LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Difusi dan Osmosis: Permeabilitas
Membran Sel dan Plasmolisis”
Oleh:
Nama : Rose Lolita
NIM : 130210103027
Kelas : C
Kelompok : 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.
Judul
Difusi
dan Osmosis: Permeabilitas Membran Sel dan Plasmolisis
II.
Tujuan
1. Mengamati
pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap
permeabilitas membran sel
2. Mengetahui
pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan
III.
Dasar
Teori
Mekanisme lalu lintas membran sel di bedakan menjadi dua yaitu tanspor pasif dan transport aktif.
Transpor pasif merupakan difusi suatu zat melintasi membran biologis tanpa pengeluaran
energi, misalnya: difusi dan osmosis. Sedangkan transpor aktif merupakan pergerakan zat melintasi membran plasma
dengan diiringi penggunaan energi akibat adanya gerakan yang melawan gradient
konsentrasi yang diperantai oleh membran plasma, misalnya transport
natrium-kalium, eksositosis dan endositosis (Campbell. 2010: 143).
Dalam hal ini menurut Campbell (1999 : 147) difusi adalah perpindahan zat (gas, padat atau cair) tanpa
melewati membrane, dari daerah yang konsetrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah sehingga konsetrasi zat menjadi sama.
Menurut Salisbury (1995: 32) difusi merupakan pergerakan
neto dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak
termal dari molekul ion. Pada umumnya air dan bahan yang larut di dalamnya,
masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa, melainkan satu persatu
molekul setiap kali. Karena difusi zat cair yang menempuh jaraj makroskopik itu
berlangsung lambat, dan aliran massa gas dan zat cair sangatlah lazim,maka difusi
bukanlah suatu kejadian yang mudah terlihat. Walaupun demikian, sebenarnya di
fusi mudah untuk di amati.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi,
dimana molekul air akan berdifusi dari potensial air lebih tinggi di luar
menuju potensial air yang lebih rendah dalam larutan sel artinya air akan
berdifusi dari potensial air lebih tinggi di luar menuju potensial air yang
lebih rendah dalam larutan sel. Artinya air akan berdifusi menuruni gradien
potensial air ke dalam larutan. Akibatnya, tekanan di dalam sistem membesar,
yang menyebabkan naiknya cairan dalam tabung osmometer laboratorium atau
naiknya tekanan pada dinding sel (Salisbury. 1995: 45).
Menurut Salisbury
(1995: 5) semua sel memiliki membran yang berfungsi membungkus isinya, tapi sel
hewan dan sel beberapa protista tak berdinding-hanya bermembran, yang kadang
sangat khusus. Sel muda yang sedang tumbuh, beberapa macam sel penyimpan, sel
yang melakukan fotosintesis di daun, semua sel parenkim, dan beberapa jenis sel
lain hanya mempunya sel dinding primer. Dinding ini tipis dan terbentuk selagi
sel sedang tumbuh. Dinding sel membungkus protoplas yang meliputi membran
plasma dan semua yang ada di dalamnya. Membran ini biasanya melekat erat pada
dinding karena adanya tekanan dari cairan di dalam.
Menurut
Lehninger, (1928: 89) secara umum, membran plasma memiliki beberapa peran
penting yaitu:
a.
Sebagai
pembatas lingkungan sitosolik dan lingkungan non sitosolik.
b.
Mengatur
permeabilitas terhadap senyawa-senyawa atau ion yang melewatinya, sifat permeabilitas
ini diatur oleh protein integral/protein transmembran.
c.
Protein
membran berfungsi sebagai enzim khusus, misalnya pada membran mitokondria,
kloroplast, retikulum endoplasma, aparatus Golgi, membran sel dan lain-lain.
d.
Membran sebagai kelompokan molekul yang dapat berfungsi sebagai reseptor
terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, macam dan intensitas
cahaya.
Membran
protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses
plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh
sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan
protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung
yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan
mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang
protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang
tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995).
Komponen
potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air
murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat
dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan
terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan
yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik
yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun
(semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi
maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).
IV. Metode Penelitian
4.1 Alat
dan Bahan
Alat:
1. Tabung
reaksi
2. Stopwatch
3. Kompor
listrik
4. Thermometer
5. Mikroskop
6. Kaca
benda dan kaca penutup
7. Silet/pisau
8. Pipet
tetes
Bahan:
1. Umbi
kunyit
2. Metanol
3. Aseton
4. Akuades
5. Umbi
bawang merah
6. Daun
rhoeo discolor
7. Larutan
gula
8. Larutan
garfis
4.2 Cara Kerja
a. Permeabilitas
membran sel
1.
Memanaskan
air terlebih dulu di atas penganas dan meletakkan thermometer pada air yang
di panaskan untuk mengetahui suhu pada air
|
Memindahkan
air ke dalam tabung reaksi ketika suhu sudah mencapai 40
|
Mengamati
perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung reaksi
|
Memasukkan
2 buah kunyit yang telah di potong dadu 1x1 cm ke dalam tabung reaksi
tersebut, diamkan selama 1 menit
|
Melakukan
langkah yang sama tapi dalam suhu 50
dan 70
dan pada suhu kamar
|
2.
Masukkan
2 dadu kunyit ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan etanol 5 ml,
tunggu hingga 30 menit
|
Masukkan
2 dadu kunyit ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan metanol 5 ml,
tunggu hingga 30 menit
|
Mempersiapkan
bahan dan alat yaitu kunyit yang telah di potong dadu 1x1cm, tabung reaksi,
metanol dan ethanol
|
Mengamati
perubahan warna larutan yang terjadi setelah 30 menit
|
3.
Melakukan
tahapan dan larutan yang sama akan tetapi menggunakan bunya jadam yang di
iris tipi bagian dalamnya
|
Mengamati
di mikroskop perubahan yang terjadi, dan perbedaan ketika di beri 3 larutan
yang berbeda
|
Melakukan
tahapan yang sama tetapi dengan larutan yang berbeda yaitu larutan garfis
dan larutan aquades
|
Menaruh
di atas object glass dan menetesi dengan menggunakan larutan glukosa
|
Menyiapkan
alat dan bahan (Aquades, bawang merah, bunga jadam, mikroskop, beaker
glass, cover glass, object glass, silet)
|
Mengiris
tipis lapisan bawang merah bagian dalam
|
V.
Hasil
pengamatan
5.1 Permeabilitas
Membran Sel
Perlakuan
|
Warna
larutan
|
|
Fisik
(suhu)
|
40
|
+
(Kuning bening)
|
50
|
+
(Kuning bening)
|
|
70
|
++
(Kuning keruh)
|
|
Pelarut
Organik
|
Metanol
|
+++
(Kuning pekat)
|
Etanol
|
+++
(Kuning pekat)
|
|
Kontrol
|
Aquades
|
+
(Kuning bening)
|
5.2 Plasmolisis
1. Bawang
Merah (Allium cepa)
Perlakuan
|
Keterangan
|
Larutan
glucosa
|
Terjadi
plasmolisis, tekanan turgor turun, membran plasma terlepas dari dinding sel
|
Aquades
|
Terjadi
kenaikan tekanan turgor, air masuk ke dalam sel, sel menggembung
|
Larutan
Garfis
|
Tidak
terjadi perubahan bentuk sel tetap seperti semula
|
Gambar sel
a. Larutan
Glukosa
b. Larutan
Aquades
c. Larutan
Garfis
2. Bunga
Jadam (Rhoeo discolor)
Perlakuan
|
Keterangan
|
Larutan
glucosa
|
Selnya
polygonal, warna ungu memudar/luruh, bentuk selnya mengkerut/susut, terdapat
stomata berklorofil
|
Aquades
|
Selnya
tetap polygonal,warna ungu, ada hijau, bentuk sel tetap, tidak mengkerut
|
Larutan
Garfis
|
Selnya
polygonal, warna sudah tidak ungu bentuk selnya tetap, tetapi tidak terlalu
menggembung, terdapat stomata
|
Gambar sel
1. Larutan
Glukosa
2. Larutan
Aquades
3. Larutan
Garfis
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum
kali ini kami melakukan praktikum mengenai difusi dan osmosis pertama mengenai
permeabilitas membran sel dan yang kedua mengenai plasmolisis. Pada praktikum
yang pertama yaitu kami melakukan beberapa perlakukan terhadap kunyit, 2 potongan
kunyit yang berukuran 1x1 cm di masukkan ke perlakuan pertama yaitu perlakuan
fisik (suhu) tabung reaksi dengan suhu 40
,kemudian pada suhu 50
,dan suhu 70
di
3 tabung berbeda, dalam waktu 1 menit lihatlah amati yang terjadi. Kemudian
pada perlakuan selanjutnya yaitu menggunakan bahan organik yaitu methanol dan
ethanol masukkan 2 potong kunyit yang sudah di potong 1x1 cm pada masing masing
tabung reaksi berisi methanol dan ethanol, di tunggu hingga 30 menit dan lihat
perubahan warna yang terjadi pada larutan methanol dan ethanol tersebut. Dan
perlakuan yang ketiga adalah 2 potong kunyit berukuran 1x1 cm di masukkan ke
tabung reaksi berisi aquades dengan suhu ruangan amati perubahan warna yang
terjadi.
Kemudian pada acara
selanjutnya yaitu plasmolisis kami menyayat bawang merah di ambil bagian dalam
yang sangat tipis kemudian di taruh di atas object glass dan di tetesi dengan
menggunakan air kemudian di amati dengan menggunakan mikroskop dimulai dari
perbesaran yang paling kecil. Begitu juga pada saat kita mengamati bunga jadam
tapi yang di sayat bagian yang berwarna merah, di sayat sangat tipis dan di
taruh di atas object glass dan di tetesi dengan air. Pada saat melakukan
pengamatan amati bentuk jaringan perubahan jaringannya.
Hasil pengamatan dari
praktikum mengenai permeabilitas membran adalah ketika di masukkan ke aquades
bersuhu 40
warna larutan berubah menjadi kuning bening,
kemudian pada suhu 50
di
dapatkan hasil larutan berubah menjadi kuning bening dan pada suhu 70
larutan berubah menjadi berwarna kuning keruh.
Warna larutan perlahan-lahan berubah menjadi warna kuning
hal ini di karenakan pigmen warna yang ada di dalamnya keluar di karenakan
perubahan suhu yang terjadi. Kandungan kunyit menurut Nanang (2013) Kunyit berkhasiat sebagai obat-obatankarena mengandung
minyak atsiri (ar-tumeron, αdan β-tumeron, tumerol,
α-atlanton,β-kariofilen,linalol, 1,8 sineol), kurkumin, resin, oleoresin,desmetoksikurkumin,
bidesmetoksikurkumin damar, gom, lemak, protein, kalsium,
fosfor danbesi. Zat warna kuning (kurkuminoid) padakunyit dimanfaatkan sebagai
pewarna untuk makanan manusia dan ternak. Sehingga yang menyebabkan perubahan
warna kuning adalah kandungan kurkuminoid yang terdapat pada kunyit keluar dari
sel.
Kandungan kurkuminoid yang keluar dari sel berarti
menandakan terjadinya pengeluaran zat pelarut dari konsentrasi tinggi yang di
dalam sel menuju ke konsentrasi yang lebih rendah yang berada di luar sel
berarti terjadi proses difusi pada saat kunyit di masukkan ke dalam aquades
yang memiliki suhu rentangan yang lumayan tinggi. Karena suhu yang tinggi
tersebut mengakibatkan energi kinetik menekan partikel partikel yang ada di
dalam sel menjadi cepat, dimana suhu semakin mempercepat laju pegerakan
partikel, karena laju pergerakan partikel nya semakin cepat mengakibatkan isi
dari sel akhirnya keluar dari sel dan sel pun pecah sehingga mengakibatkan zat
warna keluar dari sel dan larut dalam air yang ada di luar sel tersebut. Dalam
hal ini menurut Campbell (1999
: 147) difusi adalah perpindahan zat (gas, padat atau cair) tanpa
melewati membrane, dari daerah yang konsetrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah sehingga konsetrasi zat menjadi sama.
Perbedaan dari warna yang di hasil kan oleh zat warna
kunyit yaitu kurkuminoid pada suhu 40
, 50
, 70
di
karenakan, zat pewarna tersebut sama seperti enzim tidak tahan terhadap suhu
yang tinggi suhu normal dari zat pewarna pada kunyit dan kandungan yang
terdapat pada kunyit hanya dapat bertahan pada suhu 40
, jika lebih dari itu maka yang terjadi
adalah enzim-enzim,kandungan, dan zat pewarna dari kunyit tersebut terdegradasi
dan sel pun akan pecah. Maka dari itulah terjadi perbedaan warna pada suhu 40
warna yang di timbulkan masih berwarna kuning
bening itu menandakan bahwa kandungan yang berada di dalam kunyit masih dalam
kondisi utuh sehingga zat pewarna yang berada di dalam sel tidak keluar di karenakan
suhu masih belum terlalu tinggi dan laju pergerakan partikelnya pun tidak cepat
sehingga sel masih dalam kondisi utuh dan sel tidak banyak yang pecah dan
mengakibatkan perubahan warna pun tidak begitu keuh. Sedangkan pada suhu 50
di
dapatkan hasil larutan berubah warna menjadi kuning bening sam dengan pada suhu
40
hal ini menandakan bahwa pada suhu 50
sel masih banyak yang dalam keadaan utuh di
karenakan partikel-partikel di dalam sel laju nya masih tidak terlalu cepat
sehingga sel masih banyak yang mempertahankan bentuk selnya sehingga ketika sel
masih banyak yang utuh maka zat pewarna yang berada di dalamnya pun tidak
keluar maka dari itu warna larutannya tetap bening. Sedangkan pada suhu 70
berwarna kuning keruh hal ini di karenakan
suhu yang tinggi mengakibatkan energi kinetik menekan sel sehingga mempercepat
laju partikel-partikel di dalam sel, partikel yang semakin berdesak-desakan
mengakibatkan sel pecah atau terdenaturasi dan zat warna yang berada di dalam
sel pun keluar dari dalam sel, banyak sekali sel yang terdenaturasi
mengakibatkan zat warna dari dalam sel tersebut semakin banyak yang keluar dari
sel larutan aquades pun semakin keruh.
Hal ini sesuai dengan teori Nanang (2013) tidak
semua kandungan zat pada suatu bahan makanan mampu bertahan pada suhu yang tinggi.
Kurkumin memiliki titik didih 118
dantitik lebur 180
selama 4 menit, artinyakurkumin benar-benar
rusak sepenuhnya padasuhu 180
. Hampir semua senyawa fenolmengalami
kerusakan akibat suhu pemanasan diatas 85
dengan lama pemanasan lebih dari 5 menit.
Senyawa tannin dan fenilpropanoid rusak pada suhu 120
dengan lama pemanasan selama 4 menit. Senyawa
fenol mengalami denaturasi atau degradasi pada suhupemanasan 87
selama 4 menit.Berdasarkan uraian di atas
untuk itu perluditeliti ketahanan filtrat kunyit dengan suhu pemanasan 90
selama 10 menit sebab kebanyakan masyarakat
Indonesia (khususnya Jawa) mengolah rimpang kunyit denganmenggunakan suhu
pemanasan antara 80–90
dengan lama pemanasan sekitar 10 menit.
Kemudian pada larutan
kedua yaitu methanol dan ethanol di dapatkan larutan berubah warna menjadi
lebih keruh hal ini dapt terjadi menandakan bahwa pelarut methanol dan juga
ethanol mampu menarik senyawa aktif kurkumin yang terkandung dalam kunyit
sehingga keluar dan larutan pun berubah menjadi keruh. Menurut Nabila (2011) metanol
biasa digunakan sebagai pelarut organik, merupakan jenis alkohol yang mempunyai
struktur paling sederhana, tetapi paling toksik pada manusia. Kerusakan pada
sel disebabkan karena radikal bebas, formaldehid dan asam format. Formaldehid
meningkatkan lipid peroksidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel membran
dan kematian sel. Asam format menghambat aktifitas oksidasi mitokondrial
sitokrom, menghalangi metabolisme oksidatif dan mengakibatkan hipoksia
jaringan. Senyawa fenol etanol dan methanol yang
merupakan senyawa fenol utama masing masing
adalah bisferoloimetan atau kurkumin, 4-hidroksi sinamoil feruloil metan atau demetoksikurkumin dan bis bisdemetoksikurkumin. Dalam hal ini kurkumin tidak dapat
larut dalam air tapi dapat larut dalam ethanol.
Sehingga dalam hal ini methanol merusak sel dari kunyit dan
mengakibatkan kurkumin yang berada di dalam sel keluar, karena methanol
merupakan formaldehid mengakibatkan kerusakan sel dan kematian sel dengan
banyak sehingga warna larutan menjadi sangat keruh karena hampir semua sel yang
ada di dalam kunyit hancur dan kurkumin yang ada di dalam nya keluar dari dalam
sel. Zat warna kurkumin merupakan zat terlarut yang nantinya akan larut dengan
pelarut yaitu methanol yang akan berpindah dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi yang rendah.
Kemudian selanjutnya pada pelarut ethanol, pada pelarut
ethanol juga di dapatkan hasil kuning keruh dalam hal ini sama dengan methanol,
ethanol merupakan pelarut organik yang sifatnya toksik artinya ketika sel
terkena ethanol dapat mengakibatkan sel tersebut rusak dan akhirnya kurkumin
yang berada di dalam sel keluar dan karena terlalu banyaknya sel yang rusak
sehingga warna larutan menjadi kuning keruh. Dalam hal ini sesuai dengan teori menurut
Nabila (2011) etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni,alkohol absolute
atau alkohol saja,adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Metabolisme etanol sebagian besar terjadi di hepar, Pada
penggunaan etanol dalam jumlah yang besar atau dalam jangka waktu yang panjang
dapat merusak hepar. Kerusakan hepar akibat etanol disebabkan karena Radikal
bebas, Asetaldehid atau Rasio NAD : NADH.
Sedangkan perlakuan kontrol di dapatkan hasil kuning
bening di karenakan tidak terjadinya perubahan suhu sehinggan mengakibatkan
kurkumin yang berada di dalam sel keluar melalui proses difusi dengan normal.
Dikarenakan suhu yang di gunakan adalah suhu kamar atau suhu normal sehingga
gerakan-gerakan partikel yang ada di dalam nya pun lajunya tidak cepat dan
tidak mengakibatkan sel banyak yang rusak dan kurkumin pun yang terdapat di
dalam sel tidak banyak yang keluar. Jadi kontrol ini menandakan bahwa suhu juga
berpengaruh terhadap laju kecepatan partikel yang ada di dalam sel.
Menurut Olii (2011) fraksi
H7 diuji kemurnian dengan KLT satu dimensi menggunakan berbagai eluen yaitu
n-heksan : etilasetat (7:3), etilasetat : metanol (9,75:0,5), n-heksan : MTC :
aseton (8,5:1:0,5), nheksan : aseton (8,5:1,5), kloroform: metanol (9,5:0,5),
MTC : aseton (9:1). Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa ekstrak kental metanol mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid.
Dan memiliki kandungan fenol lebih banyak metanol daripada etanol. Berdasarkan
teori tersebut kita mengetahui bahwa susunan di dalam etanol dan metanol sama
yaitu utama nya isinya adalah fenol akan tetapi kandungan fenolnya lebih banyak
pada metanol daripada ethanol.
Kemudian acara selanjutnya yaitu plasmolisis kita melakukan
pengamatan terhadap sel dari umbi bawang merah (Allium cepa) dan (Rhoeo
discolor). Pertama kita melakukan penyayatan pada Bawang Merah sangat tipis
kemudian di letakkan di atas kaca benda. Pada tahap pertama yaitu kita
melakukan kontrol yaitu mengamati jaringan sel bawang merah tanpa di beri
larutan apapun untuk mengetahui jaringan sel sebelum di berikan perlakuan. Dari
kontrol tersebut dapat di ketahui bahwa sel bawang merah berwarna keungunan
dengan terdapat inti sel di bagian tengah sel. Setelah melihat kontrol tersebut
barulah kita melakukan perlakuan pertama yaitu di beri larutan glukosa atau
gula (hipertonik), lalu kita melakukan pengamatan di bawah mikroskop di dapatkan
hasil sel berubah dari kondisi awal sel menjadi menjadi mengkerut sel menjadi
lebih kecil dari el sebelumnya, hal ini di tunjukan dengan adanya jarak antara
dinding sel dan membran sel. Hal ini menandakan dimana tekanan turgor turun
mengakibatkan membran plasma terlepas
dari dinding sel dan terjadi plasmolisis akibat sel berada dalam kondisi
larutan hipertonik. Kemudian pada Rhoeo
discolor pada saat sel di masukkan ke larutan gula (hipertonik) warna ungun
pekat berubah menjadi warna ungu memudar/luruh, bentuk selnya pun mengkerut akibat
keluarnya cairan dair dalam sel, keluarnya ari dari sel tersebut menyebabkan
tekanan turgor menurun. Perpindahan molekul air ini disebut dengan osmosis.
Sesuai dengan teori yang ada dimana jika konsentrasi larutan di luar sel lebih
tinggi, maka akan terjadi eksoosmosis dimana air di dalam sel keluar. dari
dalam sel dan terpisahnya antara membran sel dengan dinding sel sehingga
mengakibatkan terjadinya plasmolisis. Sel yang mengalami plasmolisis hanya
sedikit hal ini mungkin di karenakan kurang lama pada saat merendam di dalam
larutan gula sehingga tidak di dapatkan banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Kemudian setelah percobaan menggunakan larutan gula
selesai, kami menggunakan larutan selanjutnya aquades. Yaitu dengan menyerap
larutan gula yang tersisa menggunakan tisu lalu menetesi dengan menggunakan
aquades (hipotonik), lalu mengamati di atas mikroskop. Di dapatkan hasil pada Allium cepa terjadi peruabahn sel yang
tadinya selnya mengerut berubah menjadi menggebug berisi penuh dengan larutan
aquades hal ini di karenakan terjadi kenaikan turgor sehingga mengakibatkan
larutan masuk ke dalam sel terlalu banyak dan sel pun menjadi menggembung kembali
seperti semula. Tapi apabila tekanan turgor yang masuk ke dalam sel semakin
meningkat sehingga sel tidak mampu lagi menampung cairan tersebut maka sel akan
pecah dan terjadi plasmolisis tapi dalam pengamatan kali ini tidak ditemukan
sel yang pecah. Sedangkan pada Rhoeo
discolor dengan cara yang sama setelah di hisap larutan gulanya kemudian di
tetesi dengan menggunakan aquades di dapatkan hasil selnya berbentuk tetap
polygonal, berwarna ungu dan sel tidak mengkerut sama dengan pada Allium cepa berarti menandakan bahwa
terjadi kenaikan tekanan turgor mengakibatkan sel yang tadi nya mengkerut
menjadi terisi kembali karena kenaikan turgor mengakibatkan cairan yang ada di
luar sel menjadi masuk ke dalam sel dan sel pun kembali seperti semula.
Kemudian selanjutnya kita mengambil sayatan baru Allium cepa di taruh di atas kaca benda
kemudian di tetesi dengan menggunakan larutan garfis, di dapatkan hasil tidak
terjadi perubahan bentuk sel mirip dengan keadaan awal sebelum di berikan
perlakuan. Hal ini dapat terjadi di karenakan larutan ini bersifat isotonik
artinya konsentrasi larutan yang ada di luar sel sama dengan yang ada di dalam
sehingga mengakibatkan tidak adanya perpindahan larutan dari dalam ke luar sel
ataupun sebaliknya dari luar sel ke dalam. Begitu juga pada Rhoeo discolor tidak terjadi perubahan
apa apa dimana sel tetap dalam bentuk semula seperti pada saat tidak di beri
perlakuan apapun hal ini menandakan bahwa terjadinya peristiwa isotonik seperti
pada Allium cepa dimana konsentrasi
nya sama antara di dalam sel dan di luar sel sehingga tidak terjadi pemasukan
cairan ke dalam sel atau pun pengeluaran cairan dari dalam sel.
Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa sel tumbuhan yang
di berikan cairan gula selnya akan mengalami plasmolisis dimana terjadi
perpindahan cairan dari dalam sel menuju ke luar sel sehingga mengakibatkan
menurunnya tekanan turgor dari dalam sel dan terjadi plasmolisis. Kemudian pada
larutan aquades setelah sebelumnya di beri larutan gula yang bersifat
hipertonik kemudian di beri larutan aquades terjadi pemasukan air yang
berlebihan ke dalam sel mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan turgor hali
ini menandakan bahwa aquades merupakan larutan hipotonik dan apabila hal ini
terus terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis atau pecahnya sel
yang berisi banyak sekali cairan. Kemudian pada larutan garfis tidak terjadi
perubahan apapun dimana konsentrasi di luar sel dan di dalam sel sama dan tidak
terjadi perpindahan cairan di sebut dengan larutan isotonik.
VII.
KESIMPULAN
1. Pengaruh
suhu terhadap permeabilitas membran adalah pada setiap tumbuhan memiliki
ketahanan yang berbeda-beda, akan tetapi sel tumbuhan jika terkena suhu yang
terlalu panas atau terlalu tinggi mengakibatkan sel yang ada di dalam jaringan
menjadi terdegradasi dan zat warna seperti pada kunyit yaitu zat warna kurkumin
akhirnya keluar dari sel dan mengakibatkan zat pelarutnya menjadi berwarna
peristiwa ini disebut juga dengan difusi dimana . Kemudian pengaruh kimia yaitu
jenis pelarut terhadap permeabilitas membran adalah pelarut kimia metanol dan
etanol memiliki senyawa formaldehid di dalamnya meningkatkan lipid peroksidase
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel membran dan kematian sel dan akhirnya
sel mengalami hipoksia terjadi peristiwa difusi juga dimana zat terlarut yaitu
kurkumin yang berada di dalam kunyit keluar ke konsentrasi yang lebih rendah
yanitu di luar sel menuju ke pelarut.
2. Pengaruh
larutan hipertonik yaitu terhadap Allium
cepa dan Rhoeo discolor yaitu terjadi
perubahan sel yang semakin mengerut dimana terjadi pengeluaran cairan yang
terlalu banyak mengakibatkan turunnya tekanan turgor dan terjadilah
plasmolisis. Sedangkan pengaruh larutan hipotonik yaitu aquades terhadap Allium cepa dan Rhoeo discolor yaitu sel berubah menjadi semakin menggembung
menandakan adanya pemasukan cairan ke dalam sel dan terjadi kenaikan tekanan
turgor jika tekanan turgor terus naik dan mengakibatkan isi di dalam sel
menjadi terlalu penuh akan mengakibatkan plasmolisis. Dan pada larutan garfis
tidak terjadi perubahan bentuk sel hal ini di karenakan larutan garfis
merupakan larutan isotonik dimana konsentrasinya adalah sama sehingga tidak
mengakibatkan perubahan bentuk sel.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
KEL.
|
Perilaku Fisik &Kimia
|
|
Suhu
|
Pelarut organik
|
|
1
|
||
2
|
||
3
|
||
4
|
KEL.
|
GLUKOSA
|
GARFIS
|
AQUADES
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar