LAPORAN
PRAKTIKUM
ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA
“Sistem
Ekskresi”
Oleh:
Nama : Rose Lolita
NIM : 130210103027
Kelas : C
Kelompok : 1
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
I.
Judul : Sistem Ekskresi
II.
Tujuan : Mahasiswa mengetahui
anatomi dan posisi organ-organ pada sistem ekskresi
III.
Tinjauan
Pustaka
Ekskresi merupakan
proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair ataupun zat gas.
Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu
(hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari
dalam tubuh jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang
ada di dalam tubuh bahkan meracuni tubuh (Waluyo, 2016: 23).
Hewan-hewan
dari berbagai spesies menghasilkan zat buangan cair yang disebut urin melalui
langkah-langkah dasar yaitu pertama-tama, cairan tubuh (darah, cairan selom
atau hemolimfe) bersentuhan dengan membarn permeabel selektif dari epitelium
transpor. Pada sebagian besar kasus, tekanan hidrostatis (tekanan darah pada
banyak hewan) mendorong suatu proses filtrasi. Sel-sel, seperti protein dan
molekul besar lainnya tidak dapat melintasi membran epitel dan tetap berada
didalam cairan tubuh. Sebaliknya, air dan zat-zat terlarut yang kecil seperti
garam, gula, asam amino, dan zat-zat buangan bernitrogen , melintasi membran
tersebut dan membentuk suatu cairan yang disebut filtrat (Campbell, 2008: 124).
Filtrat
dikonversi menjadi cairan buangan melalui transpor spesifik material kedalam
atau keluar filtrat. Proses reabsorpsi memulihkan molekul-molekul yang berguna
dan air dari filtrat dan mengembalikannya ke cairan tubuh. Zat terlarut yang
berharga termasuk glukosa, garam-garam tertentu, vitamin, hormon dan asam amino
direabsopsi melalui transpor aktif. Zat terlarut nonesensial dan zat buangan
ditinggalkan didalam filtrat atau ditambahkan ke cairan tersebut melaui sekresi
selektif yang juga terjadi melalui transpor aktif. Pemompaan berbagai zat terlarut
itu menyesuaikan pergerkan osmotik air kedalam atau keluar filtrat. Pada
langkah terakhir ekskresi, filtrat yang telah diproses akan dilepaskan dari
tubuh sebagai urin (Campbell, 2008: 124).
Di dalam sistem
ekskresi sendiri terdapat organ-organ dan alat-alat ekskresi pada manusia
diantaranya yaitu kulit, paru-paru, hati dan ginjal.
a.
Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling
besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ
yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter persegi dengan
berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau
beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit memiliki fungsi melindungi
bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan
ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan
tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang
sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat
serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra
violet matahari (Suntoro, 1990: 32).
Kulit terbagi menjadi 3
bagian besar yaitu epidermis, dermis dan juga hipo dermis. Yang pertama epidermis,
epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda
pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1
milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis
disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari
plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis
(Sayfuddin, 2004).
Lapisan epidermis
terdiri atas stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, dan stratum
germinativum. Stratum korneum tersusun dari selsel mati dan selalu
mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan
berfungsi mengganti stratum korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel
yang berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas
sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar.
·
Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk,
mati dan selalu mengelupas.
·
Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
·
Stratum granulosum, mengandung pigmen
·
Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel
baru ke arah luar (Pearce, 2004: 185).
Dermis terdiri dari
jaringan ikat yang ada dibawah epidermis, lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh
darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan ini adalah
kelenjar keringat (glandula sudorifera)
dan kelenjar minyak (glandula sebasea).
Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai
macam garam, terutama garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar
keringat dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui poripori. Di dalam kantong
rambut terdapat akar rambut dan batang rambut. Kelenjar minyak berfungsi
menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak kering. Rambut
dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah
kantong rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut. Dermis juga
berfungsi sebagai penopang struktur dan nutrisi melalui pembuluh darah yang ada
didalam jonjot-jonjot yang menjorok ke atas, disebut papila dermis. Didalam
dermis terdapat serabut-serabut kolagen , serat-serat elastin, serabut serabut
otot dan substansia dasar dari mukopolisakarida. Ini semua membantu kelenturan
kulit yang pada proses penuaan akan mulai berkurang. Pada lapisan ini
didapatkan sel-sel fibroblas, makrofag, sel mast dan limfosit dengan fungsinya
masing-masing (Pearce, 2004: 186).
