Nim : 130210103027
Ketajaman
penglihatan, sensitivitas dan binokular pada kelelawar pemakan serangga
Macrotus
californicus (Chiroptera: Phyllostomidae)
Pendahuluan
Penglihatan
michiroptera dapat di pelajari secara luas, melalui beberapa penemuan yang mengindikasikan
bahwa banyak anggota dari kelelawar memiliki mata yang sama dengan mamalia
nocturnal kecil lainnya. Beberapa author atau penulis berpendapat bahwa
ketajaman penglihatan dan sensitivitas pada kelelawar bervariasi. Misalnya pada
Desmodus rotundus memiliki ketajaman penglihatannya dengan resolusi 48’ pada 310
lux. Untuk menentukan respon penglihatan dari famili kelelawar menunjukkan
beberapa Microchiroptera memiliki kemampuan penglihatan di bawah penerangan
pada umumnya. Mereka dapat menemukan makanan seperti buah-buahan dan nektar
dengan sangat cepat karena memiliki daya sensitivitas nocturnal yang sangat
tajam contohnya seperti Anoura dan Carollia memiliki ketajam sekitar 0-29
. Sedangkan pada spesies kelelawar
pemakan serangga memiliki penglihatan yang rendah dengan ketajaman yang umumnya
sekitar 3-6
contohnya Myotis
lucifugus.
Penglihatan pada
kelelawar dapat di indentifikasi berdasarkan kebiasaan dan pengelakan atau
penghindaran pada saat di berikan rintangan. Yang paling penting pada penglihatan
kelelawar adalah ekolokasi yang berbeda pada setiap kelelawar, perbedaan ini
terjadi karena beberapa faktor yaitu strategi mendapatkan makanan, bertengger
dan kebiasaan mencari jodoh dan waktu aktivitasnya. Perbedaan yang paling dalam
adalah refleks kurang lebih 40 lipatan dengan jarak yang relatif karena
memiliki ukuran mata pada kelelawar berbeda. Ada beberapa kategori dari
kelelawar berdasarkan kemampuan penglihatannya, sebagai “nocturnal
insectivorous” atau hewan nosturnal pemakan serangga (dengan penglihatan yang
sangat rendah) dan secara parsial pemakan serangga.
Akhir-akhir ini, di
temukan ketajaman penglihatan pada Macrotus
californicus yaitu kelelawar kecil padang pasir yang mengumpulkan makanan,
dengan menggunakan penglihatannya untuk mengetahui mangsanya, produksi
ekolokasi dapat di panggil ketika penerangan cukup untuk mencari makanan
menggunakan penglihatan. Macrotus
californicus memproduksi intensitas cahaya rendah, memiliki frekuensi
tinggi, frekuensi di atur oleh pemanggilan pada saat ekolokasi, dan dapat
mengetahui mangsanya sebagai efisiensi dari total kegelapan yang di gunakan
untuk ekolokasi berdasarkan penerangan dengan menggunakan penglihatan. Tujuan
pada penelitian kali ini menggunakan Macrotus
californicus adalah untuk mengetahui test-test kebiasaan pada beberapa
penentuan kuantitatif kemampuan penglihatan.
Metode
penelitian
Untuk menentukan
ketajaman penglihatan kami menggunakannsistem optomotor. Test yang di lakukan dilakukan
pada kadang silindris yang memiliki diameter 12 cm dan tinggi 20cm. Kelelawar
memiliki penyarigan level cahaya pada
sistemnya selama 30 menit dengan rotasi dari pergerakan tangan 1-5 rpm. Jika
kelelawar memecahkan garis ketika
terjadi perlambatan rotasi penglihatan maka penglihatannya mengalami perlebaran.
Untuk menyeimbangkan penglihatan kelelawar ini menggunakan tubuhnya. Suatu
level dapat di pelajari menggunakan lebar garis yang nantinya mengindikasikan
bahwa kelelawar merespon pergerakan pada garis. Kita menggunakan tanda garis
dengan garis dengan jarak 1
, 30’, 15’, 3’38’’ jika di lihat
dariposisi kelelawarpada tes cage. Kelelawar merespon minimum garis dengan
lebar 3’38’’ dimana dengan garis putih sebagai control, untuk menjelaskan
respon pergerakan dari garis tersebut dan tidak perlu di ketahui vibrasi atau
rotasi dari drum. Untuk kelelawar yang sensitifnya rendah, garis lebarnya di
bawah garis minimum darikontrol.
Untuk mengetahui efek
dari penyinaran pada ketajaman penglihatan, kita menggunakan tes optomor yang
berbeda dengan tingkatan pemberian penyinaran yang berbeda. Tong atau drum di
berikan penyinaran dari atas akan tetapi penyinarannya lemah 100-W lampu pijar
yang di gunakan begerak melalui filter
yang memiliki lebar 460-580 nm, nantinya spektrun cahaya in akan di serap oleh
pigmen penglihatan pada kelelawar. Kelelawar yang di berikan test berhubungan
dengan penyinaran, dan sumber cahaya pada situasi ini di letakkan di sekitar
tong atau drum promotor. Jadi metode promotor ini merupakan metode yang di
gunakan untuk mengetahui ketajaman penglihatan padakelelawar dengan memberikan
intensitas cahaya tertentu pada drum atau rong optomor, di dalam drum ini
terdapat kelelawar, menilai ketajamannya dengan respon yang di berikan oleh
kelelawar itu sendiri.
Pembahasan
dan Hasil
Pada demonstrasi Macrotus jika dilakukan perbandingan dengan
kemampuan penglihatan dengan A.pallidus and
E.fuscus. Berdasarkan tabel yang ada
hasil penelitian di temukan bahwa Macrotus
memang merespon rotasi dari garis hanya 3’38’’ dari sudut 82% dengan 40 kali
percobaan. Pada tabel terlihat kemerosotan respon karena jarak intensitas
cahaya yang di gunakan. A.pallidus
memiliki nilai 10% pada 3’38’’, bahkan pada tinggi penyinaran tapi sebenarnya
merespon 98% dari tes garis yang di lakukan pada 15’, kemudian terjadi
kemerosotan respon lagi dengan intensitas cahaya yang berkurang. Pada
demonstrasi penglihatan E.fuscus memiliki
penglihatan yang paling miskin atau rendah.
Dari ketiga spesies yang
di gunakan, A.pallidus adalah yang
paling responsif terhadap bidang visual yang bergerak, dan terbukti lebih sulit
pada saat tes, pada suatu tes, di bawah penyinaran dengan menggunakan garis,
ada beberapa individu yang tertidur dengan mengabaikan proses atau tes yang di
berikan. Kami mendapatkan keakuratan pada hasil negatif A.pallidus
pada kewaspadaan yang terlihat pada saat test yag diberikan. M.californinicus sangat waspada terhadap
pergerakan yang di berikan pada drum atau tong, dimana kelelawar ini memberikan
respon yang di timbulkan dengan suaranya yang melengking.
Hasil dari penelitian
kali ini ketiga spesies yang di gunakan memiliki pelebaran monokular yang sama,
akan tetapi pada mata M.californinicus
pada posisi anterior memiliki kedua
binokular jika di bandingkan dengan spesies lainnya.
Dimana sensitifitas M.californinicus terhadap kecerahan sama
dengan spesies lainnya. Kemudian pada spesies kelelawar E.fucus membuat 90% respon yang benar terhadap kecerahan sederhana
yang kurang dari
mL,
melalui respon yang optimal sekitar 1mL. Daerah putih pada retina menerima
elektroretinografik yang di berikan dan meresponnya yaitu pada spesies Myotis myotis pada
mL, dan merespn penuh pada kecerahan
mL. Pada demonstrasi perlakuan E.fucus stimulasi 1-5
m
L, tapi hasil yang di dapatkan test pada hewan mendeteksi titik sumber cahaya
pada latar belakang hitam sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.
Ketajaman penglihatan
pada M.californinicus merupakan hal
yang menarik karena mereka mengembangka penglihatan untuk strategi perburuan
mereka. M.californinicus pada keadaan
diam penglihatannya dapat melihat partikel makanan sebesar 2x5 mm pada jarak
kurang lebih 0-5mm
Kesimpulan
Dari ketiga spesies yang di lakukan perlakuan yang sama
di dapatkan spesies yang paling responsif terhadap perlakuan yang di berikan
adalah A.pallidus karena hanya
spesies ini yang merespon bidang visual serta penyinaran yang di berikan akan
tetapi A.pallidus tidak waspada
terhadap rintangan yang di berikan. Lalu yang memiliki kewaspaan yang tinggi
terhadap pergerakan yang di berikan adalah M.californinicus.
Kemudian yang memiliki penglihatan yang paling rendah adalah E.fuscus. Jadi ketajaman penglihatan
pada beberapa spesies kelelawar yang paling tajam adalah A.pallidus, kemudian M.californinicus,
dan yang terakhir yang penglihatannya paling rendah adalah E.fuscus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar