PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL
PROGRAM
IDENTIFIKASI
TANAMAN ETNOMEDICINE DI DESA LEDOKOMBO DAN ANDONGREJO TAHUN 2016
BIDANG
KEGIATAN :
PKM-ARTIKEL
ILMIAH
Diusulkan
oleh
Ida
Rusminingsih (
Ketua Kelompok )
Addieni
Zulfa Karimah (
Anggota 1 )
Rose
Lolita ( Anggota 2 )
Anisa
Maharani (
Anggota 3 )
Candra
Pratama Hervianto (
Anggota 4 )
Syarifatul
Laili (
Anggota 5 )
Ridlo
Firmansyah (
Anggota 6 )
UNIVERSITAS
JEMBER
JEMBER
2016
1.
JUDUL
: IDENTIFIKASI TANAMAN ETNOMEDICINE DI DESA LEDOKOMBO DAN ANDONGREJO TAHUN 2016
2.
NAMA
PENULIS :
1) Ida
Rusminingsih (
130210103041)
2) Addieni
Zulfa Karimah (130210103097
)
3) Rose
Lolita (130210103027)
4) Anisa
Maharani (130210103065)
5) Candra
Pratama Hervianto (130210103031)
6) Syarifatul
Laili (130210103063)
7) Ridlo
Firmansyah (130210103078)
3.
ABSTRAK
DAN ABSTRACT
Candra ( bahasa indonesia dan bahsa
inggris )
Abstrak ditulis dalam
Bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak berisi tidak lebih
dari 250 kata dan
merupakan intisari seluruh tulisan yang meliputi: latar belakang,
tujuan, metode, hasil
dan kesimpulan dan ditulis dengan jarak baris 1,0 spasi. Di
bawah abstrak
disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords).
4.
PENDAHULUAN
Tradisi masih dianggap
hal yang sangat dipercayai dan kental di masyarakat. Anggapan dari mulut ke
mulut dan turun temurun lebih dipercaya daripada sesuatu yang baru datang masuk
ke dalam tradisi masyarakat. Salah satu bentuk dari suatu yang turun
temurun salah satunya adalah pengobatan
penyakit dari tumbuhan. Tumbuhan lebih dianggap aman dalam mengobati penyakit
daripada obat-obatan dari pabrik. Kepercayaan ini yang membuat tumbuhan
tersebut ilmunya diturunkan kepada generasi selanjutnya dari mulut ke mulut. Istilah
pengobatan turun temurun ini biasa dikenal dengan etnomedisin. Etnomedisin yang
berkenaan dengan konsep kausalitas, menemukan bahwa hanya ada
sedikit sekali kerangka kognitif pada masyarakat yang penting untuk
“ menjelaskan “tentang adanya penyakit ( desease ), ditemukan bahwa suatu
bagian atas dua telah cukup untuk membedakan kategori kategori besar, atau
system system. pembagian atas dua itu dengan istilah istilah
personalistik dan naturalistic . walaupun istilah istilah tersebut merujuk
secara khusus kepada konsep konsep kausalitas, keduanya dapat juga dipakai
untuk menyebut seluruh sistem medis ( yakni tidak hanya kausal , melainkan juga
seluruh tingkah laku yang berhubungan, yang bersumber pada
pandangan- pandangan tersebut ). Dari penjelasan diatas, kami melakukan
observasi mengenai tentang etnomedisin tumbuhan di daerah desa Ledok ombo dan
Andongrejo. Kegiatan ini dilakukan dengan cara identifikasi tumbuhan yang biasa
digunakan oleh masyarakat di desa Ledok ombo dan Andongrejo. Metode yang
dilakukan dengan cara wawancara kepada masayarakat, selanjutnya kami
mengidentifikasi tanaman yang terdapat disana. Di daerah Andongrejo
identifikasi tanaman yang dilakukan berasal dari hutan Meru Betiri dan daerah
lain. Kegiatan ini bermanfaat untuk kedepannya sebagai informasi kepada masyarakat
tentang kelebihan tumbuhan sebagai obat yang dapat mengangkat desa Ledok Ombo
dan Andongrejo. Selain itu, dapat digunakan sebagai rujukan masayarakat daerah
lain mengenai ilmu dari tumbuhan tersebut.
5.
TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)
Mengetahui penggunaan tanaman yang di
gunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar ledokombo secara turun
temurun
2)
Mengetahui resep jamu tradisional dari
tanamanyang di gunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar
ledokombo secara turun temurun
3)
Mengetahui budaya penggunaantanaman yang
di gunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar ledokombo secara
turun temurun.
6.
METODE
PELAKSANAAN
Tempat
Penelitian
Penelitian
etnobotani tanaman sebagai obat tradisional di lakukan di Kecamatan Ledokombo,
Kabupaten Jember, dengan wilayah desa di sekitar ledokombo diantaranya: Desa
Sumber Salak, Desa Petung, dan Desa Juroju. Pemilihan desa ini berdasarkan
masih banyaknya masyarakat yang menggunakan tumbuhan sebagai obat-obatan
tradisional
Waktu Penelitian
Penelitian
etnobotani dilakukan bulan April-Mei 2016
Jenis Penelitian
Menggunakan
metode penelitian survei yang bersifat dekriptif eksploratif dengan menggunakan
gabungan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode
deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian
di lapangan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik
wawancara, teknik observasi.Untuk penentuan sampel sendiri kami menggunakan
teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu, dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang memiliki karakteristik
yang di kehendaki dan menggunakan teknik Snowball Sampling yaitu teknik pemilihan
informan derdasarkan rekomendasi dari key informant atau orang yang penting
dari suatu masyarakat yang mengetahui banyak hal tentang budaya di daerah
tersebut dan bersedia untuk berbagi pengetahuan. Sehingga dapat di terapkan
rencana penelitian sebagai berikut.
Gambar
3.1 Rancangan Penelitian untuk Pengambilan Data dengan Purposive sampling dan Snowball
Sampling
Teknik
Wawancara
Teknik wawancara yang
di lakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tanaman obat dari tokoh-toh
masyarakat. Kami menggunakan teknik wawancara semi-strutured dengan mengggunakan tipe pertanyaan open ended. Selanjutnya informan
spesifik didapatkan dengan menggunakan wawancara yang terstruktur yaitu
informan ditanya persiapan yang sedang atau telah di gunakan sebagai obat
tradisional. Kami menggunakan pedoman wawancara, agar proses wawancara dapat
berjalan dengan lancar dan data yang di butuhkan terkumpul dengan lengkap namun
terbuka dengan informasi lainnya. Pedoman wawancara sendiri berisi tentang:
jenis tumbuhan, asal tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan (akar, batang,
daun, bunga, buah biji dan bagian lainnya).
Teknik
Observasi
Teknik Observasi di lakukan
untuk mendapatkan data tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat,
bagian yang di gunakan, penggunaan tanaman obat. Teknik observasi langsung yang
digunakan (participant observation)
digunakan untuk menambah informasi yang di butuhkan.
7.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Indonesia
memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak
dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Dalam pemanfaatan tanaman obat ini
setiap daerah memiliki cara yang berbeda-beda sebagaimana yang dikemukakan oleh
Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan
jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan
besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya nabati di
lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional.
Tumbuhan
obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan, yang berupa ramuan
jamu tradisional dan telah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Tumbuhan
obat telah berabad-abad didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam bentuk jamu
untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya dan merupakan
kekayaan budaya bangsa Indonesia yang perlu dipelihara, perhatian dan
dilestarikan. Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian
yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka,
tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat tradisional ini terus
meningkat untuk kebutuhan domestik maupun internasional.
Penelitian
etnobotani merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional oleh masyarakat sekitar kawasan
hutan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Pengembangan tanaman obat memiliki
arti yang sangat luas, tidak saja sebagai sumber bahan baku herbal (agromedisin),
namun lebih dari itu tanaman-tanaman obat dapat difungsikan sebagai agrowisata,
laboratorium botani, sumber plasma nutfah, jalur kawasan hijau, komoditi ekspor
nonmigas, dan sebagai pendapatan masyarakat (Kintoko, 2006).
Hasil observasi yang diperoleh dari wawancara yang
dilakukan di desa Sumber Salak dan
Andongrejo Kabupaten Jember mengenai tanaman obat dan ramuan obat yang
dilakukan oleh masyarakat daerah Sumbersalak dan Andongrejo menunjukkan bahwa
masyarakat di kedua daerah tersebut memang memanfaatkan tanaman obat di sekitar
mereka untuk memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sehingga mereka jarang
menggunakan obat-obatan sintesis. Peneliti mendapatkan informasi
mengenai tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar daerah
Sumber Salak dari Ibu Agus yang
berdomisili di daerah Mastrip Jember.
Kajian etnobotani tanaman obat oleh masyarakat
kabupaten bonebolango provinsi gorontalo intuisi dan coba-coba. Selanjutnya
mereka mengembangkan sistem pengetahuan tersebut secara terus-menerus dari
generasi ke generasi sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat. Sistem
pengetahuan lokal merupakan ungkapan budaya yang di dalamnya terkadang tata
nilai, etika, norma, aturan dan keterampilan dari suatu masyarakat yang memenuhi
tantangan atau kebutuhan hidupnya. Pengkajian terhadap sistem pengetahuan lokal
juga telah mampu memberikan gambaran mengenai kearifan tradisi masyarakat dalam
mendayagunakan sumberdaya alam dan sosial secara bijaksana dan tetap memelihara
keseimbangan lingkungan (Prananingrum, 2007).
Masyarakat
memanfaatkan tanaman obat untuk kebutuhan sehari-hari dalam mengobati suatu
penyakit yang mereka derita. Mereka sering mendapatkan tumbuhan berkhasiat obat
dengan cara pengumpulan dan budidaya, adapun cara pengumpulan tersebut meliputi
pencarian di pekarangan rumah yang merupakan tanaman liar, mencari di hutan
atau membeli dipasar namun sebagian dari mereka juga sudah membudidayakan
tumbuhan berkhasiat obat. Pada masyarakat Samin terdapat mitos bahwa tumbuhan berkhasiat
obat yang akan digunakan untuk mengobati suatu penyakit itu harus dicuci dahulu
dengan air Sendang, dan untuk tanaman yang memiliki nilai tradisional misalnya
: Dringo itu harus dibacakan doa oleh sesepuh desa atau yang dituakan
(Kandowangko, 2011:13).
Penelitian
kami sama halnya seperti penelitian yang dilakukan didaerah lainnya. Tanaman
obat yang digunakan dibeberapa daerah ada ciri khas atau pembeda dengan daerah
lainnya.Tanaman obat
yang ada di Sumber Salak adalah tanaman obat tradisional yang digunakan
masyarakat sekitar ketika menderita penyakit dari penyakit yang ringan hingga
penyakit kronis seperti tumor/kanker. Budaya yang ada di
daerah Sumber
Salak
adalah ketika menderita sakit-sakit
ringan mereka memilih tidak berobat ke dokter melainkan meminum obat-obatan
yang mereka ramu sendiri.
Dari informasi inilah peneliti mulai untuk melakukan wawancara kepada salah
satu masyarakat yang aktif dalam membuat obat tradisional di daerah Sumber
Salak yaitu Ibu Latifah.
Ibu Latifah sebagai narasumber yang pertama memberikan
banyak informasi mengenai tanaman obat yang beliau manfaatkan sendiri sebagai
ramuan, beliau juga memiliki kebus sendiri yang ditanami berbagai jenis tanaman
obat. Menurut keterangan yang diberikan, informasi mengenai tanaman dan ramuan
obat ini diturunkan dari generasi ke generasi. Beberapa tanaman obat yang
diperoleh dari informan pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.
No
|
Nama
lokal
|
Bagian
tumbuhan yang
dimanfaatkan
|
Kegunaan
|
1.
|
Bambu
|
Daun
|
Memperlancar produksi
ASI
|
2.
|
Pisang
|
Getah
pohon
|
Untuk
mengobati luka berat seperti terkena senjata tajam
|
3.
|
Wedus-wedusan
|
|
Luka
|
4.
|
Tales
|
Getah
tangkai
|
Luka
|
5.
|
Kitolog
|
Getah
tangkai bunga
|
Mengobati Katarak
|
6.
|
Salak
|
Daun
|
Mengobati
Diare
|
7.
|
Manggis
|
Kulit
|
Mencegah
radikal bebas
|
8.
|
Pepaya
|
Daun
|
Menurunkan Darah
tinggi
|
9.
|
Bentul
|
Ubinya
yang busuk
|
Luka
patah tulang
|
10.
|
Maronggi
|
|
Memperlancar
produksi ASI
|
11.
|
Kersen
|
Buah
|
Mengobati asam
urat
|
12.
|
Pohon
Sukarno
|
Daun
|
Mengobati Gatal-gatal
|
13.
|
Lengkuas
|
Umbi
|
Mengobati panu
|
14.
|
Katu
|
Daun
|
Memperlancar
produksi ASI
|
15.
|
Kunir
|
Umbi
|
Untuk Stimulan
|
16.
|
Sirih
|
Daun
|
Mencegah keputihan, mengurangi bau badan
|
17.
|
Mentimun
|
Buah
|
Menurunkan darah
tinggi, untuk kecantikan
|
18.
|
Kunyit
putih
|
Umbi
|
Mengobati kanker
|
19.
|
Litan-litan
|
Daun
|
Mengatasi pegal-pegal
|
Setelah
mendapatkan informasi dari Ibu Latifah, peneliti melanjutkan wawancara kepada
Ibu Agung atas rujukan dari Ibu latifah. Setelah melakukan wawancara kepda Ibu
Agung, peneliti mendapatkan informasi bahwa tanaman dan ramuan obat yang
diperoleh berasal dari pelatihan, bukan dari informasi turun-temurun. Pusat
pelatihan yang dimaksud berada di desa Andongrejo, kecamatan Tempurejo,
kabupaten Jember. Dari Ibu Agung, peneliti mendapatkan informasi mengenai
tanaman obat yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.
No
|
Nama
lokal
|
Bagian
tumbuhan yang
dimanfaatkan
|
Kegunaan
|
1.
|
Daun
Ungu
|
Daun
|
Untuk Osteoporosis
|
2.
|
Som Jawa
|
Umbi
|
Penambah stamina
|
3.
|
Cekrokon
|
Daun
|
Mengobati batuk
|
4.
|
Keci
Jileng
|
Daun
|
Mengobati kencing
Batu
|
5.
|
Patik
emas
|
Getah
tangkai bunga
|
Mengobati
sakit
mata
|
6.
|
Lidah
ayam
|
Daun
|
Mengobati osteoporosis
|
7.
|
Meniran
|
Daun
|
Mengobati
osteoporosis
|
8.
|
Murbei
|
Daun
|
Mengobati
osteoporosis
|
Tanaman
obat tersebut tidak dapat digunakan sendirian namun harus dipadukan dengan
tanaman obat lain sehingga nantinya menjadi ramuan yang dapat dimanfaatkan.
Dari Ibu Agung peneliti mendapatkan informasi mengenai ramuan untuk
osteoporosis yang terdiri atas temulawak ½ kg, kencur ¾ kg, jahe ½ kg, kunci ½
kg, pegagan 1 kg, meniran ¼ kg, daun ungu ¼ kg, dan gula 1 kg. semua bahan obat
dihaluskan lalu direbus. Menurut informasi dari Ibu Agung, untuk takaran airnya
tidak pasti berapa liter, karena umumnya masyarakat menggunakan perasaan /
feeling dalam menambahkan airnya. Bahan tersebut direbus sampai air yang
tersisa tinggal separuhnya. Setelah itu air hasil rebusan dapat dimanfaatkan.
Konsumsi ramuan obat ini harus rutin dan teratur karena merupakan obat
tradisional yang bekerjanya lebih lambat dibandingkan obat sintesis.
Setelah
mendapatkan informasi pusat pelatihan dari Ibu Agung, peneliti melanjutkan
wawancara kepada salah satu anggota pelatihan di pusat jamu tradisional kelompok
toga “Sumber Waras” di desa Andongrejo Kecamatan Tempurejo-Jember yang bernama Ibu Monah.
Peneliti mendapatkan beberapa informasi mengenai tanaman obat yang belum
ditemukan dari informan sebelumnya. Beberapa tanaman tersebut disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 3.
No
|
Nama
lokal
|
Bagian
tumbuhan yang
dimanfaatkan
|
Kegunaan
|
1.
|
Kecubung
|
Daun,
Bunga
|
Mengobati asma
|
2.
|
Jinten Hitam
|
Biji
|
Mengobati
rematik dan kencing manis
|
3.
|
Pulutan
|
Daun
dan Bunga
|
Mengobati
ambeien
|
4.
|
Sempal
wadak
|
Daun
|
Mengobati
rematik
|
5.
|
Tumbuhan Dewa
|
Daun
|
Mengobati
radang,
kanker, dan tumor
|
6.
|
Gempul
Batu
|
Daun
|
Mengobati
ambeien
|
7.
|
Kemekes
|
Daun
|
Mengobati
asma dan batuk
|
8.
|
Sangket
|
Daun
|
Mengobati
jantung
Lemah
|
9.
|
Daun Sendok
|
Daun
|
Mengobati
keputihan
|
Saat
proses wawancara, peneliti menemukan banyak sekali tanaman obat di halaman
rumah Ibu Monah, baik halaman depan maupun di halaman samping rumah beliau.
Komposisi tanaman obat di rumah Ibu Monah lebih lengkap dan lebih bervariasi
dibandingkan di daerah Sumber Salak (di halaman informan pertama dan kedua).
Jenis tanaman yang disajikan dalam tabel adalah jenis tanaman yang tidak
ditemukan dari informan pertama dan kedua. Dari Ibu Monah, peneliti mendapatkan
informasi bahwa ada anggota pelatihan lain yang juga memiliki tanaman obat
lain, beliau bernama Ibu Karno. Dari informasi ini peneliti melakukan wawancara
kepada Ibu Karno.
Ibu
karno adalah salah satu angota pelatihan jamu tradisional yang aktif dan sering
mengikuti pameran obat tradisional. Beliau bersama kelompoknya juga telah
menghasilkan produk obat tradisional yang dipasarkan. Pembeli biasanya berasal
dari masyarakat yang memesan ramuan tersebut. Ibu Karno juga menyebutkan bahwa
komposisi bahan yang digunakan untuk meramu obat tersebut tidak dicantumkan
semua dalam kemasan, karena sangat banyak sekali jenis tumbuhan yang digunakan
dan selalu ada ramuan rahasia yang tidak dicantumkan. Misalnya bahan asli
ramuan terdiri atas 16 jenis tumbuhan, maka yang dicantumkan di kemasan hanya
10 atau 12 bahan saja. Selain infomasi tersebut, peneliti juga mendapatkan
informasi mengenai tanaman obat yang belum ditemukan dari informan sebelumnya.
Informasi tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.
No
|
Nama
lokal
|
Bagian
tumbuhan yang
digunakan
|
Kegunaan
|
1.
|
Kule
Pondok
|
Akar
|
Mengobati darah
tinggi
|
2.
|
Sirih
|
Daun
|
Untuk pelangsing, penghilang bau badan
|
3.
|
Sambung
nyowo
|
Daun
|
Mengobati
liver
|
4.
|
Jati
belanda
|
Daun
|
Memperlancar
produksi ASI
|
5.
|
Patikin
|
Daun
|
Mengobati
liver
|
Berikut adalah contoh produk obat tradisional yang
ditunjukkan kepada peneliti.
8.
KESIMPULAN
Sari
Kesimpulan merupakan bagian akhir tulisan yang
membawa pembaca keluar dari
pembahasan. Secara umum kesimpulan menunjukkan
jawaban atas tujuan yang
telah dikemukakan dalam pendahuluan.
9.
UCAPAN
TERIMAKASIH
Kami Mengucapkan
Terimakasih Kepada Ibu Latifah, Ibu
Agung, Ibu Mona dan Ibu Karno selaku narasumber yang sudah memberikan informasi
kepada kami. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan masyarakat
sekitar.
10. DAFTAR PUSTAKA
Rifai, M.A. 1998.
Pemasakinian Etnobotani Indonesia : Suatu Keharusan demi Peningkatan Upaya
Pemanfaatan, Pengembangan dan Penguasaannya. Prosiding Seminar Nasional
Etnobotani III ( 5-6 Mei 1998, Denpasar-Bali) : 352-356.
Kintoko. 2006. Pengembangan Tanaman Obat. Proseding
Persidangan Antar Bangsa Pembangunan Aceh. Jogjakarta.
Kandowangko, Novri Y. Solang, Margaretha. Jusna,
Ahmad. 2011. Kajian Etnobotani Tanaman
Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo
Prananingrum.
2007. Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional di Kabupaten Malang Bagian Timur.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi-UIN Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar