LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Penguapan Air Melalui Proses
Transpirasi”
Oleh:
Nama : Rose Lolita
NIM : 130210103027
Kelas : C
Kelompok : 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.
Judul
Penguapan Air Melalui
Proses Transpirasi
II.
Tujuan
Untuk mengetahui proses
dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
III.
Dasar
Teori
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan
air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat
saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang
hilang melalui stomata. Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk
kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut
dinamakan transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun
secara langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap
dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel.
Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang
dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari
protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel
sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem
(Loveless, 1991: 97).
A. Faktor luar yang mempengaruhi transpirasi adalah :
1. Sinar matahari
Seperti
yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan
gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat
transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar
infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .
2. Temperatur
Merupakan
faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada
dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu
udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih
tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat
pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air
di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah
tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga
menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu
tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi
tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan
ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
3. Kebasahan udara
(Kelembaban udara)
Pada hari
cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian
itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di
luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan
uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari
konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun.
Kesimpulannya
ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan
transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya
dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut
bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi.
Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap
air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan
menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor
lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara .
4. Angin
Pada
umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa
pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap
yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar
. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui
penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin
terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju
transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran
uap air.
Dalam udara
yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar
permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan
tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara
jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi
seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai
penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu,
dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air
untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah
tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah
tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan
daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara
tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi
karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap
tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga
mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu
meningkatkan transpirasi
5. Keadaan air dalam tanah
Air di
dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman
mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang
ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air
lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air
melalui akar.
Tersedianya
air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke
sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak.
Laju
transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air
dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang
lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit
air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena
suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun,
sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar
menjadi lebih lambat (Tjitrosomo, 1990:203).
B. Faktor dalam yang mempengaruhi transpirasi adalah:
1. Penutupan stomata
Sebagian besar
transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus
air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika
stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan
penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan
stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran
stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih
sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3. Jumlah daun
Makin luas daerah
permukaan daun, makin besar transpirasi.
4. Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman
mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi
apabila persediaan air terbatas.
5. Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan
kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan
proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air,
dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan
air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Lakitan,
1993:87).
Kekurangan air
di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan
pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau
disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui
stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga
berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang
berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup
yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga.
Mekanisme
menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman,
atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan
hormon asam absisat. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi
tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka
stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang
banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA).
ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan
sehingga stomata segera menutup. Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman
kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Mekanisme
membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman
kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari
kehilangan air melalui penguapan.
Mekanisme
toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman kekeringan meliputi (i)
kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan
menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh, (ii) kemampuan akar untuk
menyerap air di lapisan tanah paling dalam, (iii) kemampuan untuk melindungi
meristem akar dari kekeringan dengan meningkatkan akumulasi senyawa tertentu
seperti glisin, betain, gula alkohol atau prolin untuk osmotic adjustment dan
(iv) mengoptimalkan peranan stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun
(Gati, 2006: 2).
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat
dan Bahan
Alat :
1. Ember
2. Gelas
ukur 10 ml
3. Timbangan
4. Kertas
kuarto
5. Kertas
grafik
6. Kaca
benda
7. Kaca
penutup
8. Mikroskop
9. Rak
tabung
Bahan
:
1. Aquades
2. Minyak
kelapa
3. Acalypha sp.
4. Bauhinia sp.
5. Kuteks
bening
4.2 Cara
Kerja
Transpirasi
Memotong
Acalypha di dalam air dan
memasukkan nya ke dalam air
|
Mencatat
ukuran air pada setiap 5 menit
|
Mengamati
dengan menggunakan mikroskop perbesaran 10x10
|
Mengamati
berkurangnya air yang terdapat pada gelas ukur pada gelas ukur di keadaan
terik, teduh dan kontrol setiap 5 menit sekali selama 30 menit
|
Mengambil
dengan menggunakan pinset kuteks yang sudah kering tersebut
|
Menaruh
di atas kaca benda lalu tetesi dengan air dan tutupi dengan menggunakan
kaca penutup
|
Menghitung
stomata bagian atas dan bagian bawah daun
|
Memasukkan
ke dalam rumus untuk mengetahui luasnya
|
Memberi
kuteks pada daun bagian atas dan bagian bawah, tunggu hingga kering
|
Mengambil
daun yang di gunakan pada perlakuan sebelumnya
|
Memasukkan
tangkai Acalypha yang ada daunnya
ke 2 gelas ukur yang satunya tidak di beri tangkai untuk kontrol
|
Menuangkan
minyak kelapa ke dalam 3 gelas ukur
|
Membawa
satu gelas ukur di panas terik matahari dan dua di tempat teduh
|
Menjiplak
di atas kertas grafik lalu untuk menghitung luasnya
|
Memasukkan
aquades ke dalam 3 gelas ukur tiap gelas ukur berisi 8 ml
|
V.
Hasil
Pengamatan
Kel
|
Tumbuhan
|
Waktu
|
Rata-rata air menguap (ml)
|
Laju transpirasi
|
Stomata
|
Luas Daun
|
||||||
5’
|
10’
|
15’
|
20’
|
25’
|
30’
|
Atas
|
Bawah
|
|||||
1.
|
Terik
|
8,2
|
8,1
|
8,1
|
8
|
7,9
|
7,8
|
0,07
|
3,89x
|
0
|
146624,2
|
4900
|
Teduh
|
8,4
|
8,4
|
8,4
|
8,4
|
8,4
|
8,3
|
0,02
|
1,11x
|
||||
Kontrol (d)
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
0
|
0
|
||||
Terik
|
8,5
|
8,1
|
7,9
|
7,8
|
7,7
|
7,6
|
0,15
|
8,33x
|
149808,917
|
24968,95
|
5600
|
|
Teduh
|
8,2
|
8,2
|
8,2
|
8,2
|
8,2
|
8,1
|
0,02
|
1,11x
|
||||
Kontrol (d)
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
0
|
0
|
||||
Terik
|
8
|
8
|
7,9
|
7,9
|
7,8
|
7,8
|
0,03
|
1,67x
|
764,33
|
26715,16
|
2400
|
|
Teduh
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
0
|
0
|
||||
Kontrol (d)
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
0
|
0
|
||||
Terik
|
8,3
|
8,2
|
8,1
|
8
|
7,9
|
7,6
|
0,13
|
7,22x
|
3300
|
|||
Teduh
|
8,2
|
8,2
|
8,2
|
8,2
|
8,2
|
8,1
|
0,02
|
1,11x
|
467,4
|
12191
|
||
Kontrol (d)
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
0
|
0
|
VI.
Pembahasan
Transpirasi merupakan
proses hilangnya air berupa uap air melalui stomata yang ada di daun ataupun
melalui lentisel yang terdapat di batang. Fungsi dari transpirasi sendiri
adalah mempercepat pengangkutan unsur hara melalui xilem, membantu penyerapan
air dan unsur hara oleh akar, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada
kondisi optimal, dan mempertahankan suhu permukaan daun. Artinya fungsinya juga
sebagai pengatur suhu di dalam tubuh ketika terlalu panas dia akan menguapkan
air yang ada di dalam tubuhnya ketika dalam keadaan dingin dia akan
mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi penguapan.
Pada praktikum kali ini
kami melakukan pengamatan terhadap laju transpirasi Bauhinia sp. dimana pertama kami memasukkan terlebih dahulu aquades
ke dalam gelas ukur sebanyak 7 ml ke 3 gelas ukur lalu memotong-motong Bauhinia sp. di dalam air. Setelah itu
memasukkan Bauhinia sp. ke dalam 2
gelas ukur tersebut yang satu tidak di isi dengan Bauhinia sp. di gunakan sebagai kontrol, dan memasukkan minyak
goreng ke dalamnya lalu menaruh di di dua tempat, yang 1 gelas ukur di tempat
terik dan 1 gelas ukur di tempat teduh dan kontrol bisa di diletakkan di dalam
ataupun luar. Lalu amati setiap 5 menit sekali selama 30 menit.
Kemudian setelah 30
menit jika kita bandingkan antara bauhinia yang berada di tempat terik dan di
tempat yang teduh. Laju transpirasi di tempat terik lebih besar daripada di
tempat teduh. Dapat kita lihat dari pengamatan oleh beberapa kelompok bahwa
ditemukan jika kelembaban itu mempengaruhi laju transpirasi. Kemudian jika kita
lihat suhu di luar lebih tinggi daripada di tempat teduh di karenakan semakin
tinggi suhu maka akan mempercepat laju transpirasi di karenakan penguapan di permukaan
sel mesofil yaitu pada stomata juga meningkat, sehingga air yang terdapat di
dalam gelas ukur mengalami penurunan air di dalam gelas ukur. Kami tidak
melakukan pengukuran suhu di luar atau di tempat terik tersebut akan tetapi
jelas suhu di luar lebih panas jika di banding kan dengan suhu di dalam ruangan
dikarenakan terpapar langsung oleh cahaya matahari jelas suhunya lebih tinggi
daripada di dalam ruangan. Kemudian intensitas cahaya yang mengenai tumbuhan
secara langsung pun juga mempengaruhi kecepaan transpirasi pada tumbuhan,
dimana tanaman akan lebi cepat bertranspirasi di tempat terang jika di banding
kan dengan di tempat gelap, di karenakan cahaya dapat merangsang terbukanya
stomata sehingga jika di tempat terang stomatanya terbuka terus menerus maka
yang terjadi adalah proses transpirasi menjadi semakin cepat. Kemudian angin
juga berpengaruh terhadap kecepatan laju transpirasi dimana ketika angin tidak
bertiup berada di dalam ruangan mengakibatkan mengakibatkan udara yang berada
di sekitar daun menjadi lembab sehingga laju transpirasi turun, dan pada tempat
diluar terkena tiupan agin terus menerus mengakibatkan udara lembab di
sekitaran daun tersebut menjadi tertiup angin dan akan mempercepat laju
transpirasi maka daari itu lah Bauhinia sp.
di tempat terik lebih cepat jika di bandingkan dengan laju transpirasi di
tempat yang teduh.
Pada praktikum kali ini
kami menggunakan minyak kelapa yang di tarus di atas air yang terdapat Bauhinia sp. dan juga untuk kontrol yang
tidak di beri Bauhinia sp. fungsi
dari minyak kelapa itu sendiri adalah untuk mengurangi penguapan yang terjadi
sehingga di harapkan proses transpirasi terhambat dan berkurang. Menurut
Fessenden (1982) asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisa suatu lemak
atau minyak disebut asam lemak. Asam lemak merupakan bahan dasar pada industri
oleo kimia. Dari asam lemak ini dapat diturunkan berbagai turunan asam lemak
seperti : amida asam lemak, alkohol asam lemak dan metil ester asam lemak yang
kemudian dapat diubah kedalam berbagai turunan asam lemak melalui amidasi,
klorinasi, hidrogenasi, sulfasi, sulfonasi dan reaksi lainnya. Karena sifat
minyak seperti yang di sebutkan di atas mengakibatkan minyak tidak dapat
menyatu dengan air dan dapat mengurangi terjadi nya penguapan air.
Pada praktikum kali ini
kami memotong Bauhinia sp. di dalam
air tujuannya adalah untuk mencegah adanya udara terperangkap di jaringan
batang sehingga dapat mengganggu pada saat pengamatan. Serta supaya daun tetap
dalam keadaan segar pada saat di lakukan perlakuan. Dan proses transpirasi pun
dapat dilakukan dengan baik karena tumbuhan masih dalam keadaan aktif artinya
masih dapat melakukan transpirasi walaupun sudah lepas dari pohonnya. Jadi
selain itu juga untuk mempertahankan keadaan sel di dalam Bauhinia sp. masih utuh masih aktif melakukan kegiatan di dalam sel
sehingga pada saat perlakuan sel masih dapat melakukan transpirasi dan stomata
pun masih bekerja dengan normal.
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi laju transpirasi di bagi menjadi 2 yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor luar yaitu faktor yang mempengaruhi laju transpirasi di
luar sel-sel tumbuhan tersebut. Ada beberapa macam faktor luar yang pertama
adalah sinar matahari, sinar matahari yang berasal dari luar tumbuhan sangat
berpengaruh terhadap laju transpirasi dimana semakin lama terkena sinar
matahari maka laju transpirasi karena lingkungan luar panas atau suhu tinggi
mengakibatkan stomata yang berada di bawah daun terbuka sehingga uap air keluar
sangat banyak, kebalikannya jika tidak terpapar matahari atau dalam kondisi
gelap maka stomata yang berada di bawah daun akan tertutup. Kemudian faktor
luar selanjutnya adalah suhu dimana semakin naik suhu menambah tekanan uap di
dalam daun karena tekanan uap air di dalam daun naik mengakibatkan laju transpirasi
semakin cepat. Begitu
juga sebaliknya jika suhu di di luar turun maka mengakibatkan tekanan uap yang
ada di dalam sel menjadi turun mengakibatkan laju transpirasipun menjadi
turun.
Faktor
luar selanjutnya kelembaban udara dimana ketika suatu lingkungan dalam keadaan
matahari terik tekanan uap air di dalam semakin tinggi daripada di luar
mengakibatkan molekul air nantinya akan berdifusi dari konsentrasi tinggi (di
dalam) ke konsentrasi rendah (di luar). Sehingga dapat di simpulkan udara
kering yaitu pada saat kondisi kering melancarkan transpirasi sedangkan udara
basah menghambat transpirasi yang terjadi. Selanjutnya faktor kecepatan angin
yang terdapat pada lingkungan yang kami lakukan penelitian, dimana ketika
terdapat angin terjadi perpindahan uap air dari permukaan daun atas maupun
bawah sehingga menurun kan kelembaban ketika terjadi penurunan kelembaban maka
mengakibatkan laju transpirasi meningkat. Faktor selanjutnya yaitu penyediaan
air, apabila dalam kondisi siang hari seperti yang kita lakukan pengamatan laju
transpirasi lebih cepat daripada penyerapan air oleh akar tersebut.
Kemudian
faktor dalam yang mempengaruhi laju transpirasi pada praktikum kali ini adalah
penutupan dan pembukaan stomata, proses transpirasi kebanyakan terjadi melalui
stomata pembukaan dan penutupan stomata utamanya di pengaruhi oleh tingkat
cahaya dan kelembaban. Jika stomata terbuka lebar maka laju transpirasi semakin
cepat begitu pula sebaliknya. Selanjutnya faktor jumlah dan ukuran stomata,
dimana tidak begitu berpengaruh terhadap laju respirasi yang terjadi, lebih
berpengaruh pembukaan dan penutupan stomata dari pada jumlah dan ukuran stomata.
Jika kita lihat dari perluasan daun makasangat berpengaruh semakin luas
permukaan daun maka mengakibatkan penerimaan cahaya semakin luas sehingga
mengakibatkan naiknya laju transpirasi begitu pula sebaiknya. Ada faktor lain
yang berasal dari dalam tumbuhan di antaranya ada beberapa tumbuhan yang
memiliki mekanisme untuk mengurangi terjadi nya transpirasi yaitu dengan cara
menggulungkan daunnya, hal ini dapat terjadi apabila kondisi di dalam tubuhnya
benar-benar kekurangan sehingga mengakibatkan dia harus berhemat jangan sampai
mengeluarkan air dengan cara tersebut. Yang terakhir adalah poliferasi akar
dimana semakin dalam akar melakukan poliferasi maka akan semakin banyak air
yang di serap.
Selanjutnya menurut Campbel (1999) mengemukakan
bahwa stomata adalah pori yang sangat kecil yang diapit oleh sel epidermal yang
telah mengalami spesialisasi yang disebut sel penjaga (guard cell).
Stomata berfungsi sebagai pintu masuknya CO2 ke dalam daun untuk berlangsungnya
fotosintesis dan tempat terjadinya penguapan air berupa uap air (transpirasi).
Stomata kebanyakan terdapat di bagian bawah daun fungsinya adalah supaya tidak
terjadi transpirasi secara besar-besaran bayangkan jika stomata berada di
bagian atas daun maka apa yang terjadi tumbuhan akan cepat sekali layu karena
kehilangan air akibat penguapan. Jumlah stomata pada suatu tumbuhan semakin
banyak maka semakin cepat laju transpirasi yang terjadi, biasanya tumbuhan yang
memiliki stomata banyak dan ukurannya besar merupakan tumbuhan yang memiliki
cukup air atau berlebihan air sehingga dia harus mengeluarkan air banyak juga supaya
tidak terjadi pembusukan pada bagian batang dan dia dapat bertahan hidup.
Sedangkan pada beberapa tanaman yang beradaptasi
dengan kekeringan tumbuhan akan mempertahankan air di dalam tubuhnya agar tidak
terjadi kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata
sehingga dia dapat bertahan hidup karena laju transpirasi sedikit dan dia dapat
mempertahankan hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Gati (2006) yaitu
beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi
ukuran stomata dan jumlah stomata. Dan juga Suyitno (2003) Transpirasi dapat
merugikan tumbuhan bila lajunya terlalu cepat yang menyebabkan jaringan
kehilangan air terlalu banyak selama musim panas dan kering sehingga tumbuhan
harus mengurangi jumlah pembentukan stomata dan ukuran stomata di kecilkan
untuk mengurangi terjadinya penguapan selama musim panas terjadi.Sehingga dapat
kita ketahui bahwa tumbuhan memiliki adaptasi masing-masing mengenai banyak sedikitnya
jumlah stomata dan proses transpirasi yang terjadi, semakin banyak stomata maka
semakin cepat laju transpirasi yang terjadi dan biasanya di lakukan oleh
tumbuhan yang memiliki cukup air atau terlalu banyak air (penyerapan air) sehingga
mereka harus melepaskan air yang banyak untuk mengurangi air yang terdapat
dalam tubuhnya. Sebaliknya tumbuhan yang beradaptasi di daerah yang kering akan
mengurangi pembentukan stomata dan ukuran stomata, artinya akan mengurangi
jumlah stomata dan ukuran stomata untuk mengurangi kehilangan air yang banyak
dan dia dapat bertahan hidup.
VII.
Kesimpulan
Proses penguapan air di inisiasi oleh pembukaan stomata yang
di stimuli oleh faktor luar berupa cahaya, dimana prosesnya adalah cahaya masuk
terjadi fotosintesis dalam sel-sel mesophyl, mengakibatkan berkurangnya CO2
dalam ruang antar sel dan menaikan pH dalam sel penutup terjadi perubahan enzimatik
menjadi gula mengakibatkan menaikkan kadar gula, menaikkan tekanan osmotic dari
getah sel sehingga menaikkan turgor sehingga mengakibatkan stomata membuka.
Selain cahaya suhu juga mempengaruhi terjadinya laju transpirasi dimana semakin
tinggu suhu maka semakin cepat laju transpirasinya. Kemudian angin juga
mempengaruhi laju transpirasi di karenakan adanya angin akan menghilangkan
kelembaban yang terdapat di atas stomata dan akhirnya stomata dapat melakukan
transpirasi.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel pengamatan (Terik)
MENIT
|
KEL.
1
|
KEL.
2
|
KEL.
3
|
KEL.
4
|
5
|
||||
10
|
||||
15
|
||||
20
|
||||
25
|
||||
30
|
Tabel Pengamatan (Teduh)
MENIT
|
KEL. 1
|
KEL. 2
|
KEL. 3
|
KEL. 4
|
5
|
||||
10
|
SAMA
|
SAMA
|
SAMA
|
|
15
|
SAMA
|
SAMA
|
SAMA
|
|
20
|
SAMA
|
SAMA
|
SAMA
|
|
25
|
SAMA
|
SAMA
|
SAMA
|
|
30
|
SAMA
|
SAMA
|
Tabel Stomata Mikroskop
KEL
|
EPIDERMIS
ATAS (TEDUH)
|
EPIDERMIS
ATAS (TERIK)
|
EPIDERMIS
BAWAH (TEDUH)
|
EPIDERMIS
BAWAH (TERIK)
|
1
|
||||
2
|
||||
3
|
||||
4
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar