LAPORAN
PRAKTIKUM
ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA
“SISTEM KARDIOVASKULAR”
Oleh:
Nama :
Rose Lolita
NIM :
130210103027
Kelas :
C
Kelompok : 1
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
I.
Judul : Sistem
Kardiovaskular
II.
Tujuan : Mengetahui cara
mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mepengaruhinya
III.
Tinjauan
Pustaka
Sistem kardiovaskular
pada vertebrata merupakan sistem sirkulasi tertutup. Dimana darah beredar ke
dan darijantung melalui jejaring pembuluh-pembuluh yang luar biasa ekstensif.
Dimana terdapat organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen darah
dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan
nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme
tubuh. Sistem kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar
fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri (Campbell, 2008: 58).
Pada sistem
kardiovaskular komponen yang terpenting adalah O2 karena di butuhkan
oleh seluruh sel yang ada di dalam tubuh. Tanpa adanya O2 seluruh
proses metabolisme yang ada di dalam tubuh akan terhambat. Oleh karena itu agar
O2 dapat di edarka keseluruh bagian tubuh yang memerlukan maka harus
ada alat yang mengedarkannya. Hormon-hormon yang di produksi oleh kelenjar
endokrin juga harus dapat di angkut ke bagian tubuh yang memerlukan. Oleh
karena itu di dalam tubuh harus ada alat yang berfungsi untuk mengerdarkan
makanan O2 dan hormon. Alat-alat yang berfungsi dalam hal ini
tergabung dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran. Sistem peredaran
meliputi sistem cardiovaskular yaitu cor (jantung) dan vasa-vasanya (arteri dan
vena) (Suntoro, 1990: 101).
Yang
membawa O2 dan CO2 serta makanan ke seluruh tubuh adalah
darah. Darah
merupakan salah satu komponen utama dalam sistem kardiovaskuler. Tak hanya itu,
peranannya dalam tubuh pun sangatlah vital. Berikut adalah beberapa fungsi
darah bagi tubuh ; (1).Darah melalui plasma darah akan mengedarkan sari makanan
ke seluruh bagian tubuh. Sel darah merah akan mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh, (2).Sel darah putih akan membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh,
(3).Keping-keping darah akan menutup setiap luka yang dialami tubuh, (4). Darah
akan menjaga kestabilan suhu tubuh (Snell, 2006).
Darah
merupakan komponen utama yang ada di dalam sistem kardiovaskular, selain darah
ada organ yang terpenting yang meregulasi keluar masuknya darah yaitu jantung. Jantung
sendiri berukuran sekitar satu kepalan tangan ukurannya : 250-350 gram.
Hubungan jantung yaitu ; (1). Bagian atas terdapat pembulu darah besar (aorta,
truncus pulmonalis, dll), (2). Bagian bawah terdapat diafragma dan disetiap
sisi jantung terdapat paru, (3). Bagian belakang terdapat aorta descendesn,
oesophagus, dan columna vertebralis (Snell, 2006).
Jantung difiksasi pada
tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah
paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah
berpindah. Factor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
a. Umur:
Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak turun
kebawah.
b. Bentuk
rongga dada: Perubahan bentuk toraks
yang menetap (TBC) menahun batas jantung
menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
c. Letak
diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah
jantung ke atas
d. Perubahan
posisi tubuh: proyeksi jantung normal di
pengaruhi oleh posisi tubuh.
(Snell,
2006).
Menurut Sloane (2003),
Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat
ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari
luar.
2. Mengikuti
hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung
maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.
3. Tidak
dapat berkontraksi tetanik.
4. Kekuatan
kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
Menurut Sloane (2003),
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung yaitu:
1. Autoregulasi
intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang mengalir ke jantung.
2. Reflex
mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui saraf otonom.
Setelah mengetahui
morfologi jantung serta kinerja jantung, selanjutnya di susul dengan organ yang
mendukung kerja jantung yaitu pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri.
a.
Pembuluh
darah arteri
Arteri
mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri
mempunyai dinding yang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan cepat pada arteri (Setiadi. 2007).
b.
Pembuluh
darah vena
Vena,
saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung, karena tekanan pada sistem vena
sangat rendah. Dinding vena sanga tipis akan tetapi dinding vena mempunyai otot
untuk berkontraksi sehingga berfungsi
sebagai penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan tubuh (Setiadi,
2007).
Di
dalam jantung tersebut terdapat beberapa organ yang mendukung kerja dari
jantung yaitu pembuluh darah. Terdapat tiga tipe utama pembuluh darah dalam
sistem kardiovaskular yaitu arteri, vena dan kapiler. Artery membawa darah
menjauhi jantung ke organ-organ seluruh tubuh. Di dalam organ-organ, arteri
bercabang menjadi arteriola, pembuluh-pembuluh darah kecilyang mengangkut darah
ke kapiler-kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopik dengan dinding-dinding
yang sangat tipis dan berpori-pori. Jejaring pembuluh kapiler disebut bantalan
kapiler, menembus setiap jaringan, melewati setiap sel tubuh dalam jarak
beberapa kali diameter sel. Dengan melintasi dinding kapiler yang tipis, zat
kimia, termasuk gas-gas terlarut di pertukarkan melalui difusi antara darah dan
cairan interestial di sekeliling sel-sel jaringan. Pada ujung hilir
kapiler-kapiler menjadi venula, dan venula-venula bergabung menjadi vena, yaitu
pembuluh-pembuluh yang membawa ke jantung (Campbell, 2008: 58).
Kemudian setelah kita mengetahui
morfologi dari jantung, pembuluh vena, pembuluh artery dan yang terpenting
dalam sistem kardiovaskular yaitu darah. Komponen dan organ-organ tersebut
nantinya akan bekerjasama membentuk peredaran darah. Peredaran darah sendiri
pada manusia ada 2 yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar.
a. Sistem Peredaran Darah Besar (Sistemik)
Peredaran darah besar dimulai dari darah keluar dari jantung
melalui aorta menuju ke seluruh tubuh (organ bagian atas dan organ bagian
bawah). Melalui arteri darah yang kaya akan oksigen menuju ke sistem-sistem
organ, maka disebut sebagai sistem peredaran sistemik. Dari sistem organ vena
membawa darah kotor menuju ke jantung. Vena yang berasal dari sistem organ di
atas jantung akan masuk ke bilik kanan melalui vena cava inferior, sementara
vena yang berasal dari sistem organ di bawah jantung dibawa oleh vena cava
posterior.
Darah kotor dari bilik kanan akan dialirkan ke serambi
kanan, selanjutnya akan dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Arteri
pulmonalis merupakan satu keunikan dalam sistem peredaran darah manusia karena
merupakan satu-satunya arteri yang membawa darah kotor (darah yang mengandung
CO2).
Urutan perjalanan peredaran darah
besar : bilik kiri – aorta – pembuluh nadi – pembuluh kapiler – vena cava
superior dan vena cava inferior – serambi kanan (Hall, 2009).
b. Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonal)
Peredaran darah kecil dimulai dari dari darah kotor yang
dibawa arteri pulmonalis dari serambi kanan menuju ke paru-paru. Dalam
paru-paru tepatnya pada alveolus terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2. Gas
O2 masuk melalui sistem respirasi dan CO2 akan dibuang ke luar tubuh. O2 yang
masuk akan diikat oleh darah (dalam bentuk HbO) terjadi di dalam alveolus.
Selanjutnya darah bersih ini akan keluar dari paru-paru melalui vena pulmonalis
menuju ke jantung (bagian bilik kiri). Vena pulmonalis merupakan keunikan yang
kedua dalam system peredaran darah manusia, karena merupakan satu-satunya vena
yang membawa darah bersih.
Urutan perjalanan peredaran darah kecil : bilik kanan
jantung – arteri pulmonalis – paru-paru – vena pulmonalis – serambi kiri
jantung (Hall, 2009).
Kemudian di dalam
peredaran darah tersebut darah dapat bergerak melakukan peredaran karena adanya
tekanan darah. Tekanan darah sendiri adalah gaya yang
ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri).
Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong
terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja
tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam
pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Sistole dan diastole merupakan
dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi
relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah dan kemudian diikuti oleh
periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase
(Saladin, 2003) dalam (Waluyo, 2015: 9).
Terdapat beberapa metode untuk
mengetahui tekanan darah seseorang. Menurut Setiadi (2007), tekanan darah dapat
di ukur dengan 2 metode, yaitu:
·
Metode langsung (direct method)
Metode ini menggunakan jarum atau kanula yang
di masukkan ke dalam pembuluh darah dan
di hubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang sangat tepat
untuk pengukuran tekanan darah tapi
butuh peralatan yang lengkap dan keterampilan yang khusus.
·
Metode tidak langsung (indirect method)
Metode ini menggunakan alat shpygmomanometer (tensi
meter).
Terkait keberadaan alat
pemantau tekanan darah, sekarang ini, sudah dijumpai beragam metode pengukuran tekanan
darah, baik secara non invasif (alat di luar organ) maupun invasif (alat di
dalam organ). Metode pemantauan tekanan darah secara non invasif yang paling
populer saat ini adalah Sphygmomanometer, dan dikembangkan secara elektronik
pada ibujari pasien [2,3,4]. Metode ini praktis, namun memberikan ralat besar
(orde 10%) sehingga hanya baik untuk pemantau tekanan darah bagi orang sehat. Metode
invasif dilakukan dengan memasukkan sensor tekanan pada pembuluh darah pasien.
Metode ini tidak praktis, tetapi lebih presisi dan cocok untuk diterapkan pada pasien
yang sakit keras. Selanjutnya, perlu diperkenalkan metode pemantau tekanan
darah yang lain, bersifat non invasif, dalam keadaan darah mengalir, walau
demikian yang dikerjakan penulis masih dalam bentuk modelnya (Jati, 2013: 9).
Denyut nadi (pulse
rate) menggambarkan frekuensi krontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut
nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara
pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan
ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila
pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh (Saladin, 2003) dalam (Waluyo dan Wahono. 2015: 9). Pada umumnya,
pengukuran dengyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis,
arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis
pedis, arteri polpolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis
poterior (Michael, 2006) dalam (Waluyo, 2015: 9).
IV.
Metodologi
Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
a.
Alat
-
Tensimeter (Sphygmomanometer), terdiri dari :
·
Manometer air raksa
·
Manset udara
·
Selang karet
-
Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup
-
Stetoskop
-
Stopwatch
-
Meja periksa dan bangku
b.
Bahan
-
Probandus
4.2 Langkah kerja
1.
Mengukur
tekanan darah
Memasang dengan rapat
menset/ sabuk tensimeter pada lengan kiri atas probandus
|
Mendengarkan dan
menandai bunyi yang terdengar pertama dan terakkhir kali muncul saat jarum
pada manometer turun.
|
Membuka kantong
tekanan sampai jarum pada manometer menunjukkan angka 0 (nol).
|
Memompa
perlahan-lahan katup kantung tekanan. Dan jarum pada manometer akan turun
perlahan.
|
Bunyi yang pertama
menunjukkan batas atas/sistole waktu ketika jantung berkontraksi (misal :
120). Bunyi yang terakhir menunjukkan batas bawah/diastole waktu ketika
jantung berelaksasi (misal : 90). Maka takanan darah probandus adalah
120/90.
|
Memompa kantung
tekanan sampai maksimal 160 mmHg pada petunjuk jarum manometer.
|
Memastikan katup
jantung tekanan dalam keadaan tertutup (dengan memutar skrup searah jarum
jam sampai rapat)
|
Meletakkan kepala
stetoskop pada denyut nadi/arteri tadi
|
Mencari denyut
nadi/ arteri brakhialis dilengan siki dalam lengan kiri probandus.
Membiarkan tangan rileks.
|
Memastikan kepala
steoskop dalam posisi terbuka (on).
|
Menempatkan
stetoskop pada telinga
|
Membuka
manset/sabuk tensimeter pada pasien dan mengempiskan kembali, lalu
menggulung dan memasukkan pada kotak penyimpanan.
|
Mengulangi
pengukuran sampai tiga kali untuk satu orang probandus.
|
Melakukan
perhitungan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik
(berlari selama 5 menit)
|
Melepaskan stetoskop dan memastikan
kepala stetoskop dalam kondisi tertutup (off).
|
2.
Menempatkan jari telunjuk dan jari
tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sis leher
|
Melakukan
perhitungan denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik
(berlari selama 5 menit)
|
Perhitungan dilakukan sebanyak satu
kali.
|
Melihat stopwatch untuk menghitung
jumlah denyut nadi selama 60 detik.
|
V.
Hasil Pengamatan
No.
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Usia
|
Sebelum Berlari
|
Sesudah Berlari
|
||
Denyut Nadi
|
S/D
|
Denyut Nadi
|
S/D
|
||||
1.
|
Titan
|
Laki-laki
|
20 tahun
|
95 / menit
|
125/56
|
120 / menit
|
123/79
|
2.
|
Ridlo
|
Laki-laki
|
20 tahun
|
88 / menit
|
110/90
|
149 / menit
|
120/80
|
3.
|
Noya
|
Perempuan
|
21 tahun
|
64 / menit
|
113/80
|
120 / menit
|
110/76
|
4.
|
Nina
|
Perempuan
|
22 tahun
|
114 / menit
|
121/70
|
126 / menit
|
127/90
|
5.
|
Ida
|
Perempuan
|
21 tahun
|
47 / menit
|
93/60
|
118 / menit
|
110/80
|
6.
|
Anggun
|
Perempuan
|
20 tahun
|
70 / menit
|
113/73
|
130 / menit
|
131/58
|
VI.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini
mengenai “sistem kardiovaskular”. Sistem kardiovaskular sendiri merupakan suatu
sistem regulasi darah yang melibatkan beberapa organ seperti jantung, pembuluh
darah vena, dan pembuluh darah arteri serta kapiler-kapiler darah. Komponen
darah ini nantinya akan membawa serta mengalirkan suplai oksigen ataupun makan
melalui darah ke seluruh tubuh yang nantinya di gunakan untuk metabolisme di
dalam tubuh. Sistem kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi
agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Di dalam sistem
kardiovaskular ini terdapat denyut nadi yang merupakan pembuluh arteri yang
merupakan gambaran dari frekuensi jantung seseorang. Denyut nadi sendiri dapat
di lakukan pemeriksaan sederhana yaitu dengan palpasi dan auskultasi, palpasi
merupakan pemeriksaan denyut nadi dengan cara meraba, merasakan dan menyentuh
struktur nadi menggunakan ujung jari sedangkan auskultasi merupakan pemeriksaan
sederhana dengan mendengarkan suaru-suara alami yang keluar dari dalam tubuh.
Kemudian tekanan darah merupakan gaya yang di timbulkan oleh darah terhadap
satuan luas pembuluh-pembuluh darah. Dan organ jantung ketika relaksasi yaitu
terisi penuh dengan jantung disebut dengan diastole sedangkan ketika kontraksi
yaitu keluarnya darah dari dalam jantung disebut sistole.
Tujuan praktikum kali
ini adalah mengetahui
cara megukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dimana pada pengukuran tekanan darah digunakan alat yang
bernama tensimeter, yang terdiri dari bagian manometer air raksa, manset udara,
selang karet, pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup, kemudian kami juga
membutuhkan stetoskop, stopwatch, meja periksa dan bangku sedangkan untuk
mengukur denyut nadi menggunakan stetoskop dan stopwatch. Dan bahan yang kami
gunakan adalah pembuluh arteri pada beberapa probandus.
Pada pengukuran tekanan
darah dengan cara yang benar adalah pertama adalah memastikan tensi meter dalam
keadaan on yaitu memutar sekrup yang berada di bawah manometer ke arah atas
sehingga tensimeter dalam keadaan on. Kemudian selanjutnya baju yang ada di
lengan sebelah kiri di tekuk hingga ke atas, kemudian letakkan manset udara di
atas jarak 2 jari dari pergelangan siku yang terdapat arteri brakhialis.
Selanjutnya memasang stetoskop ke telinga dan memastikan bahwa stetoskop dalam
keadaan on dengan memukul bagian diafragman stetoskop jika terdengar suara
berarti stetoskop dalam keadaan on, jika belum on diafragma stetoskop tersebut
haruslah di putar terlebih dahulu supaya dapat terdengar tekanan darahnya.
Setelah memastikan stetoskop dalam keadaan on. Kemudian di lanjutkan dengan mencari arteri brakhialis probandus
dibagian siku dalam lengan kiri probandus dan membiarkan lengan
rileks/nyaman (pengukuran tekanan darah
dilakukan pada lengan kiri karena pada lengan kiri tidak begitu aktif dan
jarang digunakan),letakkan stetoskop pada arteri
brakhialis yang sudah di temukan tadi (suara tersebut terdengar dengan menempelkan pada bagian
brakhialis, dapat terdengar suara tekanan darah setelah pembuluh arteri bagian
brakhialis tersumbat oleh udara dari manset) kemudian
pastikan sekrup udara dalam keadaan terkunci rapat. Lalu memulai pompa
menggunakan pompa udara hingga garis pada manometer menunjukkan 160 mmhg (pemompaan ini bertujuan sampai
skala menunjuk angka 160 mmHg supaya aliran arteri benar-benar tersumbat pada
tekanan 160mmHg) kemudian lepaskan skrup udara perlahan
(pelepasan skrup ini menunjukkan bahwa tekanan dari manset tersebut mulai
berkurang sehingga arteri brakhialis mulai longgar sehingga dapat terdengan
tekanan awal dan tekanan akhirnya), sembari di lepas dengarkan suara awal dan
akhir dari tekanan darah tersebut. Suara awal merupakan sistole atau jantung
mulai berkontrasi dan suara akhir diastole yaitu jantung dalam keadaan
relaksasi yaitu terisi penuh dengan darah. Sistole per diastole merupakan
tekanan darah seseorang. Kemudian sekrupnya di putar hingga tekanan di manometer
benar-benar dalam posisi 0, dan lepaskan manset dari tangan probandus lalu
mengosongkan udara yang terdapat di dalamnya, dan terakhir memasukkan manset ke
dalam kotak penyimpanan. Putar skrup pada disfragma stetoskop untuk meng off
kan stetoskop setelah di pakai. Melakukan pengukuran tekanan sebelum dan setelah berlari 5
menit (hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan tekanan darah setelah
melakukan aktivitas).
Selanjutnya pengukuran denyut nadi dengan benar adalah
pertama mencari denyut nadi pada bagian tangan kiri yaitu tepatnya pada arteri
radialis, pancarian denyut nadi di lakukan dengan menggunakan jari tengah dan jari
telunjuk karena pada jari telunjuk dan jari tengah tidak terdapat arteri
radialis sehingga lebih mudah di temukan denyut nadinya. Hindari mencari denyut
nadi menggunakan ibu jari karena biasanya denyut nadi radialis terletak sejajar
dengan ibu jari. Pengukuran denyut nadi juga dapat di lakukan di bagian leher
menggunakan 3 jari tengah. Hal ini dilakukan pada bagian-bagian tersebut karena
terdapat titik arteri pada bagian pergelangan dan leher. Pada praktikum kali
ini setelah di temukan denyut nadi pada arteri tersebut di lakukan perhitungan
denyut nadi selamat 60 detik. Kemudian denyut nadi dapat diketahui denyut
nadi/1 menit itu merupakan denyut nadi seseorang per menit. Dilakukan
perhitungan denyut nadi ini sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik
(berlari selama 5 menit), lalu mengulangi penghitungan sebanyak 3 kali untuk
satu orang probandus.
Selanjutnya pada
praktikum kali ini kami menggunakan beberapa alat yang pertama adalah stopwatch
yang berfungsi sebagai pengukuran waktu dalam pengukuran denyut nadi selama 1
menit dan menghitung waktu praktikan berlari. Kemudian stetoskop yang terdiri
dari bagian 2 alat pendengar yaitu diafragma dan bell. Difragma sendiri
berfungi sebagai pendengar suara tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian bell
berfungsi sebagai mendengarkan suara yang di hasilkan pada bagian organ yang
lebih dalam seperti perut. Kemudian alat yang di gunakan selanjutnya adalah
tensimeter yang di gunakan untuk mengetahui tekanan darah seseorang, dimana
mansetnya berfungsi untuk menekan arteri brakhialis supaya tertekan aliran
darahnya, lalu pompa udara untuk memompa raksa yang ada pada manometer raksa,
manometer raksa sendiri di gunakan sebagai indikator tekanan darah dimana
terdapat nomor-nomor pada manometer tersebut sehingga diketahui tekanan
darahnya, dan selang karet sebagai jalan masuknya udara ke manset. Bahan yang
di gunakan adalah arteri brakhialis yang berada di lengan untuk mengetahui
tekanan darah dan arteri radialis di pergelangan tangan untuk mengetahui denyut
nadi seseorang.
Terdapat beberapa macam
tensimeter yaitu tensimeter air raksa, tensimeter clock, dan tensimeter
digital. Perbedaan dari ketiga tensimeter adalah tensimeter air raksa ini
merupakan tensimeter konvensional yang menggunakan air raksa sebagai indikator
tekanan darah, kemudian tensimeter clock yaitu tensimeter yang menggunakan
putaran berangka tanpa air raksa, sedangkan tensimeter digital merupakan
tensimeter yang lebih modern lagi yaitu tensimeter yang langsung menunjukkan
hasil dalam bentuk angka dimana untuk mengetahui tekanan darah seseorang
tensimeter ini menggunakan sensor pendeteksi. Ciri-ciri utama pada tensimeter
air raksa ini adalah terdapat air raksa sebagai indikator nilai tekanan darah
pada manometer air raksa nya, kemudian terdapat pompah udara, manset udara,
harus menggunakan bantuan stetoskop dan tentunya membutuhkan orang yang
telinganya masih benar-benar bagus mendengarkan denyut nadinya. Sedangkan ciri
utama tensimeter clock adalah sama seperti tensimeter air raksa yaitu
menggunakan bantuan stetoskop dalam penggunaannya, tidak menggunakan air raksa,
menggunakan putaran berangka untuk menentukan tekanan darahnya. Kemudian ciri
utama dari tensimeter digital adalah tidak membutuhkan bantuan stetoskop untuk
mengetahui tekanan darah seseorang, kerjanya otomatis menggunakan sensor
sebagai alat pendeteksinya.
Kekurangan dari
tensimeter air raksa adalah berbahaya jika air raksa yang di dalamnya keluar
dan mengenai kulit, ketika salah satu komponen penyusun tensimeter air raksa
ini rusak maka susah untuk menentukan tekanan darahnya, serta tidak dapat di
bawa kemana-kemana karena ukurannya yang besar. Kemudian kekurangan dari
tensimeter clock adalah data dari nilai tekanan darah yang dihasilkan kurang
valid. Kemudian pada tensimeter digital kekurangannya adalah data yang di dapat
mengenai tekanan darah seseorang kurang valid karena apabila batrai mulai habis
maka tingkat keakuratan hasilnya akan turun sehingga harus di ukur 3 kali
supaya di dapatkan hasil lebih akurat.
Kelebihan dari
tensimeter air raksa adalah tingkat keakuratannya lebih tinggi jika di
bandingkan dengan tensimeter lainnya. Kemudian kelebihan tensimeter clock
adalah tidak berbahaya karena tidak menggunakan air raksa. Dan kelebihan dari
tensimeter digital adalah tidak repot jika menggunakannya karena hanya tinggal
memasang manset memencet on tensimeter ini langsung bekerja menentukan tekanan
darah seseorang.
Dalam hal ini tekanan
darah sendiri merupakan gaya
yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri).
Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong
terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan beban kerja
tambahan bagi jantung. Tekanan sistol adalah tekanan puncak yang ditimbulkan
oleh arteri sewaktu darah di pompa kedalam pembuluh dari jantung selama
kontraksi ventrikel. Tekanan arteri ini akan berubah tergantung dalam volume
darah dalam pembuluh dan daya regang dinding pembuluh darah. Sedangkan
tekanan diastol adalah keadaan saat jantung berelaksasi atau saat jantung
sedang mengisi darah. tekanan sistole manusia normal adalah 120-130 mmHg,
sedangkan tekanan diastole normalnya adalah 80-90 mmHg. Sedangkan
denyut nadi adalah frekuensi kontraksi jantung yang adapat diukur melalui
arteri seseorang. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Khasan (2012: 62)
denyut nadi merupakan manifestasi dari kemampuan jantung indikator dari denyut
jantung adalah denyut nadi.
Pada hasil praktikum
probandus pertama yaitu titan dengan jenis kelamin laki-laki usia 20 tahun memiliki
denyut nadi sebelum berlari 95/ menit dan tekanan darah sebelum berlari 125/56,
dan denyut nadi setelah berlari 120/menit dan tekanan darah setelah berlari
123/79. Berdasarkan hasil pengamatan pada tekanan darah sebelum berlari 125/56
hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut Campbell (2008: 66) untuk
seorang manusia sehat berumur 20 tahun dalam kondisi istirahat seseorang
memiliki tekanan darah 120 milimeter raksa (mmHg) pada sistol dan 70 mmHg pada
diastol, sehingga normalnya 120/70. Hal ini dapat terjadi di karenakan probandus sedang dalam keadaan
dehidrasi, atau probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan
gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena
faktor lainnya sehingga tekanan diastolenya rendah.
Sesudah melakukan aktivitas berlari mengalami penurunan pada
sistole nya sedangkan diastolenya meningkat 123/79, hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada seharusnya baik sistole ataupun diastole mengalami kenaikan
tekanan karena jantung lebih sering memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah meningkat dari
sebelumnya. Hal ini dapat terjadi di karenakan praktikan yang melakukan
pengukuran kurang benar dalam melakukan pengukuran sehingga hasilnya kurang
akurat atau juga dapat terjadi karena alat yang di gunakan kurang akurat.
Sedangkan denyut nadi sebelum berlari adalah 90/menit dan ketika setelah
berlari mengalami kenaikan menjadi 149 hal ini sudah sesuai dengan teori yang
ada dimana karena jantung lebih sering memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi meningkat dari
sebelumnya.
Hal
tersebut sesuai dengan teori andriyanto (2013: 168) Denyut
jantung atau denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang
sebagai manifestasi dari gerakan otot.
Semakin besar aktifitas otot maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan,
sehingga mengakibatkan meningkatnya kerja jantung dalam memompa darah. Sehingga
tekanan darah dan denyut nadipun meningkat.
Kemudian pada probandus kedua yaitu ridlo laki-laki dengan
usia 20 tahun memiliki denyut nadi sebelum berlari 88/menit dan tekanan darah
sebelum berlari 110/90 kemudian denyut nadi sesudah berlari adalah 149/menit
dan tekanan darah sesudah berlari 120/80. Pada tekanan darah sebelum berlari di
dapatkan hasil 110/90 hal ini tidak sesuai dengan teori yang di katakan
sebelumnya seharusnya normalnya pada saat istirahat orang berumur 20 tahun
memiliki tekanan darah 120/90 hal ini dapat terjadi di karenakan probandus
sedang dalam keadaan dehidrasi, atau probandus dalam keadaan sedang
diet/kekurangan nutrisi dan gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan
sakit/tidak fit atau karena faktor lainnya sehingga tekanan sistolenya rendah.
Kemudian sesudah melakukan berlari mengalami kenaikan menjadi 120/80 hal ini
sudah sesuai dengan teori yang ada karena mengalami kenaikan yang terjadi
akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
metabolisme jaringan sehingga tekanan darah mengalami peningkatan. Kemudian
denyut nadi pada probandus kedua sudah sesuai dengan teori yang ada dimana
mengalami peningkatan dari 88/menit menjadi 149/menit karena terjadi pemompaan
jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang ada di dalam tubuh
dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi pun menjadi meningkat.
Lalu pada probandus ke tiga yaitu noya perempuan dengan umur
22 tahun di dapatkan tekanan darah sebelum berlari 113/80 dan setelah berlari
110/76, kemudian denyut nadi sebelum berlari 64/ menit dan setelah berlari 120/
menit. Pada tekanan darah sebelum berlari 113/80 tidak sesuai dengan teori yang
ada seharusnya tekanan darah normalnya adalahm 120/70, dan tekanan darah
tersebut jauh di bawah tekanan darah normalnya pada manusia hal ini dapat
terjadi di karenakan probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan
gizi, atau karena probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena
faktor lainnya sehingga tekanan diastole dan sistolenya rendah. Kemudian setelah
berlari dari 113/70 tekanan darah menjadi 110/70, hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada seharusnya hasil tekanan darah setelah berlari menjadi meningkat
karena kerja jantung yang meningkat untuk meningkatkan darah yang membawa
oksigen. Hal ini dapat terjadi di karenakan alat yang di gunakan kurang akurat
untuk menentukan tekanan darah sehingga hasilnya pun tidak akurat, atau juga
dapat terjadi di karenakan kesalahan praktikan dalam melihat angka pada
tensimeter. Kemudian pada denyut nadi dari 64/ menit menjadi 120/menit hal ini
sudah sesuai dengan teori yang ada akibat pemompaan jantung yang meningkat
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi
mengalami peningkatan.
Selanjutnya pada probandus keempat yaitu nina berumur 22
tahu seorang perempuan memiliki tekanan darah sebelum berlari 121/70 dan denyut
nadi sebelum berlari 114/menit, kemudian tekanan darah sesudah berlari 127/90
dan denyut nadi setelah berlari adalah 126/menit. Pada tekanan darah sebelum
berlari 121/70 sudah sesuai dengan teori yang sudah di sebutkan sebelumnya
dimana pada kondisi normal manusia memiliki tekanan darah 120/70. Kemudian
setelah berlari mengalami peningkatan yaitu 127/90 hal ini juga sudah sesuai
dengan teori yang ada probandus mengalami kenaikan yang terjadi akibat
pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
metabolisme jaringan sehingga tekanan darah mengalami peningkatan. Kemudian
pada denyut nadi sebelum berlari 114/ menit dan setelah berlari menjadi 126/menit
hal ini terjadi karena akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi mengalami
peningkatan.
Kemudian probandus ke lima yaitu ida perempuan dengan usia
21 tahun di dapatkan hasil tekanan darah sebelum berlari 93/40 dan sesudah
berlari menjadi 110/80, kemudian denyut nadi sebelum berlari adalah 47/menit
dan setelah berlari menjadi 116/menit. Pada tekanan darah probandus ke lima
sebelum berlari 93/60 sangat rendah sekali dimana menurut teori normalnya
manusia memiliki tekanan darah 120/70 hal ini dapat terjadi di karenakan
probandus dalam keadaan sedang diet/kekurangan nutrisi dan gizi, atau karena
probandus sedang dalam keadaan sakit/tidak fit atau karena faktor lainnya
sehingga tekanan diastole dan sistolenya rendah. Setelah berlari dari tekanan
darah 93/40 menjadi 110/80 terjadi peningkatan tekanan darah, hal ini sudah
sesuai dengan teori yang ada. Kenaikan di akibatkan kerja jantung yang
meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga
tekanan darah mengalami peningkatan. Kemudian denyut nadi sebelum berlari
adalah 47/menit, denyut nadi ini sangatlah rendah hal ini dapat terjadi di
karenakan praktikan yang memeriksa denyut nadi probandus salah melakukan perhitungan
atau juga terjadi karena frekuensi kontaksi jantung memang rendah. Setelah
berlari mengalami kenaikan denyut nadi dari 47/menit menjadi 118/menit hal ini
sudah sesuai dengan teori, dimana hal ini terjadi akibat pemompaan jantung yang
meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga
denyut nadi mengalami peningkatan.
Selanjutnya pada probandus terakhir yaitu anggun dengan usia
20 tahun di dapatkan hasil tekanan darah sebelum berlari 113/73 dan setelah
berlari 131/58, kemudian denyut nadi sebelum berlari 70/menit dan setelah
berlari 130/menit. Pada tekanan darah sebelum berlari 113/73 sudah normal
sesuai dengan teori yang sudah di jelaskan sebelumnya. Setelah berlari dari
113/73 menjadi 131/73 hal ini dapat terjadi di karenakan pengingkatan kerja
otot mengakibatkan jantung di pompa terlalu cepat untuk memenuhi oksigen yang
di butuhkan oleh tubuh. Pada denyut nadi sebelum berlari di dapatkan 70/ menit
dan sesudah berlari di temukan 130/menit hal ini sudah sesuai dengan teori,
dimana hal ini terjadi akibat pemompaan jantung yang meningkat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga denyut nadi mengalami
peningkatan.
Dapat di ketahui bahwa seluruh hasil praktikum sudah sesuai
dengan teori yang ada dimana terjadi peningkatan tekanan darah dan denyut nadi
setelah melakukan aktivitas seperti contohnya berlari. Karena setelah melakukan
aktifitas fisik seperti berlari, jantung akan memompa darah lebih cepat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan sehingga tekanan darah dan
denyut nadinya meningkat dari sebelumnya. Terdapat beberapa faktor yang
mengakibatkan terjadinya perbedaan aktivitas dari jantung yang pertama adalah
jenis kelamin, yang kedua adalah usia dan yang ketiga adalah aktivitas tubuh.
Yang pertama adalah jenis kelamis, jenis kelamin pada pria
cenderung memiliki denyut nadi dan tekanan darah yang lebih tinggi di
bandingkan wanita karena massa tubuh dari pria lebih banyak di bandingkan
wanita sehingga oksigen yang di butuhkan oleh pria pun lebih banyak ketika
oksigen yang di butuhkan lebih banyak maka darah yang di butuhkan pun semakin
banyak dan pemompaan darah yang ada di jantungpun semakin meningkat. Ketika
pemompaan jantung semakin meningkat maka tekanan darah dan juga denyut nadi
pada seorang pria pun juga meningkat.
Kemudian faktor yang kedua adalah usia dimana semakin tua
seseorang maka kerja dari organ-organ yang ada di dalam tubuhnya akan menurun
di karena kan aktivitas nya juga sudah tidak sebanyak pada saat muda sehingga organ-organ
nya pun semakin menurun kinerjanya. Semakin tua seseorang maka pemompaan
jantung pun menjadi semakin menurun dan cenderung tidak beraturan karena
kurangnya aktivitas di dalam tubuhnya, ketika pemompaan jantung mulai menurun
maka tekanan darah yang di hasilkan pun menurun. Sehingga semakin tua maka
semakin menurun tekanan jantungnya.
Lalu selanjutnya adalah aktivitas tubuh, semakin banyak
aktivitas yang di lakukan seseorang seperti contohnya atlit tekanan darah yang
di hasilkan pun cenderung normal karena jantung sering terpompa terus menerus
sehingga tekanan nya menjadi normal ketika tidak melakukan aktivitas. Berbeda
dengan seseorang yang jarang melakukan aktivitas, jarang berolahraga tekanan
darah yang di hasilkan pun cenderung lemah karena jantungnya jarang di latih
sehingga kontraksi yang di hasilkan lebih lemah.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini
diketahui cara mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter atau
sphygmomanometer, dan untuk mengukur denyu nadi menggunakan cara palpasi. Cara
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter adalah pertama pastikan
tensimeter dalam keadaan on kemudian pasang manset pada bagian siku tepatnya di
atas dua jari dari siku. Kemudian memastikan stetoskop dalam keadaan on dengan
di ketuk, lalu mencari arteri brakhialis pada bagian lengan. Kemudian letakkan
stetoskop pada arteri brakhialis yang telah di temukan, kemudian memastikan
skrup pengunci dalam keadaan terkunci rapat. Setelah itu memompa hingga 160
mmHg, kemudian lepas secara perlahan dengarkan detak awal merupakan sistole dan
detak terakhir merupakan diastole. Di dapatlah tekanan darah pada manusia.
Kemudian denyut nadi dapat di ketahui melalui cara pemeriksaan palpasi pada
arteri radialis dengan meletakkan dua jari yaitu jari tengah dan jari manis
lalu menghitung denyutnya selama 60 detik. Hal tersebut di lakukan setelah dan
sebelum berlari selama 5 menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
dan denyut nadi adalah usia, jenid kelamin dan aktivitas.
7.2 Saran
Sebaiknya tensimeter
yang di gunakan sebelum praktikum di priksa terlebih dahulu supaya pada saat
praktikum tidak bingung pada saat menggunakan tensimeter ternyata tensimeternya
rusak. Kemudian dalam memilih probandus seharusnya di tanya riwayat penyakitnya
apa sehingga tidak ada lagi probandus yang pingsan.
Daftar
Pustaka
Andriyanto,
Bariyah, C. 2012. Analisis Beban Kerja Operator Mesin Pemotong Batu Besar
(Sirkel 160 Cm) Dengan Menggunakan Metode 10 Denyut. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol
11(2).
Campbell,,
Neil A., et al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Hall, E John.
2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jati, Bambang
Murdaka Eka. 2013. Sistem Monitor Tekanan Darah Arteri pada Lengan dengan
Metode Nmr (Dalam Bentuk Model). Jurnal
Fisika Indonesia. Vol 17 (51).
Khasan, Nafis A., Rustiadi, T., Annas,
M. 2012. Korelasi Denyut Nadi Istirahat Dan Kapasitas Vital Paru Terhadap
Kapasitas Aerobik. Journal of Physical
Education, Sport, Health and Recreation. Vol. 1 (4).
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sloane,
Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Pemula. EGC: Jakarta.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Suntoro, Susilo,
Handari. 1990. Struktur Hewan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Waluyo dan
Wahono. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi
Fisiologi Manusia. Jember : Universitas Jember.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar