Toleransi Osmotik Eritrosit Hewan Poikilotermik Dan
Homoiotermik Terhadap Berbagai Tingkat Kepekaan Medium
Tolerance
osmotic erythrocytes animals poikilotermik and homoiotermik to the various
levels sensibility medium
Rose Lolita, 130210103027, Fisiologi hewan kelas C
Program studi pendidikan biologi
Universitas Jember
Program studi pendidikan biologi
Universitas Jember
Abstract
The purpose in this observation for to
know tolerance osmotik erythrocytes in the animals poikilotermik dan
homoiotermik to the various levels sensibilityOsmosis is flows solvent the substance of the hipotonis solute to the
solvent hipertonis substance .Animals poikilotermik generally have a liquid
erythrocytes that isotonis with 0,7 % nacl while animals homoiotermik having a
liquid eritroset that isotonis with 0,9 % nacl .There are 2 medium the medium
hipotonis and hipertonis .Where hipotonis solution is a solution having low
concentration causing widespread when blood cells on animals in put in solution
these will result in a liquid went into the cell and finally since too full
results in a cell lysis or break .And hipertonis solution is a solution has
resulted in water high concentration found in cell into all out so there
krenasi .
Keywords:
poikilotermik , homoiotermik , hipotonis , hipertonis
Abstrak
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya toleransi osmotik eritrosit
hewan poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai tingkat kepekatan
medium. Osmosis sendiri merupakan peristiwa mengalirnya zat pelarut dari daerah
hipotonis zat terlarut ke daerah hipertonis zat pelarut. Hewan poikilotermik
umumnya memiliki cairan eritrosit yang isotonis dengan 0,7% NaCl sedangkan
hewan homoiotermik memiliki cairan eritroset yang isotonis dengan 0,9% NaCl.
Terdapat 2 medium yaitu medium hipotonis dan hipertonis. Dimana larutan
hipotonis merupakan larutan yang memiliki konsentrasi rendah sehingga
mengakibatkan apabila sel darah pada hewan di masukkan ke dalam larutan ini
akan mengakibatkan cairan masuk ke dalam sel dan akhirnya karena terlalu penuh
mengakibatkan sel lisis atau pecah. Dan larutan hipertonis merupakan larutan
yang memiliki konsentrasi tinggi mengakibatkan air yang terdapat di dalam sel
menjadi keluar semua sehingga terjadi krenasi.
Kata kunci: Poikilotermik, Homoiotermik,
Hipotonis, Hipertonis
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuk
dan ukuran sel darah merah tergantung dari jenis hewan. Pada mamalia sel darah
merah tidak mempunyai inti, bentuknya bulat dan bikonkaf. Pada umunya sel darah
merah tidak berinti mempunyai ukuran lebih
kecil di bandingkan dengan sel darah merah yang berinti mempunyai ukuran
lebih kecil di bandingkan dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah
yang paling besar terdapat pada amphibia. Pada manusia sel darah merahnya
mempunyai ukuran sebagai berikut : diameter rata-rata 7,5 mikron, sedangkan
tebalnya adalah 1 mikron di bagian tengah dan 2 mikron di bagian tepi dan luas
pemukaannya 120 mikron (Wulangi, 1993: 23).
Menurut
strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakan dinding sel,
substansi seperti spons yang disebut stroma. Analisis kimia membuktikan bahwa
dinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu ptrotein dan
lipid. Kombinasi protein dan lipid ini disebut dengan lipo-protein (Wulangi,
1993: 23).
Hewan
dapat memiliki suhu tubuh yang bervariasi atau konstan. Hewan yang suhu
tubuhnya bervariasi seturut lingkungan disebut poikiloterm (dari kata yunani poikilos,
bervariasi). Sebaliknya, homoeterm memiliki suhu tubuh yang pasti antara sumber
panas dan stabilitas suhu tubuh. Misalnya, kebanyakan ikan laut dan
invertebrata ektotermik menghuni perairan dengan suhu yang se demikian stabil
hingga suhu tubuhnya kalah bervariasi daripada suhu tubuh endotermik menghuni
perairan dengan suhu yang sedemikian stabil hingga suhu tubuhnya kalah
bervariasi daripada suhu tubuh endoterm seperti manusia dan mamalia lain
(Campbell, 2004: 16).
Sel
darah merah/eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat semi permiabel
terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar eritrosit, dan mempunyai
batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit. Tekanan membran
eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan tekanan osmosis
membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit menahan tekanan dari
luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau fragilitas
(Siswanto, 2014). Osmosis sendiri merupakan proses difusi air yang disebabkan
oleh perbedaan konsentrasi (Rudy, 2006).
Larutan
osmosis dengan sistem terner antara sukrosa dan NaCl, gula yang diserap akan
semakin meningkat dengan adanya peningkatan NaCl dengan konsentrasi tinggi
dalam larutan hipertonik. Molekul NaCl masuk ke dalam jaringan sehingga
mendapatkan molekul sukrosa yang terdapat dalam larutan akan mengikuti masuk ke
dalam bahan (Kartika, 2015).
1.1
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah;
Untuk mengetahui
besarnya toleransi osmotik eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik
terhadap berbagai tingkat kepekaan medium
1.2
Manfaat
penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari
di lakukannya penelitian ini adlaah;
Diharapkan dapat mengetahui
besarnya toleransi osmotik eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik
terhadap berbagai tingkat kepekaan medium.
2.
METODOLOGI
PENELITIAN
2.1
Waktu
dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan tanggal
1 oktober 2015 di Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
2.2
Alat
dan Bahan
Alat yang di
gunakan adalah sebagai berikut: Sel darah merah Mus muculus dan Mabuya
multifaciata, air, NaCl 0,7%, NaCl 0,6%.
Bahan yang digunakan adalah sebagai
berikut: Kaca benda, Kacat penutup, mikroskop, pipet, alat seksio, jarum bentul
2.3
Metode
Penelitian
Penelitian ini
pertama membunuh mencit dengan menggunakan dislokasi leher dan pembiusan
klorofrom hingga mencit menjadi mati kemudian, pastikan mencit sudah dalam
keadaan tidak bernyawa. Lalu membelah bagian tengah mencit dengan menggunakan
alat seksio. Melihat bagian jantungnya dan potong bagian pembuluh darah yang
besar di mencit tersebut. Lalu mengambil darah dengan menggunakan pipet
teteskan pada kaca benda lalu beri 2 perlakukan di tetesi dengan NaCl 0,7% dan
satu lagi di berikan NaCl 0,9%. Begitu juga pada kadal, kadal di matikan dengan
menggunakan klorofrom, pastikan kadal dalam keadaan mati di bedah bagian
perutnya dengan menggunakan alat seksio lalu potong kapiler darah yang besar
pada bagian jantungnya lalu ambil darah dengan menggunakan pipet teteskan di
atas kaca benda, lalu lakukan perlakukan di tetesi dengan NaCl 0,7% dan satu
lagi di berikan NaCl 0,9%. Untuk melihat perilaku atau konidisi sel darah merah
jika di berikan perlakuan.
3.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pada hasil yang
kami dapatkan hasil pada kelompok 1 yang menggunakan darah mencit ketika di
lihat kontrolnya yaitu tidak di berikan perlakukan apapun sel darah merah mencit
normal artinya sel tidak berubah sama sekali karena tidak di berikan perlakuan
apapun. Dan hasil selanjutnya ketika sel darah di beri aquades sel menjadi
lisis artinya sel menjadi pecah hal ini di karenakan aquades merupakan larutan
berkonsentrasi rendah atau hipotonik, karena konsentrasi di dalam sel lebih
rendah mengakibatkan pelarut yang berada di luar yaitu konsentrasi tinggi masuk
ke dalam sel yang berkonsentrasi rendah, karena membran eritrosit tidak lagi
mampu menahan tekanan zat yang masuk mengakibatkan sel pecah atau mengalami
lisis.
Begitu
juga yang terjadi pada hasil kelompok 2 dimana menggunakan sel darah kadal di dapatkan
hasil kontrol sel darah merah normal sedangkan sel darah kadal yang darah nya
di beri aquades sel menjadi lisis artinya sel menjadi pecah hal ini di
karenakan aquades merupakan larutan berkonsentrasi rendah, karena konsentrasi
di dalam sel lebih rendah mengakibatkan pelarut yang berada di luar yaitu
konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang berkonsentrasi rendah, karena
membran eritrosit tidak lagi mampu menahan tekanan zat yang masuk mengakibatkan
sel pecah atau mengalami lisis.
Hal
tersebut menandakan bahwa toleransi osmotik dari eritrosit hewan poikilotermik
dan homoiotermik terhadap larutan hipotonis sama utamanya terhadap larutan
aquades. Dimana sel darah merah pada hewan poikilotermik yaitu kadal dan hewan
homoiotermik yaitu mencit ketika di beri aquades sama-sama menjadi lisis karena
terjadinya proses osmosis zat pelarut dari luar sel masuk ke dalam sel.
Kemudian
hasil pengamatan pada darah kadal kelompok 3 di dapatkan hasil darah yang di
beri larutan NaCl 0,7% tidak mengalami perubahan artinya sel darah merah dalam
kondisi normal. Sedangkan pada sel darah kadal yang di beri larutan NaCl 0,9%
sel darah merah mengalami lisis. Kemudian pada sel darah merah yang di beri
Larutan NaCl 1% mengalami krenasi.
Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan pada kelompok 4 ini sesuai dengan teori yang ada
dimana sel normal di temukan pada larutan NaCl 0,7% menandakan bahwa eritrosit
pada hewan poikilotermik yaitu kadal isotonis dengan NaCl 0,7% artinya memiliki
konsentrasi yang sama dengan NaCl 0,7% dan pada larutan tersebut tidak
mempengaruhi sel darah merah. Sehingga sekarang kita dapat membuktikan bahwa
eritrosit pada hewan poikilotermik yaitu kadal sama dengan atau isotonis dengan
larutan NaCl 0,7% karena tidak mengalami perubahan pada saat diberikan larutan
tersebut. Sedangkan pada NaCl 0,9% sel darah merah pada hewan poikilotermik
yaitu kadal mengalami lisis artinya larutan tersebut merupakan larutan
hipotonis bagi sel darah pada hewan poikilotermik yaitu kadal, lisis atau
hemolisis sendiri dapat terjadi di karenakan masuknya zat pelarut dari luar sel
yang merupakan konsentrasi tinggi masuk ke dalam sel yang merupakan konsentrasi
rendah yang mengakibatkan membran plasma tidak lagi kuat menahan larutan dan
akhirnya pecah atau lisis kejadian ini dinamakan dengan osmosis erirosit.
Kemudian ketika sel darah merah pada hewan poikilotermik ini di berikan larutan
NaCl 1% mengalami perpindahan zat terlarut dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi, dari dalam sel darah merah ke luar sel mengakibatkan sel
kehilangan banyak sekali cairan dan sel darah pun berkerut dan akhirnya
mengalami krenasi hal ini menandakan terjadi nya osmosis, dan larutan NaCl 1%
merupakan hipertonis terhadap sel darah merah pada kadal yaitu hewan
poikilotermik.
Selanjutnya
pada kelompok 3 dan 4 yang sama-sama menggunakan sel darah merah mencit yaitu
hewan homoitermik dan mendapatkan hasil yang sama ketika di berikan perlakuan
pemberian larutan NaCl yang konsentrasinya berbeda. Ketika di berikan NaCl 0,7%
mengalami lisis berkebalikan dengan yang terjadi pada hewan poikilotermik. Lalu
ketika di berikan larutan NaCl 0,9% sel darah merah pada hewan homoiotermik
tidak mengalami perubahan apapun sel darah normal. Kemudian ketika di berikan
NaCl 1% sel darah merah mengalami krenasi sama dengan pada hewan poikilotermik.
Berdasarkan
penelitian dan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa pada saat di berikan
larutan NaCl 0,7% sel darah merah pada mencit mengalami lisis artinya terjadi
osmosis dimana zat pelarut masuk ke dalam sel dari konsentrasi tinggi di luar
sel menuju ke konsentrasi yang lebih rendah yaitu di dalam sel, sehingga
mengakibatkan sel menggembung dan tidak mampu menahan pelarut yang masuk
sehingga mengakibatkan membran sel menjadi pecah dan mengalami lisis. Ketika di
berikan perlakuan selanjutnya yaitu di tetesi dengan NaCl 0,9% sel darah merah
pada hewan homoiotermik tidak mengalami perubahan artinya larutan tersebut
tidak memperngaruhi sel darah merah karena mempunyai konsentrasi yang sama
dengan konsentrasi sel darah merah, sehingga dapat kita ketahui bahwa larutan
NaCl 0,9% isotonik terhadap sel darah merah pada hewan homoitermik sesuai
dengan teori yang ada. Kemudian sel darah merah mencit ketika di berikan
larutan NaCl 1% mengalami krenasi artinya terjadi perpindahan zat terlarut dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi terjadilah proses omsosis yang
mengakibatkan sel menjadi mengkerut dan akhirnya megalami krenasi.
4.
KESIMPULAN
Besarnya
toleransi osmotik eritrosit pada hewan poikilotermik dari hasil yang kami
dapatkan adalah isotonik terhadap larutan NaCl 0,7%,hipertonik terhadap larutan
NaCl 1%, dan hipotonik terhadap larutan NaCl 0,9% dan aquades. Sedangkan
toleransi osmotik pada hewan homoiotermik isotonik terhadap larutan NaCl 0,9%,
hipotonik terhadap terhadap larutan NaCl 0,7% dan aquades, serta hipertonik
terhadap larutan NaCl 1%. Sehingga dapat kita ketahui bahwa sel darah merah
hewan poikilotermik isotonik dengan NaCl 0,7% sedangkan sel darah merah hewan
homoiotermik isotonik terhadap larutan NaCl 0,9%.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
J. B. Reece, L. G dan Mitchell. 2004. Biologi
Edisi kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kartika,
Priska, Nur. 2015. Studi Pembuatan Osmodehidrat Buah Nanas (Ananas comosus L Merr): Kajian
Konsentrasi Gula dalam Larutan Osmosis Dan Lama Perendaman. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 3:
Halaman 1-11
Rudy, M, Mukhlis. Pengaruh Pemberian
Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Terhadap NaCl 0,9% Keseimbangan
Asam-Basa pada Pasien Sectio Caesaria dengan Anestesi Regional.Jurnal penelitian. Vol 1: 14-77
Siswanto.
2014. Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi Bali. Jurnal
Veteriner. Vol 15: Halaman 1-4
Wulangi, S, Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisologi Hewan. Bandung:
ITB Press
LAMPIRAN
Kel
|
Bahan
|
Kontrol
|
Aquadest
|
NaCl 0,7%
|
NaCl 0,9%
|
NaCl 1%
|
1.
|
Sel darah mencit
|
Perbesaran 1000x
|
Perbesaran 400x
|
|||
2.
|
Sel darah kadal
|
Perbesaran 400x
|
Perbesaran 1000x
|
|||
3.
|
Sel darah mencit
|
Perbesaran 400x
|
Perbesaran 400x
|
Perbesaran 400x
|
||
4.
|
Sel darah kadal
|
Perbesaran 1000x
|
Perbesaran 1000x
|
Perbesaran 1000x
|
||
5.
|
Sel darah mencit
|
Perbesaran 100x
|
Perbesaran 100x
|
Perbesaran 1000x
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar