Kamis, 23 Juni 2016

# Anatomi Fisiologi Manusia

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “SISTEM KARDIOVASKULAR”


LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
“SISTEM KARDIOVASKULAR”



Oleh:
Nama                                              : Rose Lolita
NIM                                                : 130210103027
Kelas                                              : C
Kelompok                                      : 1







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
I.                   Judul        : Sistem Kardiovaskular
II.                Tujuan     : Mengetahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mepengaruhinya
III.             Tinjauan Pustaka
Sistem kardiovaskular pada vertebrata merupakan sistem sirkulasi tertutup. Dimana darah beredar ke dan darijantung melalui jejaring pembuluh-pembuluh yang luar biasa ekstensif. Dimana terdapat organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri (Campbell, 2008: 58).
Pada sistem kardiovaskular komponen yang terpenting adalah O2 karena di butuhkan oleh seluruh sel yang ada di dalam tubuh. Tanpa adanya O2 seluruh proses metabolisme yang ada di dalam tubuh akan terhambat. Oleh karena itu agar O2 dapat di edarka keseluruh bagian tubuh yang memerlukan maka harus ada alat yang mengedarkannya. Hormon-hormon yang di produksi oleh kelenjar endokrin juga harus dapat di angkut ke bagian tubuh yang memerlukan. Oleh karena itu di dalam tubuh harus ada alat yang berfungsi untuk mengerdarkan makanan O2 dan hormon. Alat-alat yang berfungsi dalam hal ini tergabung dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran. Sistem peredaran meliputi sistem cardiovaskular yaitu cor (jantung) dan vasa-vasanya (arteri dan vena) (Suntoro, 1990: 101).
Yang membawa O2 dan CO2 serta makanan ke seluruh tubuh adalah darah. Darah merupakan salah satu komponen utama dalam sistem kardiovaskuler. Tak hanya itu, peranannya dalam tubuh pun sangatlah vital. Berikut adalah beberapa fungsi darah bagi tubuh ; (1).Darah melalui plasma darah akan mengedarkan sari makanan ke seluruh bagian tubuh. Sel darah merah akan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, (2).Sel darah putih akan membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh, (3).Keping-keping darah akan menutup setiap luka yang dialami tubuh, (4). Darah akan menjaga kestabilan suhu tubuh (Snell, 2006).
Darah merupakan komponen utama yang ada di dalam sistem kardiovaskular, selain darah ada organ yang terpenting yang meregulasi keluar masuknya darah yaitu jantung. Jantung sendiri berukuran sekitar satu kepalan tangan ukurannya : 250-350 gram. Hubungan jantung yaitu ; (1). Bagian atas terdapat pembulu darah besar (aorta, truncus pulmonalis, dll), (2). Bagian bawah terdapat diafragma dan disetiap sisi jantung terdapat paru, (3). Bagian belakang terdapat aorta descendesn, oesophagus, dan columna vertebralis (Snell, 2006).
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
a.       Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak turun kebawah.
b.      Bentuk rongga dada:  Perubahan bentuk toraks yang menetap  (TBC) menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
c.       Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah jantung ke atas
d.      Perubahan posisi tubuh:  proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi tubuh.
(Snell, 2006).
Menurut Sloane (2003), Fungsi umum otot jantung yaitu:
1.      Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar.
2.      Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.
3.      Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4.      Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
Menurut Sloane (2003), Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung yaitu:
1.      Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang mengalir ke jantung.
2.      Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui saraf otonom.
Setelah mengetahui morfologi jantung serta kinerja jantung, selanjutnya di susul dengan organ yang mendukung kerja jantung yaitu pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri.
a.       Pembuluh darah arteri
Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan cepat  pada arteri (Setiadi. 2007).
b.      Pembuluh darah vena
Vena, saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke  jantung, karena tekanan pada sistem vena sangat rendah. Dinding vena sanga tipis akan tetapi dinding vena mempunyai otot untuk berkontraksi sehingga  berfungsi sebagai penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan  berdasarkan kebutuhan tubuh (Setiadi, 2007).
   Di dalam jantung tersebut terdapat beberapa organ yang mendukung kerja dari jantung yaitu pembuluh darah. Terdapat tiga tipe utama pembuluh darah dalam sistem kardiovaskular yaitu arteri, vena dan kapiler. Artery membawa darah menjauhi jantung ke organ-organ seluruh tubuh. Di dalam organ-organ, arteri bercabang menjadi arteriola, pembuluh-pembuluh darah kecilyang mengangkut darah ke kapiler-kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopik dengan dinding-dinding yang sangat tipis dan berpori-pori. Jejaring pembuluh kapiler disebut bantalan kapiler, menembus setiap jaringan, melewati setiap sel tubuh dalam jarak beberapa kali diameter sel. Dengan melintasi dinding kapiler yang tipis, zat kimia, termasuk gas-gas terlarut di pertukarkan melalui difusi antara darah dan cairan interestial di sekeliling sel-sel jaringan. Pada ujung hilir kapiler-kapiler menjadi venula, dan venula-venula bergabung menjadi vena, yaitu pembuluh-pembuluh yang membawa ke jantung (Campbell, 2008: 58).
            Kemudian setelah kita mengetahui morfologi dari jantung, pembuluh vena, pembuluh artery dan yang terpenting dalam sistem kardiovaskular yaitu darah. Komponen dan organ-organ tersebut nantinya akan bekerjasama membentuk peredaran darah. Peredaran darah sendiri pada manusia ada 2 yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar.
a.       Sistem Peredaran Darah Besar (Sistemik)
Peredaran darah besar dimulai dari darah keluar dari jantung melalui aorta menuju ke seluruh tubuh (organ bagian atas dan organ bagian bawah). Melalui arteri darah yang kaya akan oksigen menuju ke sistem-sistem organ, maka disebut sebagai sistem peredaran sistemik. Dari sistem organ vena membawa darah kotor menuju ke jantung. Vena yang berasal dari sistem organ di atas jantung akan masuk ke bilik kanan melalui vena cava inferior, sementara vena yang berasal dari sistem organ di bawah jantung dibawa oleh vena cava posterior.
Darah kotor dari bilik kanan akan dialirkan ke serambi kanan, selanjutnya akan dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis merupakan satu keunikan dalam sistem peredaran darah manusia karena merupakan satu-satunya arteri yang membawa darah kotor (darah yang mengandung CO2).
Urutan perjalanan peredaran darah besar : bilik kiri – aorta – pembuluh nadi – pembuluh kapiler – vena cava superior dan vena cava inferior – serambi kanan (Hall, 2009).
b.      Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonal)
Peredaran darah kecil dimulai dari dari darah kotor yang dibawa arteri pulmonalis dari serambi kanan menuju ke paru-paru. Dalam paru-paru tepatnya pada alveolus terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2. Gas O2 masuk melalui sistem respirasi dan CO2 akan dibuang ke luar tubuh. O2 yang masuk akan diikat oleh darah (dalam bentuk HbO) terjadi di dalam alveolus. Selanjutnya darah bersih ini akan keluar dari paru-paru melalui vena pulmonalis menuju ke jantung (bagian bilik kiri). Vena pulmonalis merupakan keunikan yang kedua dalam system peredaran darah manusia, karena merupakan satu-satunya vena yang membawa darah bersih.
Urutan perjalanan peredaran darah kecil : bilik kanan jantung – arteri pulmonalis – paru-paru – vena pulmonalis – serambi kiri jantung (Hall, 2009).
   Kemudian di dalam peredaran darah tersebut darah dapat bergerak melakukan peredaran karena adanya tekanan darah. Tekanan darah sendiri adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah dan kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003) dalam (Waluyo, 2015: 9).
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui tekanan darah seseorang. Menurut Setiadi (2007), tekanan darah dapat di ukur dengan 2 metode, yaitu:
·         Metode langsung (direct method)
Metode ini menggunakan jarum atau kanula yang di masukkan ke dalam  pembuluh darah dan di hubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang sangat tepat untuk pengukuran tekanan darah tapi  butuh peralatan yang lengkap dan keterampilan yang khusus.
·         Metode tidak langsung (indirect method)
Metode ini menggunakan alat shpygmomanometer (tensi meter).
Terkait keberadaan alat pemantau tekanan darah, sekarang ini, sudah dijumpai beragam metode pengukuran tekanan darah, baik secara non invasif (alat di luar organ) maupun invasif (alat di dalam organ). Metode pemantauan tekanan darah secara non invasif yang paling populer saat ini adalah Sphygmomanometer, dan dikembangkan secara elektronik pada ibujari pasien [2,3,4]. Metode ini praktis, namun memberikan ralat besar (orde 10%) sehingga hanya baik untuk pemantau tekanan darah bagi orang sehat. Metode invasif dilakukan dengan memasukkan sensor tekanan pada pembuluh darah pasien. Metode ini tidak praktis, tetapi lebih presisi dan cocok untuk diterapkan pada pasien yang sakit keras. Selanjutnya, perlu diperkenalkan metode pemantau tekanan darah yang lain, bersifat non invasif, dalam keadaan darah mengalir, walau demikian yang dikerjakan penulis masih dalam bentuk modelnya (Jati, 2013: 9).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi krontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003) dalam (Waluyo dan Wahono. 2015: 9). Pada umumnya, pengukuran dengyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri polpolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis poterior (Michael, 2006) dalam (Waluyo, 2015: 9).
IV.             Metodologi Penelitian
4.1  Alat dan Bahan
a.      Alat
-          Tensimeter (Sphygmomanometer), terdiri dari :
·         Manometer air raksa
·         Manset udara
·         Selang karet
-          Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup
-          Stetoskop
-          Stopwatch
-          Meja periksa dan bangku
b.      Bahan
-          Probandus
4.2  Langkah kerja
1.      Mengukur tekanan darah
Memasang dengan rapat menset/ sabuk tensimeter pada lengan kiri atas probandus

Mendengarkan dan menandai bunyi yang terdengar pertama dan terakkhir kali muncul saat jarum pada manometer turun.
Membuka kantong tekanan sampai jarum pada manometer menunjukkan angka 0 (nol).
Memompa perlahan-lahan katup kantung tekanan. Dan jarum pada manometer akan turun perlahan.


Bunyi yang pertama menunjukkan batas atas/sistole waktu ketika jantung berkontraksi (misal : 120). Bunyi yang terakhir menunjukkan batas bawah/diastole waktu ketika jantung berelaksasi (misal : 90). Maka takanan darah probandus adalah 120/90.

Memompa kantung tekanan sampai maksimal 160 mmHg pada petunjuk jarum manometer.
Memastikan katup jantung tekanan dalam keadaan tertutup (dengan memutar skrup searah jarum jam sampai rapat)


Meletakkan kepala stetoskop pada denyut nadi/arteri tadi
Mencari denyut nadi/ arteri brakhialis dilengan siki dalam lengan kiri probandus. Membiarkan tangan rileks.

Memastikan kepala steoskop dalam posisi terbuka (on).
Menempatkan stetoskop pada telinga

 










































Membuka manset/sabuk tensimeter pada pasien dan mengempiskan kembali, lalu menggulung dan memasukkan pada kotak penyimpanan.


Mengulangi pengukuran sampai tiga kali untuk satu orang probandus.

Melakukan perhitungan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik (berlari selama 5 menit)


Melepaskan stetoskop dan memastikan kepala stetoskop dalam kondisi tertutup (off).
 


















2.     
Menempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sis leher


Menghitung denyut nadi

Melakukan perhitungan denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik (berlari selama 5 menit)


Perhitungan dilakukan sebanyak satu kali.
Melihat stopwatch untuk menghitung jumlah denyut nadi selama 60 detik.
 









V.                 Hasil Pengamatan
No.
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Sebelum Berlari
Sesudah Berlari
Denyut Nadi
S/D
Denyut Nadi
S/D
1.
Titan
Laki-laki
20 tahun
95 / menit
125/56
120 / menit
123/79
2.
Ridlo
Laki-laki
20 tahun
88 / menit
110/90
149 / menit
120/80
3.
Noya
Perempuan
21 tahun
64 / menit
113/80
120 / menit
110/76
4.
Nina
Perempuan
22 tahun
114 / menit
121/70
126 / menit
127/90
5.
Ida
Perempuan
21 tahun
47 / menit
93/60
118 / menit
110/80
6.
Anggun
Perempuan
20 tahun
70 / menit
113/73
130 / menit
131/58

VI.             Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai “sistem kardiovaskular”. Sistem kardiovaskular sendiri merupakan suatu sistem regulasi darah yang melibatkan beberapa organ seperti jantung, pembuluh darah vena, dan pembuluh darah arteri serta kapiler-kapiler darah. Komponen darah ini nantinya akan membawa serta mengalirkan suplai oksigen ataupun makan melalui darah ke seluruh tubuh yang nantinya di gunakan untuk metabolisme di dalam tubuh. Sistem kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Di dalam sistem kardiovaskular ini terdapat denyut nadi yang merupakan pembuluh arteri yang merupakan gambaran dari frekuensi jantung seseorang. Denyut nadi sendiri dapat di lakukan pemeriksaan sederhana yaitu dengan palpasi dan auskultasi, palpasi merupakan pemeriksaan denyut nadi dengan cara meraba, merasakan dan menyentuh struktur nadi menggunakan ujung jari sedangkan auskultasi merupakan pemeriksaan sederhana dengan mendengarkan suaru-suara alami yang keluar dari dalam tubuh. Kemudian tekanan darah merupakan gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap satuan luas pembuluh-pembuluh darah. Dan organ jantung ketika relaksasi yaitu terisi penuh dengan jantung disebut dengan diastole sedangkan ketika kontraksi yaitu keluarnya darah dari dalam jantung disebut sistole.
Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui cara megukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dimana pada pengukuran tekanan darah digunakan alat yang bernama tensimeter, yang terdiri dari bagian manometer air raksa, manset udara, selang karet, pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup, kemudian kami juga membutuhkan stetoskop, stopwatch, meja periksa dan bangku sedangkan untuk mengukur denyut nadi menggunakan stetoskop dan stopwatch. Dan bahan yang kami gunakan adalah pembuluh arteri pada beberapa probandus.
Pada pengukuran tekanan darah dengan cara yang benar adalah pertama adalah memastikan tensi meter dalam keadaan on yaitu memutar sekrup yang berada di bawah manometer ke arah atas sehingga tensimeter dalam keadaan on. Kemudian selanjutnya baju yang ada di lengan sebelah kiri di tekuk hingga ke atas, kemudian letakkan manset udara di atas jarak 2 jari dari pergelangan siku yang terdapat arteri brakhialis. Selanjutnya memasang stetoskop ke telinga dan memastikan bahwa stetoskop dalam keadaan on dengan memukul bagian diafragman stetoskop jika terdengar suara berarti stetoskop dalam keadaan on, jika belum on diafragma stetoskop tersebut haruslah di putar terlebih dahulu supaya dapat terdengar tekanan darahnya. Setelah memastikan stetoskop dalam keadaan on. Kemudian di lanjutkan dengan mencari arteri brakhialis probandus dibagian siku dalam lengan kiri probandus dan membiarkan lengan rileks/nyaman  (pengukuran tekanan darah dilakukan pada lengan kiri karena pada lengan kiri tidak begitu aktif dan jarang digunakan),letakkan stetoskop pada arteri brakhialis yang sudah di temukan tadi (suara tersebut terdengar dengan menempelkan pada bagian brakhialis, dapat terdengar suara tekanan darah setelah pembuluh arteri bagian brakhialis tersumbat oleh udara dari manset) kemudian pastikan sekrup udara dalam keadaan terkunci rapat. Lalu memulai pompa menggunakan pompa udara hingga garis pada manometer menunjukkan 160 mmhg (pemompaan ini bertujuan sampai skala menunjuk angka 160 mmHg supaya aliran arteri benar-benar tersumbat pada tekanan 160mmHg) kemudian lepaskan skrup udara perlahan (pelepasan skrup ini menunjukkan bahwa tekanan dari manset tersebut mulai berkurang sehingga arteri brakhialis mulai longgar sehingga dapat terdengan tekanan awal dan tekanan akhirnya), sembari di lepas dengarkan suara awal dan akhir dari tekanan darah tersebut. Suara awal merupakan sistole atau jantung mulai berkontrasi dan suara akhir diastole yaitu jantung dalam keadaan relaksasi yaitu terisi penuh dengan darah. Sistole per diastole merupakan tekanan darah seseorang. Kemudian sekrupnya di putar hingga tekanan di manometer benar-benar dalam posisi 0, dan lepaskan manset dari tangan probandus lalu mengosongkan udara yang terdapat di dalamnya, dan terakhir memasukkan manset ke dalam kotak penyimpanan. Putar skrup pada disfragma stetoskop untuk meng off kan stetoskop setelah di pakai. Melakukan pengukuran tekanan sebelum dan setelah berlari 5 menit (hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan tekanan darah setelah melakukan aktivitas).
Selanjutnya pengukuran denyut nadi dengan benar adalah pertama mencari denyut nadi pada bagian tangan kiri yaitu tepatnya pada arteri radialis, pancarian denyut nadi di lakukan dengan menggunakan jari tengah dan jari telunjuk karena pada jari telunjuk dan jari tengah tidak terdapat arteri radialis sehingga lebih mudah di temukan denyut nadinya. Hindari mencari denyut nadi menggunakan ibu jari karena biasanya denyut nadi radialis terletak sejajar dengan ibu jari. Pengukuran denyut nadi juga dapat di lakukan di bagian leher menggunakan 3 jari tengah. Hal ini dilakukan pada bagian-bagian tersebut karena terdapat titik arteri pada bagian pergelangan dan leher. Pada praktikum kali ini setelah di temukan denyut nadi pada arteri tersebut di lakukan perhitungan denyut nadi selamat 60 detik. Kemudian denyut nadi dapat diketahui denyut nadi/1 menit itu merupakan denyut nadi seseorang per menit. Dilakukan perhitungan denyut nadi ini sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik (berlari selama 5 menit), lalu mengulangi penghitungan sebanyak 3 kali untuk satu orang probandus.
Selanjutnya pada praktikum kali ini kami menggunakan beberapa alat yang pertama adalah stopwatch yang berfungsi sebagai pengukuran waktu dalam pengukuran denyut nadi selama 1 menit dan menghitung waktu praktikan berlari. Kemudian stetoskop yang terdiri dari bagian 2 alat pendengar yaitu diafragma dan bell. Difragma sendiri berfungi sebagai pendengar suara tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian bell berfungsi sebagai mendengarkan suara yang di hasilkan pada bagian organ yang lebih dalam seperti perut. Kemudian alat yang di gunakan selanjutnya adalah tensimeter yang di gunakan untuk mengetahui tekanan darah seseorang, dimana mansetnya berfungsi untuk menekan arteri brakhialis supaya tertekan aliran darahnya, lalu pompa udara untuk memompa raksa yang ada pada manometer raksa, manometer raksa sendiri di gunakan sebagai indikator tekanan darah dimana terdapat nomor-nomor pada manometer tersebut sehingga diketahui tekanan darahnya, dan selang karet sebagai jalan masuknya udara ke manset. Bahan yang di gunakan adalah arteri brakhialis yang berada di lengan untuk mengetahui tekanan darah dan arteri radialis di pergelangan tangan untuk mengetahui denyut nadi seseorang.
Terdapat beberapa macam tensimeter yaitu tensimeter air raksa, tensimeter clock, dan tensimeter digital. Perbedaan dari ketiga tensimeter adalah tensimeter air raksa ini merupakan tensimeter konvensional yang menggunakan air raksa sebagai indikator tekanan darah, kemudian tensimeter clock yaitu tensimeter yang menggunakan putaran berangka tanpa air raksa, sedangkan tensimeter digital merupakan tensimeter yang lebih modern lagi yaitu tensimeter yang langsung menunjukkan hasil dalam bentuk angka dimana untuk mengetahui tekanan darah seseorang tensimeter ini menggunakan sensor pendeteksi. Ciri-ciri utama pada tensimeter air raksa ini adalah terdapat air raksa sebagai indikator nilai tekanan darah pada manometer air raksa nya, kemudian terdapat pompah udara, manset udara, harus menggunakan bantuan stetoskop dan tentunya membutuhkan orang yang telinganya masih benar-benar bagus mendengarkan denyut nadinya. Sedangkan ciri utama tensimeter clock adalah sama seperti tensimeter air raksa yaitu menggunakan bantuan stetoskop dalam penggunaannya, tidak menggunakan air raksa, menggunakan putaran berangka untuk menentukan tekanan darahnya. Kemudian ciri utama dari tensimeter digital adalah tidak membutuhkan bantuan stetoskop untuk mengetahui tekanan darah seseorang, kerjanya otomatis menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya.
Kekurangan dari tensimeter air raksa adalah berbahaya jika air raksa yang di dalamnya keluar dan mengenai kulit, ketika salah satu komponen penyusun tensimeter air raksa ini rusak maka susah untuk menentukan tekanan darahnya, serta tidak dapat di bawa kemana-kemana karena ukurannya yang besar. Kemudian kekurangan dari tensimeter clock adalah data dari nilai tekanan darah yang dihasilkan kurang valid. Kemudian pada tensimeter digital kekurangannya adalah data yang di dapat mengenai tekanan darah seseorang kurang valid karena apabila batrai mulai habis maka tingkat keakuratan hasilnya akan turun sehingga harus di ukur 3 kali supaya di dapatkan hasil lebih akurat.
Kelebihan dari tensimeter air raksa adalah tingkat keakuratannya lebih tinggi jika di bandingkan dengan tensimeter lainnya. Kemudian kelebihan tensimeter clock adalah tidak berbahaya karena tidak menggunakan air raksa. Dan kelebihan dari tensimeter digital adalah tidak repot jika menggunakannya karena hanya tinggal memasang manset memencet on tensimeter ini langsung bekerja menentukan tekanan darah seseorang.
Dalam hal ini tekanan darah sendiri merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung. Tekanan sistol adalah tekanan puncak yang ditimbulkan oleh arteri sewaktu darah di pompa kedalam pembuluh dari jantung selama kontraksi ventrikel. Tekanan arteri ini akan berubah tergantung dalam volume darah dalam  pembuluh dan daya regang dinding pembuluh darah. Sedangkan tekanan diastol adalah keadaan saat jantung berelaksasi atau saat jantung sedang mengisi darah. tekanan sistole manusia normal adalah 120-130 mmHg, sedangkan tekanan diastole normalnya adalah 80-90 mmHg. Sedangkan denyut nadi adalah frekuensi kontraksi jantung yang adapat diukur melalui arteri seseorang. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Khasan (2012: 62) denyut nadi merupakan manifestasi dari kemampuan jantung indikator dari denyut jantung adalah denyut nadi.
Pada hasil praktikum probandus pertama yaitu titan dengan jenis kelamin laki-laki usia 20 tahun memiliki denyut nadi sebelum berlari 95/ menit dan tekanan darah sebelum berlari 125/56, dan denyut nadi setelah berlari 120/menit dan tekanan darah setelah berlari 123/79. Berdasarkan hasil pengamatan pada tekanan darah sebelum berlari 125/56 hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut Campbell (2008: 66) untuk seorang manusia sehat berumur 20 tahun dalam kondisi istirahat seseorang memiliki tekanan darah 120 milimeter raksa (mmHg) pada sistol dan 70 mmHg pada diastol, sehingga normalnya 120/70. Hal ini dapat terjadi di karenakan probandus sedang dalam keadaan dehidrasi, atau probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena faktor lainnya sehingga tekanan diastolenya rendah.
Sesudah melakukan aktivitas berlari mengalami penurunan pada sistole nya sedangkan diastolenya meningkat 123/79, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada seharusnya baik sistole ataupun diastole mengalami kenaikan tekanan karena jantung lebih sering memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah meningkat dari sebelumnya. Hal ini dapat terjadi di karenakan praktikan yang melakukan pengukuran kurang benar dalam melakukan pengukuran sehingga hasilnya kurang akurat atau juga dapat terjadi karena alat yang di gunakan kurang akurat. Sedangkan denyut nadi sebelum berlari adalah 90/menit dan ketika setelah berlari mengalami kenaikan menjadi 149 hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada dimana karena jantung lebih sering memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi meningkat dari sebelumnya.
Hal tersebut sesuai dengan teori andriyanto (2013: 168) Denyut jantung atau denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar aktifitas otot maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan, sehingga mengakibatkan meningkatnya kerja jantung dalam memompa darah. Sehingga tekanan darah dan denyut nadipun meningkat.
Kemudian pada probandus kedua yaitu ridlo laki-laki dengan usia 20 tahun memiliki denyut nadi sebelum berlari 88/menit dan tekanan darah sebelum berlari 110/90 kemudian denyut nadi sesudah berlari adalah 149/menit dan tekanan darah sesudah berlari 120/80. Pada tekanan darah sebelum berlari di dapatkan hasil 110/90 hal ini tidak sesuai dengan teori yang di katakan sebelumnya seharusnya normalnya pada saat istirahat orang berumur 20 tahun memiliki tekanan darah 120/90 hal ini dapat terjadi di karenakan probandus sedang dalam keadaan dehidrasi, atau probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena faktor lainnya sehingga tekanan sistolenya rendah. Kemudian sesudah melakukan berlari mengalami kenaikan menjadi 120/80 hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada karena mengalami kenaikan yang terjadi akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah mengalami peningkatan. Kemudian denyut nadi pada probandus kedua sudah sesuai dengan teori yang ada dimana mengalami peningkatan dari 88/menit menjadi 149/menit karena terjadi pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang ada di dalam tubuh dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi pun menjadi meningkat.
Lalu pada probandus ke tiga yaitu noya perempuan dengan umur 22 tahun di dapatkan tekanan darah sebelum berlari 113/80 dan setelah berlari 110/76, kemudian denyut nadi sebelum berlari 64/ menit dan setelah berlari 120/ menit. Pada tekanan darah sebelum berlari 113/80 tidak sesuai dengan teori yang ada seharusnya tekanan darah normalnya adalahm 120/70, dan tekanan darah tersebut jauh di bawah tekanan darah normalnya pada manusia hal ini dapat terjadi di karenakan probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena faktor lainnya sehingga tekanan diastole dan sistolenya rendah. Kemudian setelah berlari dari 113/70 tekanan darah menjadi 110/70, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada seharusnya hasil tekanan darah setelah berlari menjadi meningkat karena kerja jantung yang meningkat untuk meningkatkan darah yang membawa oksigen. Hal ini dapat terjadi di karenakan alat yang di gunakan kurang akurat untuk menentukan tekanan darah sehingga hasilnya pun tidak akurat, atau juga dapat terjadi di karenakan kesalahan praktikan dalam melihat angka pada tensimeter. Kemudian pada denyut nadi dari 64/ menit menjadi 120/menit hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi mengalami peningkatan.
Selanjutnya pada probandus keempat yaitu nina berumur 22 tahu seorang perempuan memiliki tekanan darah sebelum berlari 121/70 dan denyut nadi sebelum berlari 114/menit, kemudian tekanan darah sesudah berlari 127/90 dan denyut nadi setelah berlari adalah 126/menit. Pada tekanan darah sebelum berlari 121/70 sudah sesuai dengan teori yang sudah di sebutkan sebelumnya dimana pada kondisi normal manusia memiliki tekanan darah 120/70. Kemudian setelah berlari mengalami peningkatan yaitu 127/90 hal ini juga sudah sesuai dengan teori yang ada probandus mengalami kenaikan yang terjadi akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah mengalami peningkatan. Kemudian pada denyut nadi sebelum berlari 114/ menit dan setelah berlari menjadi 126/menit hal ini terjadi karena akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi mengalami peningkatan.
Kemudian probandus ke lima yaitu ida perempuan dengan usia 21 tahun di dapatkan hasil tekanan darah sebelum berlari 93/40 dan sesudah berlari menjadi 110/80, kemudian denyut nadi sebelum berlari adalah 47/menit dan setelah berlari menjadi 116/menit. Pada tekanan darah probandus ke lima sebelum berlari 93/60 sangat rendah sekali dimana menurut teori normalnya manusia memiliki tekanan darah 120/70 hal ini dapat terjadi di karenakan probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena faktor lainnya sehingga tekanan diastole dan sistolenya rendah. Setelah berlari dari tekanan darah 93/40 menjadi 110/80 terjadi peningkatan tekanan darah, hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Kenaikan di akibatkan kerja jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah mengalami peningkatan. Kemudian denyut nadi sebelum berlari adalah 47/menit, denyut nadi ini sangatlah rendah hal ini dapat terjadi di karenakan praktikan yang memeriksa denyut nadi probandus salah melakukan perhitungan atau juga terjadi karena frekuensi kontaksi jantung memang rendah. Setelah berlari mengalami kenaikan denyut nadi dari 47/menit menjadi 118/menit hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana hal ini terjadi akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi mengalami peningkatan.
Selanjutnya pada probandus terakhir yaitu anggun dengan usia 20 tahun di dapatkan hasil tekanan darah sebelum berlari 113/73 dan setelah berlari 131/58, kemudian denyut nadi sebelum berlari 70/menit dan setelah berlari 130/menit. Pada tekanan darah sebelum berlari 113/73 sudah normal sesuai dengan teori yang sudah di jelaskan sebelumnya. Setelah berlari dari 113/73 menjadi 131/73 hal ini dapat terjadi di karenakan pengingkatan kerja otot mengakibatkan jantung di pompa terlalu cepat untuk memenuhi oksigen yang di butuhkan oleh tubuh. Pada denyut nadi sebelum berlari di dapatkan 70/ menit dan sesudah berlari di temukan 130/menit hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana hal ini terjadi akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi mengalami peningkatan.
Dapat di ketahui bahwa seluruh hasil praktikum sudah sesuai dengan teori yang ada dimana terjadi peningkatan tekanan darah dan denyut nadi setelah melakukan aktivitas seperti contohnya berlari. Karena setelah melakukan aktifitas fisik seperti berlari, jantung akan memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah dan denyut nadinya meningkat dari sebelumnya. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya perbedaan aktivitas dari jantung yang pertama adalah jenis kelamin, yang kedua adalah usia dan yang ketiga adalah aktivitas tubuh.
Yang pertama adalah jenis kelamis, jenis kelamin pada pria cenderung memiliki denyut nadi dan tekanan darah yang lebih tinggi di bandingkan wanita karena massa tubuh dari pria lebih banyak di bandingkan wanita sehingga oksigen yang di butuhkan oleh pria pun lebih banyak ketika oksigen yang di butuhkan lebih banyak maka darah yang di butuhkan pun semakin banyak dan pemompaan darah yang ada di jantungpun semakin meningkat. Ketika pemompaan jantung semakin meningkat maka tekanan darah dan juga denyut nadi pada seorang pria pun juga meningkat.
Kemudian faktor yang kedua adalah usia dimana semakin tua seseorang maka kerja dari organ-organ yang ada di dalam tubuhnya akan menurun di karena kan aktivitas nya juga sudah tidak sebanyak pada saat muda sehingga organ-organ nya pun semakin menurun kinerjanya. Semakin tua seseorang maka pemompaan jantung pun menjadi semakin menurun dan cenderung tidak beraturan karena kurangnya aktivitas di dalam tubuhnya, ketika pemompaan jantung mulai menurun maka tekanan darah yang di hasilkan pun menurun. Sehingga semakin tua maka semakin menurun tekanan jantungnya.
Lalu selanjutnya adalah aktivitas tubuh, semakin banyak aktivitas yang di lakukan seseorang seperti contohnya atlit tekanan darah yang di hasilkan pun cenderung normal karena jantung sering terpompa terus menerus sehingga tekanan nya menjadi normal ketika tidak melakukan aktivitas. Berbeda dengan seseorang yang jarang melakukan aktivitas, jarang berolahraga tekanan darah yang di hasilkan pun cenderung lemah karena jantungnya jarang di latih sehingga kontraksi yang di hasilkan lebih lemah.

VII.          Penutup
7.1  Kesimpulan
Pada praktikum kali ini diketahui cara mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter atau sphygmomanometer, dan untuk mengukur denyu nadi menggunakan cara palpasi. Cara pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter adalah pertama pastikan tensimeter dalam keadaan on kemudian pasang manset pada bagian siku tepatnya di atas dua jari dari siku. Kemudian memastikan stetoskop dalam keadaan on dengan di ketuk, lalu mencari arteri brakhialis pada bagian lengan. Kemudian letakkan stetoskop pada arteri brakhialis yang telah di temukan, kemudian memastikan skrup pengunci dalam keadaan terkunci rapat. Setelah itu memompa hingga 160 mmHg, kemudian lepas secara perlahan dengarkan detak awal merupakan sistole dan detak terakhir merupakan diastole. Di dapatlah tekanan darah pada manusia. Kemudian denyut nadi dapat di ketahui melalui cara pemeriksaan palpasi pada arteri radialis dengan meletakkan dua jari yaitu jari tengah dan jari manis lalu menghitung denyutnya selama 60 detik. Hal tersebut di lakukan setelah dan sebelum berlari selama 5 menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan denyut nadi adalah usia, jenid kelamin dan aktivitas.

7.2  Saran
Sebaiknya tensimeter yang di gunakan sebelum praktikum di priksa terlebih dahulu supaya pada saat praktikum tidak bingung pada saat menggunakan tensimeter ternyata tensimeternya rusak. Kemudian dalam memilih probandus seharusnya di tanya riwayat penyakitnya apa sehingga tidak ada lagi probandus yang pingsan.



Daftar Pustaka
Andriyanto, Bariyah, C. 2012. Analisis Beban Kerja Operator Mesin Pemotong Batu Besar (Sirkel 160 Cm) Dengan Menggunakan Metode 10 Denyut. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol 11(2).
Campbell,, Neil A., et al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Hall, E John. 2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jati, Bambang Murdaka Eka. 2013. Sistem Monitor Tekanan Darah Arteri pada Lengan dengan Metode Nmr (Dalam Bentuk Model). Jurnal Fisika Indonesia. Vol 17 (51).
Khasan, Nafis A., Rustiadi, T., Annas, M. 2012. Korelasi Denyut Nadi Istirahat Dan Kapasitas Vital Paru Terhadap Kapasitas Aerobik. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation. Vol. 1 (4).
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC: Jakarta.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Suntoro, Susilo, Handari. 1990. Struktur Hewan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Waluyo dan Wahono. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Jember : Universitas Jember.











Lampiran






                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates