Suhu tubuh hewan
Pengaruh
pergerakan dan perendaman ayam terhadap suhu tubuh
Rose Lolita,
130210103027, Fisiologi Hewan Kelas C
Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Jember
Abstrak
Suhu tubuh hewan
pada setiap spesies nya berbeda-beda. Thermoregulasi merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai suatu pengaturan panas tubuh hewan mengenai keseimbangan
produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan
secara konstan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
hewan tersebut. Beberapa faktor diantaranya adalah pergerakan tubuh mereka
sangat berpengaruh dan tentunya ketika di rendam di dalamair pun suhu tubuh
mereka akan berubah drastis. Ada beberapa hewan yang suhu tubuhnya mengikuti
suhu lingkungan atau biasa disebut dengan hewan Poikilotermik. Dan juga ada
beberapa hewan yang dapat mempertahankan panas di dalam tubuhnya atau bisa
dikatakan memiliki suhu panas yang stabil biasa disebut hewan homoiotermik. Ada
beberap produksi mekanisme produksi panas diantaranya mekanisme tingkah laku, mekasnisme otonomik, dan mekanisme
adaptif atau aklimatis.
Kata kunci :
Poikilotermik, Homoiotermik, Termoregulasi
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Termoregulasi
adalah pemeliharaan suhu tubuh didalam suhu kisaran yang membuat sel-sel mampu
berfungsi secara efisien. Sebagian besar hewan dapat bertahan hidup menghadapi
fruktuasi lingkungan ekstenal yang lebih ekstrim dibandingkan dengan keadaan
yang sangat ditolerir oleh setiap individu selnya. Meskipun spesies hewan yang
berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap
hewan mempunyai kisaran suhu yang optimum. Didalam kisaran tersebut banyak
hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu
eksternalnya berfruktuasi (Campbell, 2004).
Menurut Soewolo (2000) suhu merupakan
salah satu faktor pembatas penyebaran hewan, dan selanjutnya menentukan
aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar di
bandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di bumi
terentang dari -70- +85. Secara umum aktivitas
kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 0 -40. Kebanyakan hewan
dalam rentangan sempit.
Berdasarkan pengaruh suhu terhadap
lingkungan hewan dibagi menjadi 3 golongan yaitu
poikilotermik ‘’berdarah dingin’’, homoiotermik ‘’berdarah panas’’ dan
heterotermik “pada saat tertentu bersifat poikilotermik dan pada saat lain
bersifat homoiotermik’’, yang termasuk golongan hewan poikilotermik adalah
bangsa ikan, reptil, amphibi dan serangga. Golongan hewan homoiotermik adalah
bangsa aves dan mamalia sedangkan heterotermik misalnya insekta tertentu.
Pengaruh
termoregulasi sangatlah banyak bagi hewan, suhu sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Suhu tubuh yang konstan (tidak banyak berubah) sangat dibutuhkan
oleh hewan, karena reaksi enzimatis, Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju
reaksi metabolisme (perubahan suhu berpengaruh terhadap energi kinetik molekul zat), Aktivitas metablisme
bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan suhu yang sesuai pada tubuhnya.
Suhu sel yang mengalami metabolisme akan lebih tinggi dari pada suhu mediumnya,
karena oksidasi dan glikolisis membebaskan panas. Suhu tubuh hewan tergantung pada keseimbangan
antara cara yang cenderung menambah panas dan cara yang cenderung mengurangi
panas (Soewolo, 2000).
Tingginya
suhu lingkungan di daerah tropis pada siang hari dapat mencapai 34ºC dapat
mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ternak
mengalami cekaman panas. Ayam broiler termasuk hewan homeothermis dengan suhu
nyaman 24ºC, akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relative
konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah
konsumsi air minum serta penurunan konsumsi ransum. Akibatnya, pertumbuhan
ternak menjadi lambat dan produksi menjadi rendah.Tingginya suhu lingkungan
dapat juga menyebabkan terjadinya cekaman oksidatif dalam tubuh, sehingga
menimbulkan munculnya radikal bebas yang berlebihan (Wijayanti, 2011).
Tingginya suhu lingkungan di daerah
tropis pada siang hari dapat mencapai 34ºC dapat mengakibatkan terjadinya
penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman panas. Ayam
broiler termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan berusaha
mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relative konstan antara lain melalui
peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi
ransum (Wijayanti, 2011).
1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh
hewan
1.3
Manfaat penelitian
Adapun
manfaat yang diperoleh dari di lakukannya penelitian ini adalah;
Diharapkan dapat mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 8 oktober 2015 di
Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember.
2.2
Alat
dan Bahan
Alat yang di gunakan
adalah sebagai berikut: Thermometer,
Alkohol 70%, Timbangan.
Bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut: Ayam
2.3
Metode
Penelitian
Pada
penelitian kali ini kami melakukan beberapa perlakuan pada ayam yang pertama
pengaruh terhadap suhu tubuh ayam dan yang kedua adalah pengaruh perendaman
terhadap suhu tubuh ayam.pada penelitian pertama, kami mengukur suhu normal
ayam dengan memasukkan thermometer ke kloaka slama 5 menit, lalu ayam di
biarkan berterbangan dan lari-lari selama 10 menit, setelah 10 menit ukur suhu
lagi 5 menit, melakukan seperti itu lagi hingga di dapatkan 3 data. Setelah itu
ayam di diamkan 10 menit, dan di ukur suhu nya, lalu memasukkan ayam ke dalam
air selama 10 menit di ukur lagi suhu nya begitu seterusnya hingga di dapat
data 3 kali.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ayam adalah hewan
homoiotermik, berarti suhu tubuh sama atau konstan atau tidak berubah sama
sekali walaupun suhu atau temperatur lingkungan berubah-ubah. Thermoregulasi
adalah pengaturan panas yang ada dalam tubuh, organ yang mengatur utamanya
adalah hipothalamus.
Menurut Soewolo (2000)
hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh
hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya.
Pada perlakuan pengaruh gerakan tehadap
suhu di dapat kan hasil:
Kel
|
Jenis
Kelamin
|
Berat
Umur
|
Berat
Badan
|
||||
1
|
Jantan
|
Dewasa
|
3 kg
|
||||
2
|
Betina
|
Dewasa
|
3 kg
|
||||
3
|
Jantan
|
Remaja
|
2,3 kg
|
||||
4
|
Betina
|
Remaja
|
3 kg
|
||||
5
|
Jantan
|
Anak
|
1 kg
|
||||
|
Betina
|
Anak
|
1 kg
|
||||
Kel
|
Suhu
|
||||||
Awal
|
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
39,6
|
42,2
|
42,4
|
42,5
|
|||
2
|
41,3
|
41,9
|
43,1
|
43,7
|
|||
3
|
40
|
41,6
|
42,5
|
43,3
|
|||
4
|
42,1
|
42,3
|
42,4
|
42,5
|
|||
5
|
42,3
|
43,8
|
43,1
|
43,1
|
|||
|
42,6
|
43,8
|
43,7
|
43,2
|
|||
Pada perlakuan
pengaruh perendaman terhadap suhu di dapatkan hasil:
Kel
|
Jenis
Kelamin
|
Berat
Umur
|
Berat
Badan
|
||||
1
|
Jantan
|
Dewasa
|
3 kg
|
||||
2
|
Betina
|
Dewasa
|
3 kg
|
||||
3
|
Jantan
|
Remaja
|
2,3 kg
|
||||
4
|
Betina
|
Remaja
|
3 kg
|
||||
5
|
Jantan
|
Anak
|
1 kg
|
||||
|
Betina
|
Anak
|
1 kg
|
||||
Kel
|
Suhu
|
||||||
Awal
|
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
41,6
|
35,5
|
33,3
|
33
|
|||
2
|
43
|
41,1
|
39,6
|
37
|
|||
3
|
42,7
|
34,4
|
32,8
|
32,5
|
|||
4
|
42,2
|
33,5
|
32,8
|
32,5
|
|||
5
|
43,1
|
37,1
|
34,2
|
34,1
|
|||
|
43,1
|
35,9
|
33,9
|
33,4
|
|||
Suhu normal pada ayam berbeda-beda pada suhu awal
sebelum di perlakukan apapun suhu ayam betina dewasa pada kelompok 1 adalah
39,6, dan pada suhu
ayam jantan dewasa kelompok 2 adalag 41,3, pada kelompok 3 pada
suhu ayam jantan remaja 40, pada kelompok 4 ayam
betina remaja memiliki suhu awal 42,1, dan pada kelompok 5
menggunakan 2 ayam yaitu yang pertama ayam jantan anak memiliki suhu 42,3, dan ayam yang kedua
menggunakan ayam betina anak yang memiliki suhu awal 42,6.
Menurut
Imelda (2011), ayam petelur mempunyai variasi temperatur normal yang
dipengaruhi oleh umur, kelamin, lingkungan, panjang waktu siang dan malam serta
makanan yang dikonsumsi. Suhu tubuh normal ayam dewasa 40,00--40,07ºC. Suhu
rektal normal ayam 40,6ºC. Kemampuan adaptasi ayam terhadap panas juga sangat
memengaruhi respon fisiologis ayam.
Berdasarkan teori tersebut dapat kita ketahui bahwa
variasi suhu normal tubuh ayam sebelum di lakukan perlakuan berbeda-beda di
karenakan di pengaruhi oleh jenis umur ayam dimana semakin dewasa maka suhu
tubuhnya sudah semakin menurun hal ini di karenakan ayam sudah tidak produktif
lagi. Kemudian di pengaruhi oleh kelamin kelamin jantan lebih tinggi suhu normalnya
hal ini di karenakan jantan harus bisa mempertahankan kondisi tubuhnya harus
tetap hangat untuk menjaga supaya sperma yang di hasilkan tetap dalam keadaan
prima. Serta makanan yang di konsumsi ketika makanan yang di konsumsi relatif
banyak maka suhu tubuh normal ayam pun semakin tinggi karena energi yang di
hasilkan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan
pergerakan sangat berpengaruh dapat di lihat dari tabel di atas bahwa pada
kelompok 1, 2, 3, 4 pengaruh pergerakan sangatlah berpengaruh terhadap kenaikan
panas tubuh dari ayam ini. Berdasarkan hasil tersebut kita dapat
mengetahui bahwa gerakan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan
kenaikan panas di dalam tubuh. Mekanisme kenaikan panas pada ayam menurut Tamzil
(2014)
dalam keadaan normal, gen HSP seolah-olah tertidur (dormant) dan tidak
berfungsi, sebaliknya bila tubuh mengalami stres berat dan sistem metabolisme
tubuh tidak dapat lagi menahan beban stres tersebut, maka sistem tubuh akan
dihentikan sejenak dan gen HSP akan mengaktifkan diri untuk mengatasi keadaan
dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Ternak yang stres mendorong gen
bekerja sama dengan semua jaringan sel untuk merespons beban panas lingkungan
di atas zona termonetral baik dengan intraseluler maupun ekstraseluler, sebagai
sinyal untuk mengordinasikan metabolisme di seluruh tubuh. Aktivasi sistem ini
tampaknya akan dimulai pada permukaan kulit ketika suhu kulit melebihi 35°C
yang menyebabkan tubuh binatang mulai menyimpan panas dan dihasilkan sinyal
untuk meningkatkan mekanisme evaporasi untuk menghilangkan panas (evaporative
heat loss: EVHL). Itulah sebabnya dalam tubuh ternak unggas yang menderita
stres, tingkat kepadatan HSP 70 di otaknya lebih tinggi dibandingkan dengan
ternak yang tidak stres.
Berdasarkan teori tersebut dapat
kita ketahui bahwa ayam memiliki gen HSP yang nantinya akan mengatur panas
dalam tubuh ayam tersebut ketika dalam keadaan yang normal ayam tidak melakukan
apapun maka yang terjadi gen HSP atau Heat Shock Protein dalam keadaan non
aktif atau dormansi sehingga akan tetapi ketika ayam melakukan pergerakan tanpa
henti ayam akan mengaktifkan gen Heat Shock Protein (HSP) dimana dengan
mengaktivasi sistem ini tampaknya akan dimulai pada permukaan kulit ketika suhu
kulit melebihi 35°C yang menyebabkan tubuh binatang mulai menyimpan panas dan
dihasilkan sinyal untuk meningkatkan mekanisme evaporasi untuk menghilangkan
panas dan melakukan vasodilatasi dimana terbukanya pori-pori pembuluh darah
untuk mengeluarkan air berupa uap air. Sehingga penelitian yang kami lakukan
sesuai dengan teori yang ada akan tetapi ada satu kelompok yaitu kelompok 5
dimana di dapatkan hasil yang suhu atau temperatur ayamnya berkurang di
menit-menit terakhir, hal ini dapat terjadi mungkin di karenakan ayam sempat
dalam keadaan diam sebelum di ukur suhu tubuhnya sehingga di dapatkan hasil
yang turun suhu tubuhnya, seharusnya suhu tubuhnya akan terus naik.
Kemudian pada pengamatan pengaruh
suhu terhadap perendaman kelompok 1, 2, 3, 4, 5 mengalami penuruan suhu semua
tapi penurunan suhunya tidak langsung turun drastis melainkan mengalami
penurunan suhu tubuh yang perlahan-lahan. Hal ini dikarenakan ayam merupakan
homoiotermik yang panas tubuhnya tidak di pengaruhi oleh lingkungan, sehingga
dia dapat mempertahankan panas tubuhnya dengan cara melakukan adaptasi-adaptasi
yaitu terutama melakukan adaptasi fisiologi. Pada saat di rendam terjadi
penurunan suhu panas, pada saat pengamatan berlangsung ayam terlihat menggigil
hal ini dilakukan oleh tubuh ayam untuk menghasilkan panas, dimana pada kondisi
ini sel-sel yang ada di dalam tubuh ayam ini akan meningkatkan laju metabolisme
tubuh dengan meningkatkan pembentukan ATP di dalam mitokondria. Peningkatan ATP
ini nantinya akan mengakibatkan kenaikan suhu dan suhu ayam pun menjadi lebih
hangat.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Soewolo (2000)
yaitu menggigil berarti menggunakan kontraksi otot untuk membebaskan panas.
Sebagai repon terhadap penurunan suhu, sistem syaraf di aktifkan dan
mengakttifkan unit-unit motor kelompok otot rangka antagonistik, sehingga
terjadi gerakan menggigil yang menghasilkan panas. Aktivitas otot mengakibatkan
ATP dihidrolisis untuk menghasilkan energi kimia yang di bebaskan selama
kontraksi dengan wujud panas.
Pada saat ayam mengalami penurunan suhu juga terjadi
vasokontriksi yaitu mengerutnya pembuluh darah superfisial yang ada di
permukaan tubuh dipersempit sehingga mengakibatkan suhu dingin di luar tidak
masuk ke dalam tubuh dan tubuh dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap dalam
keadaan hangat karena pembuluh darah superfisial di persempit. Dan tubuh pun
menjadi lebih hangat.
Pengembangan yang dapat kami dapatkan pada praktikum
kali ini adalah ayam ketika di berikan perlakuan yang berbeda akan melakukan
adaptasi fisiologi yang berbeda pula. Akan tetapi karena ayam merupakan hewan
homoiotermik yang suhu tubuhnya sama atau dapat mempertahankan suhu nya maka
yang terjadi adalah penurunan suhu dan kenaikan suhu tidaklah drastis tetapi
perlahan karena ayam masih dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap dalam
kondisi yang stabil melalui adaptasi-adaptasi fisiologi nya.
4.
KESIMPULAN
Banyak sekali pengaruh terhadap suhu tubuh ayam.
pengaruh yang kita lakukan adalah pengaruh dari luar yang melakukan 2 perlakuan
direndam di dalam air dan menggerakkan tubuh ayam tanpa henti. Pada perendaman
di dalam air suhu tubuh menjadi turun di karenakan penurunan produksi panas dan
ayam melakukan menggigil, vasokontraksi dan meningkatkan laju metabolismenya
untuk menaikkan suhu tubuhnya. Sedangkan pada perlakuan gerakan terhadap suhu
tubuh ayam, suhu tubuh ayam menjadi naik hal ini di karenakan melakukan
adaptasi fisiologi dimana dia harus mempertahankan tubuhnya dingin dengan
melakukan pengeluaran uap air, penurunan laju metabolisme, dan vasodilatasi.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Soewolo.
2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan
Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta:
Penerbit Erlangga
Wijayanti,
Reny, pupa. 2011. EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON
PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD. Jurnal
Penelitian. Vol 2: Halaman 1-6
Imelda,
Rosaliya. 2011. Respon Fisiologis Ayam Petelur Fase Grower Pada Kepadatan
Kandang Yang Berbeda. Jurnal Agriculture.
Vol 1: Halaman 126-132
Tamzil, Mohammad, Hasil. 2014. Stres Panas pada Unggas:
Metabolisme, Akibat dan Upaya Penanggulangannya.Jurnal Wartazoa.Vol 24:Halaman 57-66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar