaan sebenarnya. Karena banyak faktor yang dapat
mempengurangi keakuratan hasil sehingga menghitung atau memperkirakan hal yang
berada di alam bebas sangatlah sulit. Metode Paterson yang ditambahkan
dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling
dengan periode berikutnya. Sehingga
ketika di lakukan pengulangan sebanyak 10 kali akan di dapat hasil yang akurat
yang nantinya nilai atau jumlah populasinya mendekati jumlah aslinya di lapang.
Pada praktikum
mengenai estimasi besarnya populasi ini kami menggunakan metode CMRR (Capture Mark Release Recapture) yaitu
dilakukan dengan cara mengambil beras putih didalam gelas, menandainya
(mengganti dengan beras merah), dan mengembalikannya pada gelas dengan tidak
mengurangi jumlah beras putih yang terambil. Pada metode CMRR sendiri kami
menganalisis data dengan menggunakan tiga rumus yaitu rumus Peterson dan
schnabel. Untuk CMRR dengan rumus Paterson kami melakukan 10 kali pengulangan. Sebuah
alternatif lain untuk metode Schnabel yang dikembangkan oleh Schumacher dan
Eschmeyer, yaitu metode tangkap-lepas (capture and recapture methode). Metode
ini selain dapat mengestimasi populasi, juga dapat mengetahui panjang suatu
umur (longevity), dan sebarannya. Disamping itu angka kematian dan kelahiran
dapat diketahui, hasilnya dapat dipakai untuk memfasilitasi perbandingan antar
bentuk populasi di bawah kondisi lingkungan yang berbeda.
Menurut Southwood,
model peterson adalah menangkap sejumlah individu dari sejumlah populasi hewan
yang akan diamati. Pada praktikum ini kami menggunakan beras merah sebagai
simulasi individu yang akan diamati. Individu yang ditangkap itu diberi tanda
kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Pada praktikum
ini yaitu individu yang ditandai adalah beras putih yang digantikan dengan
beras merah dengan jumlah yang sama dan tanpa mengurangi jumlah populasi beras
merah. Setelah itu dilakukan penangkapan kembali terhadap sejumlah individu
dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua diidentifikasi individu yang
bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda
merupakan dari hasil penangkapan ke dua.
Metode schnabel
ini dapat digunakan untuk mengurangi ketidakvalidan dalam metode peterson.
Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode peterson yang ditambahkan
dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling
dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan
dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang
belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Southwood, 1971).
Berdasarkan
praktikum simulasi estimasi populasi yang telah dilakukan kami mendapatkan
hasil yang telah tertera pada tabel hasil pengamatan diatas. Hasil perhitungan
menggunakan rumus schnabel, diperoleh rata-rata hasil 2196,38. Sedangkan pada
data yang dilakukan perhitungan dengan peterson didapat hasil rata-rata
2034,457. Pada data menggunakan rumus schumacher dan eschmeyer diperoleh hasil
rata-rata 327,11. Dan data sebenarnya di dapatkan hasil estimasi populasi beras
merah 1069.
Setelah
menghitung banyaknya beras merah menggunakan metode peterson, metode Schnabel,
dan metode schmayer dapat dibandingkan bahwa perhitungan dengan menggunakan
metode peterson lebih mendekati jumlah yang sebenarnya dibandingkan dengan
metode Schnabel dan mchmayer. Dikarenakan nilai yang paling mendekati dengan nilai
populasi sebenarnya adalah nilai pada rumus Peterson. Karena nilainya yang paling dekat dengan nilai
sesungguhnya dimana nilai populasi sesungguhnya adalah 1069 dan nilai yang di
dapat dari hasil perhitungan menggunakan rumus peterson adalah 2034,45 sedangkan
jika menggunakan rumus schnabel nilainya 29196,38 dan menggunakan schumacher
dan eschmeyer diperoleh hasil rata-rata 327,11. Sehingga yang paling mendekati adalah nilai pada Peterson
Dari ketiga rumus yang di aplikasikan
yaitu rumus menurut Peterson, Schnabel dan juga Schumayer dapat di ketahui
perbedaannya ketika di aplikasikan. Jika menggunakan metode Peterson
pada dasarnya menangkap sejumlah
individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang
ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali
dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan
dihitung yang bertanda yang tertangkap. Dari dua kali hasil
penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi. Sedangkan jika menggunakan metode Schnabel yang sedikit
lebih akurat di bandingkan dengan metode Peterson, dimana Schnabel ini
memperbaiki keakuratan dari metode Peterson. Pada metode Schnabel selain
membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson, juga membutuhkan asumsi
bahwa ukuran populasi harus konstan dari periode sampling dengan periode yang
berikutnya. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali.
Dan untuk setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan
dilepaskan kembali. Kemudian pada metode menurut Schumayer dan Eschmeyer
berbeda dengan metode menurut Peterson dan Schnabel. Schumayer menggunakan
metode tangkap lepas (capture and
recapture methode) yang lebih akurat karena selain dapat mengestimasi
populasi, juga dapat mengetahui panjang suatu umur (longevity), dan sebarannya. Di samping itu angka kematian dan
kelahiran dapat diketahui serta hasilnya dapat dipakai untuk memfasilitasi
perbandingan antar bentuk populasi di bawah kondisi lingkungan yang berbeda.
Jadi ketiga rumus menurut ketiga ahli tersebut berbeda dan semakin
menyempurnakan teori-teori sebelumnya sehingga menjadi lebih akurat di gunakan
untuk mengestimasikan suatu populasi.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Pada praktikum kali
ini terdapat beberapa cara yang di gunakan untuk mengestimasi populasi yang di
ukur dengan di wakili beras merah dan beras putih. Pertama di lakukan
perhitungan beras putih yang utuh-utuh untuk mengetahui populasi awal. Kemudian
di ambil beras putih menggunakan sendok dan di ratakan sendoknya kemudian di
hitung beras putihnya, dan yang di ambil tadi di ganti dengan beras merah
dengan jumlah beras yang sama. Melakukan hal tersebut selama 9 kali pengulangan
2.
Pada praktikum kali
ini di dapatkan rumus yang paling mendekati dengan nilai populasi sesungguhnya
adalah menggunakan metode peterson. Karena nilainya yang paling dekat dengan
nilai sesungguhnya dimana nilai populasi sesungguhnya adalah 1069 dan nilai
yang di dapat dari hasil perhitungan menggunakan rumus peterson adalah 2034,45
sedangkan jika menggunakan rumus schnabel nilainya 29196,38 dan menggunakan schumacher
dan eschmeyer diperoleh hasil rata-rata 327,11. Sehingga yang paling mendekati adalah nilai pada Peterson.
3.
Pada praktikum kali
ini pengulangan di lakukan untuk mengetahui estimasi populasi yang akurat dan
valid sehingga nantinya di dapat kan jumlah populasi yang mewakili suatu
ekosistem akan sesuai atau mendekati jumlah populasi sesungguhnya yang ada di
lapang.
4.
Ketiga rumus
tersebut memiliki perbedaan dalam mengestimasi populasi dimana semakin lama
semakin di sempurnakan sehingga nantinya di dapat jumlah populasi yang sesuai
dengan keadaan sesungguhnya. Dari Petterson di sempurnakan oleh Schnabel
kemudian di kembangkan lagi oleh Schumayer.
5.2 Saran
Sebaiknya
pada saat praktikum digunakan pion-pion yang lebih besar bukan menggunakan
beras gunanya untuk mengefisienkan waktu. Jika menggunakan pion-pion kecil
tidak perlu memisahkan beras-beras yang utuh-utuh.
Daftar Pustaka
Fitri
Rahmi . 2013. Kepadatan Populasi dan
Struktur Kelompok Simpai (Presbytis melalophos) serta Jenis Tumbuhan
Makanannya di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas
Andalas Padang: Jurnal Biologi. Vol 2(1) : 25-30
Hadisubroto, Tisno (1989) dalam Dewi
Suryani. 2011. Azas-azas dan Konsep mengenai Organisasi pada Tingkat
Populasi. Padang : Universitas Negeri Padang.
Junaidi,
Endri. 2010. Kelimpahan
Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula
sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin. Sumatera
Selatan: Jurnal
Penelitian Sains. Vol 13 (3)
Naughton (1973) dalam Rahmawati. 2007. Pola
Migrasi Vertikal Harian Zooplankton di Berbagai Kedalaman Waduk Sutami
Karangkates Malang. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.
Petit and Valerie. 2005. Estimating Population Size with
Noninvasive Capture-Mark-Recapture Data.
Jurnal Conservation Biology. Vol 20 ( 4): 1062–1073.
Rakhmanda, Andhika. 2011. Estimasi
Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan. Vol 1(1): 1-7.
Sawitri, Reny.
2012. Keragaman Jenis Burung Di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi Dan Taman Nasional Kepulauan
Seribu. Bogor: Jurnal penelitian hutan
dan konservasi alam. Vol 9 (2):
175-187.
Soetjipta
(1992) dalam Hendra Marihot Pasaribu. 2010. Simulasi
Estimasi Populasi Hewan. Jambi:
Universitas Negeri Jambi
Soegianto,
Agus. 1994. Ekologi Kwantatif. Surabaya: Usaha Nasional
Southwood,
T.R.E. Henderson, P.A. 1971. Ecologycal
Method. Bandung: Angkasa.
Suin, Nurdin Muhammad (1989) dalam
Hasnah. 2010. Estimasi Besarnya Populasi Serangga. Makassar: Universitas
Negeri Hasanudin.
Sukarsono. 1992. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Tarumingkeng, R.C. (1994) dalam Harmin Adijaya. 2011. Metode
Sampling Biotik untuk Menduga Populasi Hewan Bergerak. Makassar:
Universitas Negeri Hasanudin.
Tobing. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu
Spesies Primata. Jurnal
VIS VITALIS. Vol (1).
Wheather, Philip C. Bell, James R. Cook, Penny
A. 1995. Practical Field Ecology.
Yogyakarta:UGM Press.
Widyaleksono
C.P, Trisnadi, dkk. 2012. Petunjuk
Praktikum Ekologi Umum.
Surabaya : Airlangga University
Press.
Lampiran
mantap djiwa makasih
BalasHapus