Hipodermis (lapisan sub
kutan) terletak di bawah dermis, terdiri dari jaringan lemak yang memisahkan dermis
dengan otot, tulang dan lain-lain struktur. Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak
berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, pengaturan
suhu tubuh , juga kontur. Sebagai contoh, injury pada epidermis menyebabkan
kaskade sitokin yang akan menimbulkan inflamasi, dan sejalan dengan itu terjadi
pembentukan jaringan parut sebagai mekanisme repair (Pearce, 2004: 186).
Hipodermis pada lapisan ini terutama
mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan
sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi
sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam,
membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan (Suntoro, 1990).
Kulit dapat
dengan dilihat dan
diraba, hidup dan
menjamin kelangsungan hidup.
Kulit pun menyokong
penampilan dan kepribadian
seseorang. Dengan demikian
kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat
penting, selain fuungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai
arti llain yaitu estetik, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non
verbal antara individu dengan yang lain (Fadhilah, 2012 : 3).
Kerusakan pada kulit
akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu
dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan
munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah. Salah satu hal yang
menyebabkan kerusakan kulit adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan suatu
bentuk senyawa reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan. Radikal bebas
dalam tubuh manusia bisa berbentuk dengan metabolisme sel normal, tubuh yang
kekurangan gizi, pola makan yang tidak benar, gaya hidup yang salah, asap
rokok, sinar ultraviolet, dan lingkungan yang terpolusi. Hal ini diperlukan
suatu penangkalnya yaitu antioksidan (Purwaningsih, 2014 : 56).
b. Paru-Paru
Paru-paru berada di
dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh
tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan
yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir. Paru-paru
sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput
yang disebut selaput pleura (Snell, 2006: 173).
Ekskret dari paru-paru
adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dalam
proses pernapasan. Pada prinsipnya CO diangkut dengan
2 cara yaitu melalui plasma darah (15%) dan dingkut dalam bentuk ion HCO3- (30 %) melalui proses berantaiyang disebut pertukaran
klorida. Mekanisme pertukaran klorida sebagai berikut, darah pada alveolus
paru-paru mengikat O dan
mengangkutnya kedalam sel-sel jaringan. Dalam jaringan darah mengikat CO untuk
dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air (Setiadi, 2007).
Reaksi kimianya dapat
ditulis sbb :
CO + HO HCO HCO + H
Ion H yang
bersifatracun diikat oleh hemoglobin, sedang HCO keluar dari sel
darah merah masuk kedalam plasma darah. Sementara itu pula, kedudukan HCO digantikan oleh
ion Cl (clorida) dari
plasma darah (Setiadi, 2007).
Karbon dioksida dan air
hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke
jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di
alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di
alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai
selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh
plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh
Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02) (Snell, 2006: 173-174).
Terdapat beberapa
bagian dari paru-paru, yaitu:
-
Lobus paru-paru
Setiap paru-paru dibagi
menjadi segmen anatomis dan fungsional yang disebut lobus melalui pembagian
yang disebut celah interlobar. Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus: lobus
superior, lobus tengah, dan lobus inferior. Fisura horizontal adalah partisi
anatomi yang memisahkan lobus superior dan menengah, sedangkan celah oblikus
memisahkan lobus tengah dan inferior (Snell, 2006 : 178).
Paru-paru kiri sedikit
lebih kecil dari kanan, dan dibagi menjadi dua lobus oleh fisura oblikus. Kedua
lobus mirip dengan lobus superior dan inferior dari paru-paru kanan. Lobus
tengah tidak hadir dalam paru-paru kiri (Snell, 2006: 178).
-
Bronkus
Trakea atau batang tenggorokan adalah struktur utama
yang menghubungkan rongga hidung dan mulut ke paru-paru. Trakea bifurkasio
menjadi cabang utama yang disebut bronkus, yang masuk ke dalam kedua paru-paru.
Bronkus terbuat dari tulang rawan hialin dan otot polos (Snell, 2006: 154).
Bronkus kiri dan kanan juga berbeda dalam dimensi
mereka, dengan bagian kanan menjadi lebih lebar dari kiri. Cabang-cabang
bronkus kanan menjadi tiga bronkus sekunder, dan bronkus kiri menimbulkan dua
bronkus sekunder. bronkus Sekunder tersegmen ke bronkus tersier, yang
selanjutnya menimbulkan bronkiolus. Seiring dengan percabangan, isi tulang
rawan hialin menurun, pengurangan tak ada di bronkiolus, sedangkan peningkatan
otot polos (Snell, 2006: 154).
Setiap bronkus tersier menimbulkan unit pernapasan
yang berbeda disebut segmen bronkopulmonalis yang telah menetapkan sendiri dari
bronkiolus, alveolus, pembuluh darah, dan pembuluh limfatik. Trakea, bronkus,
dan cabang-cabang berikutnya membentuk saluran udara yang memfasilitasi masuk
dan keluar udara dari paru-paru (Snell, 2006: 154).
-
Alveoli
Bronkiolus bagian ujung
menjadi kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang merupakan situs untuk
pertukaran gas antara paru-paru dan darah. Alveoli yang berdinding tipis,
kantung tiup yang diatur dalam cluster. Dinding alveoli terdiri dari:
ü Sel alveolar
Tipe I yang membentuk dasar struktural.
ü Sel
alveolar Tipe II yang mengeluarkan surfaktan, yang mengurangi tegangan
permukaan pada antarmuka udara-air.
Selain itu, sel-sel
kekebalan yang disebut makrofag juga hadir dalam alveoli untuk menelan dan menghancurkan
patogen dan sampah asing. Dinding alveolar telah sangat pori-pori yang disebut
pori-pori Kohn, yang memungkinkan aliran udara dari satu alveolus ke yang lain
(Snell, 2006: 157).
c. Hati
Hati merupakan
“kelenjar” terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di dalam rongga
perut sebelah kanan. Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada
orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri (Hall, 2009: 173).
Hepar atau hati
berkembang dari bagian median intestinum yang membentuk 1 atau 2 diverticula
hepatica. Diverticula posterior membentuk vessica fellea dan diverticula
anterior meluas dan bercabang-cabang membentuk hepar. Darah yang menuju hepar
dari vicera melalui systema portae hepatis, menembus sinusoid tersusun atas
satu lapis sel pada mamalia (Suntoro, 1990: 84-85).
Zat racun yang masuk ke
dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke seluruh
tubuh. Hati menyerap zat racun seperti obatobatan dan alkohol dari sistem
peredaran darah. Hati mengeluarkan zat racun tersebut bersama dengan getah
empedu.
Hati merupakan organ
yang sangat penting, berfungsi untuk :
·
Menghasilkan empedu yang berasal dari
perombakan sel darah merah.
·
Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan
membunuh bibit penyakit.
·
Mengubah zat gula menjadi glikogen dan
menyimpanya sebagai cadangan gula.
·
Membentuk protein tertentu dan merombaknya.
·
Tempat untuk mengubah pro vitamin A menjadi
vitamin.
·
Tempat pembentukan protrombin yang berperan
dalam pembekuan darah (Hall, 2009: 173).
d.
Ginjal
Organ ekskretarius
utama pada vertebrata adalah ginjal (ren). Ren pada vertebrata pada umumnya
berjumlah sepasang. Ren dihubungkan dengan dunia luar melalui suatu saluran
yang umumnya juga berjumlah sepasang (Suntoro, 1990: 118).
Sistem urinari memiliki
tiga fungsi, yaitu metabolisme, hormonal dan ekskresi. Sistem ini terdiri dari
dua bagian, yaitu sistem urinari bagian atas dan bagian bawah. Sistem urinari
bagian atas hanya terdiri dari ginjal sedangkan sistem urinari bagian bawah
disusun oleh ureter, vesica urinaria (gall bladder) dan urethra (Ramdhany,
2014: 86).
Ginjal merupakan organ
vital karena mempunyai fungsi multipel yang tidak dapat digantikan oleh organ
lain. Fungsinya antara lain: ekskresi produk sisa metabolic dan bahan asing,
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan
tubuh dan kosentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan
keseimbangan asam basa, sekresi-metabolisme-ekskresi hormon, dan
glukoneogenesis (Sloane, 2003: 148).
Pada sistem urinari,
ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki dua fungsi
utama, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan
penting dalam sistem sirkulasi darah. Ginjal turut berperan dalam proses pembentukan
sel darah merah dan menjaga tekanan darah (Ramdhany, 2014: 86).
Struktur ginjal terdiri
dari : kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal
(pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai
penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang
(Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula
Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus (Sloane, 2003: 148).
Apabila ginjal gagal
menjalankan fungsinya, maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera.
Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan
baik disebut juga dengan GGK. GGK makin banyak menarik perhatian dan makin
banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal akan
tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup yang cukup
baik (Sidabutar, 1992; Kazama et al., 2009) dalam (Supriyadi, 2011: 108).
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
Alat :
-
Torso kulit manusia
-
Torso ginjal manusia
-
Torso hati manusia
-
Torso paru-paru manusia
Bahan : -
4.2 Langkah kerja
V.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini
mengenai sistem ekskresi pada manusia. Pada praktikum kali ini memiliki tujuan
mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan posisi organ-organ pada sistem ekskresi.
Terdapat beberapa alat yang digunakan di dalam praktikum kali ini yaitu torso
ginjal, torso hati, torso kulit, dan torso paru-paru. Kemudian langkah kerja
yang di lakukan pada praktikum kali ini adalah pertama melakukan persiapan
dengan menyiapkan torso organ-organ yang terdapat di lemari, setelah itu
mengamati dan menentukan organ mana saja yang di gunakan sebagai organ
ekskresi, lalu menggambarkan masing masing organ tersebut serta memberikan
keterangan. Serta menggambarkan gambar sistem ekskresi secara utuh letak dari
organ-organ ekskresi lengkap.
Di dalam tubuh manusia
terjadi proses metabolisme terjadi di beberapa sistem diantaranya sistem
pencernaan, sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Pada setiap sistem
tersebut nantinya pasti akan menghasilkan suatu zat sisa dan juga energi. Zat
sisa yang di hasilkan ini disebut juga dengan ekskresi. Sistem ekskresi adalah
proses pembuangan zat-zat sisa yang tidak di butuhkan lagi oleh tubuh berupa
zat cair, zat padat dan zat gas. Dalam hal ini zat sisa yang berupa cair yaitu
urine, keringat dan juga cairan empedu, sedangkan zat sisa yang berupa gas CO2
dan juga uap air, kemudian zat sisa yang berupa padat yaitu feses. Jika zat-zat
sisa tersebut tidak di keluarkan dari dalam tubuh makan akan mengganggu dan
meracuni tubuh.
Berdasarkan praktikum
yang dilakukan terdapat beberapa organ yang ada di sistem ekskresi yaitu kulit,
paru-paru, hati, dan juga ginjal.
Yang pertama adalah
organ ekskresi adalah kulit. Kulit di bagi menjadi 3 kelompok besar yaitu
epidermis, dermis dan juga hipodermis. Pada lapisan pertama yaitu lapisan
epidermis, lapisan epidermis merupakan bagian kulit yang paling luar. Lapisan
epidermis ini menyelimuti seluruh tubuh dan ketebalan epidermis berbeda-beda
pada berbagai bagian tubuh. Bagian epidermis inilah yang mempunyai mekanisme
proteksi yang sangat penting, antara lain: mensintesis mediator inflamasi
seperti prostaglandins, eocosanoids, leucotriene, histamin, sitokin; Sintesis
antioksidan termasuk glutation, oksidase, katalase, sitokron P450, vitamin C
dan E Heat-shock protein, mengabsorbsi radiasi sinar ultra violet, seperti :
melanin, trans urocanic acid; molekul pengikat air sebagai natural moisturizing
factors; enzim-enzim untuk glukoronidasi, mekanisme hidroksilasi dan sulfation;
sistem anti mikrobial seperrti lemak permukaan kulit, lapisan asam kulit
(surface acidification), ironbinding proteins, komplemen dan peptida anti
microbial; mengeluarkan keringat; pelindung tubuh; menyimpan kelebihan lemak;
mengatur suhu tubuh; tempat pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan
bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet.
Pada lapisan epidermis
dibedakan atas lima lapisan kulit yaitu stratum corneum (lapisan tanduk),
stratum lusidum (lapisan bening), stratum granulosum (lapisan berbutir),
stratum spinosum (lapisan bertaju), dan stratum germinativum (lapisan benih).
Stratum corneum merupakan lapisan paling atas dari epidermis yang terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Stratum lucidum Disebut
juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap
sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir yang terdiri dari protoplasma
sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat
dilewati sinar. Stratum granulosum tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar
dan berinti mengkerut. Stratum spinosum disebut juga lapisan malphigi, terdiri
atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Dan lapisan yang terakhir adalah stratum
germinativum atau bisa disebut stratum basal yang merupakan lapisan terbawah
epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak
lurus terhadap permukaan dermis.
Setelah lapisan epidermis di
bawahnya terdapat lapisan dermis yang menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kantung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea)
atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan saraf.
Kelenjar keringat berfungsi untuk mengatur suhu badan dan membantu membuang
sisa-sisa pencernaan dari tubuhnya. Selanjutnya kelenjar palit atau kelenjar
sebacea berfungsi untuk mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga
kelunakan rambut. Kemudian pembuluh darah berfungsi membawa darah yang
mengandung banyak zat makanan dan oksigen untuk metabolisme dimana energi atau
ATP yang dihasilkan digunakan untuk pertumbuhan dari folikle rambut. Sel sel
saraf berfungsi menerima rangsang dan menyalurkan ke neuro sesorik. Rambut
sendiri berfungsi sebagai pengaturan suhu, pendorong penguapan keringat, indera
peraba dan melinddungi kulit dari pengaruh buruk.
Kemudian setelah lapisan epidermis
dan dermis terdapat lapisan paling bawah di kulit yang di namakan dengan
lapisan hipodermis. Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh
darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Jaringan
lemak sendiri berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi
organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan
makanan.
Fungsi dari kulit ini
sangat banyak pertama adalah memproteksi tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis. Kedua adalah sebagai absorbsi kulit berfungsi menyerap vitamin A, D E,
dan K. Kulit juga berfungsi mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh seperti NaCl, urea dan amonia melalui keringat.
Fungsi kulit juga sebagai pengaturan suhu. Kulitjuga berfungsi sebagai
pembentukan pigmen yang terdapat di epidermis.
Salah satu fungsi dari kulit adalah
meregulasi suhu tubuh atau pengaturan suhu tubuh. Mekanisme dari regulasi suhu
tubuh adalah pertama suhu internal tubuh dalam keadaan normal sekitar 36oC-38oC
kemudian terjadi penurunan suhu di bawah suhu normal hal tersebut membuat otak
merespon perubahan suhu tersebut dan menstimuli terjadi nya penutupan pembuluh
darah untuk meminimkan pengeluaran panas keluar tubuh sehingga tubuh akan
kembali dalam keadaan normal, selain mestimuli penutupan pembuluh darah otak
juga menstimuli kontraksi otot menjadi lebih cepat atau mengigil sehingga
nantinya akan menghasilkan panas dan tubuh akan kembali lagi ke suhu normal.
Sedangkan Saat
terjadi perubahan suhu tinggi, maka akan terjadi proses ekskresi oleh kulit
dengan mengeluarkan kelenjar keringat. Proses pengeluran keringat diatur oleh
hipotalmus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja
mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapatkan
rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan
tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya
kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah
dan kemudian mengirimnya kepermukaan kulit dalam bentuk keringat.
Kemudian organ ekskresi
selanjutnya adalah paru-paru. Dimana paru-paru ini dimasukkan ke dalam organ
sistem ekskresi karena paru-paru menghasilkan CO2 dan H2O
sebagai hasil dari proses respirasi yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Paru-paru sendiri merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
tidak di butuhkan oleh tubuh. Pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida
akan dilakukan terus menerus supaya proses respirasi sel terus berlangsung.
Oksigen yang berada di luar nantinya akan masuk ke dalam alat pernafasan hingga
organ paru-paru. Ketika oksigen masuk ke dalam paru-paru nantinya akan
melakukan difusi di alveolus antara karbondioksida dan juga oksigen, kemudian
oksigen yang sudah di difusikan akan di bawa oleh darah ke seluruh tubuh dan di
gunakan untuk proses respirasi sel sedangkan karbondioksida akan di bawa alat
pernafasan keluar dari tubuh.
Karbon dioksida dan air
hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke
jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di
alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau
dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak
kapiler yang mempunyai selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian
besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03,
sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin
(HbC02).
Setelah terjadi
pertukaran antara O2 dan CO2, selanjutnya CO2
akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk ke
dalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi
kiri jantung (atrium sinistra) → ke aorta → seluruh tubuh (jaringan-jaringan
dan sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran). CO2 sebagai sisa
dari pembakaran akan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung
(serambi kanan/atrium dekstra) → ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari
sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya
dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini
adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan dari sisa metabolisme lainnya
akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Bagian-bagian
dari paru-paru sendiri di mulai dari trakea sebagai saluran tempat keluar
masuknya oksigen dan karbondioksida. Kemudian selanjutnya percabangan dari
trakea terdapat bronkus sebelah kanan 3 dan sebelah kiri 2. Terdapat percabangan
kembali dari bronkus yaitu bronkiolus, bronkiolus dibedakan menjadi 3 yaitu
bronkus primer yang percabangannya langsung setelah brokus, setelah itu
bronkiolus sekunder yaitu percabangan dari bronkiolus primer, kemudian
bronkiolus sekunder bercabang lagi menjadi bronkiolus tersier yang merupakan
percabangan yang paling kecil. Setelah itu di ujung-ujung bronkiolus terdapat
alveolus yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Alveolus dalam jumlah banyak disebut dengan alveoli. Kemudian paru-paru
memiliki 3 lobus di sebelah kanan dan 2 lobus di sebelah kiri. Lobus kanan di
bagi menjadi 3 yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior yang
memiliki sekat yang membatasi antara lobus superior dan lobus medius yang dinamakan
fissura horizontal dan yang membatasi lobus medius dan lobus inferior yaitu
fissura oblique. Sedangkan lobus sebelah kiri terdapat 2 lobus yaitu lobus superior
dan inferior yang di batasi oleh fissura oblique. Lobus kanan itu mengarah ke
bawah sedangkan lobus kiri mengarah ke arah horizontal. Kemudian di luar organ
paru-paru di lapisi oleh 2 selaput pleura yang menempel pada paru-paru
dinamakan pleura viceral sedangkan yang melapisi rongga paru-paru dinamakan
dengan pleura parietal. Di dalam rongga pleura terdapat cairan pleura yang
disebut juga dengan eksudat, pleura disini fungsinya supaya tidak terjadi
gesekan antara tulang rusuk dan paru-paru sehingga paru-paru aman. Oksigen
dapat larut dalam air dan sel darah merah yang larut di dalam sel darah merah
ini di namakan dengan oksihemoglobin. Dan karbondiosida juga dapat larut dengan
plasma darah, air dan juga Hb (Karbominohemoglobin).
Kemudian di lakukan pengamatan selanjutnya yaitu organ ekskresi
hati. Hati termasuk organ sistem ekskresi karena melakukan sekresi atau
pengeluaran amonia dan urea keluar tubuh. Hati merupakan salah satu organ
terbesar yang adalah di dalam tubuh manusia karena beratnya saja 2 kg. Hati berwarna
merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam
membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, hati terletak di bagian teratas rongga
abdominal, disebelah kanan, dibawah diagfragma dan menempati hampir seluruh
bagian dari hypocondrium kanan dan sebagian epigastrium abdomen. Permukaan atas
berbentuk cembung dan berada dibawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan
memperlihatkan lekukan fisura transverses. Permukaannya dilapisi pembuluh darah
yang keluar masuk hati.
Berdarkan pengamatan yang di lakukan ada beberapa ahli yang
mengatakan bahwa hati terbagi menjadi 2 lobus yaitu lobus dextra dan lobus
sinistra. Sedangkan beberapa ahli mengatakan lobus dibedakan menjadi 4 yaitu
lobu dextra, lobus sinistra, lobus caudatus dan lobus kuadrat. Lobus kanan
dirancang dengan banyak anatomi, yang terdiri atas bagian depan yakni lobus
kuadrate dan bagian belakang yakni lobus kaudata. Menurut morfologi dasar,
khususnya aliran darah, lobus kuadrate dan lobus kaudata lebih tepat dianggap
sebagai bagian dari lobus kiri. Hati di bedakan menjadi 2 dengan di bagi oleh
sekat yang dinamakan dengan ligamentum valciform, ligamentum falciform adalah
bentuk lanjutan dari parietal peritoneum
yang membujur dari permukaan bawah diaghfragma hingga ke bagian atas hati,
diantara dua lobus hati.namun terdapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa
terdapat sekat triangularis yang memisahkan 3 lobus. Bentuk dari hati sangat
disesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Terdapat bagian yang dinamakan permukaan
depan (parietal surface atau anterior surface), dan permukaan belakang
(posterior surface atau visceral surface) yang memberikan pengaruh pada
lambung, usus halus, ginjal sebelah kanan, dan usus besar. Pengaruh ini
diakibatkan oleh vena kava inferior yang menjadi batas penanda antara lobus
kiri dan lobus kaudata. Selain lobus kaudata, juga terdapat lobus kaudrata yang
terletak diantara lobus kiri dan kandung empedu. Empedu sendiri berfungsi
sebagai penghasil bilirubin dan biliverdin,dan juga sebagai penghasil pigmen
warna empedu yang merombak eritrosit yang mengakibatkan Hb di pecah menjadi
bilirubin dan biliverdin kemudian bilirubin dan biliverdin akan di rombak
kembali menjadi urobilin yang digunakan untuk mewarnai feses.
Dalam
hal ini hati sendiri berfungsi untuk merombak eritrosit. Merombak lemak atau
mengemulsikan lemakn menjadi asam lemak dan gliserol, setelah lemak di ubah
menjadi asam lemak dan gliserol nantinya asam lemak ini akan menyatu membentuk
agregat-agregat sehingga nantinya akan mudah di serap oleh sel. Selain itu hati
berfungsi sebagai detoksifikasi racun atau menetralkan racun, kemudian
mengeluarkan zat warna empedu sehingga nantinya akan terjadi peromaka sel darah
merah dengan bantuan histiosit.
Fungsi hati menjadi
penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah. Misalnya, pada
saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam
darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu
pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen di hati atau asam amino dapat diubah menjadi
glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya
kadar gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hati juga dapat membantu
pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi
lemak.
Membantu metabolisme
Protein. Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah
gugus amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau
diubah menjadi karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan
substansi beracun menjadi urea dan dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan
saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri dalam usus), sintesis dari hampir
seluruh protein plasma, seperti a dan b globulin, albumin, fibrinogen, dan
protombin (bersama-sama dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan
transaminasi transfer kelompok amino dari asam amino ke substansi (a-keto acid)
dan senyawa lain.
Pada pembentukan empedu
sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari
pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan
kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu
derifat atau turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi,
penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak
dengan diameter ± 1mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari sistem
pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan
membentuk Micelles (agergat dari asam lemak, kolesterol dan monogliserida),
kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam
sistem pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga
mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas
yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol
larut dalam empedu karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.
Zat-zat yang dibentuk
dalam empedu antara lain adalah: Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen
empedu, merupakan hasil dari metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian
nonprotein dari hemoglobin, akan mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin,
lalu bilirubin. Keseluruhan proses perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar
70-80% bilirubin diperoleh dari pemecahan hem yang berasal dari hemoglobin ini,
dan 20-25% berasal dari protein hem lain seperti mioglobin, sitokrom (yang
mengandung hem) dan katalase. Sebagian kecil diperoleh dari penghancuran sel
eritroid muda (akibat eritropoesis yang tidak efektif).
Selanjutnya
adalah hasil pengamatan yang di lakukan pada organ utama dalam sistem ekskresi yaitu
ginjal. Ginjal merupakan organ ekskresi yang mengeluarkan zat sisa berupa
urine. Urine sendiri terdiri dari dari air, urea, garam, dan mineral serta
zat-zat lain yang bersifat toksik. Sepasang ginjal pada manusia terletak di
rongga perut bagian kanan dan kiri ruas-ruas tulang belakang. Ginjal sebelah
kiri lebih tinggi dari sebelah kanan hal ini dapat terjadi dikarenakan posisi
hati berada di atas ginjal sebelah kanan mengakibatkan ginjal sebelah kanan
menjadi di bawah. Bagian-bagian dari ginjal terdiri dari 3 yaitu kulit ginjal
(korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal pelvis. Kulit ginjal atau
korteks merupakan bagian terluar dari ginjal yang mengandung berjuta-juta sel
nefron yang berfungsi sebagai filtrasi atau penyaringan darah. Di dalam nefron
terdiri dari badan malpigi, yang tersusun oleh glomerulus dan kapsula bowman.
Selanjutnya adalah sumsum ginjal atau biasa disebut dengan medula, yang
tersusun atas beberapa badan yang berbentuk piramida. Pada Pada bagian ini
terdapat ribuan pembuluh halus yang merupakan kelanjutan kapsul Bowman. Sumsum
ginjal merupakan bagian tengah ginjal, dan tempat yang dilalui oleh urine
sekunder. Kemudian selanjutnya adalah rongga ginjal atau pelvis yang merupakan
bagian terdalam dari sebuah ginjal. Urine yang sudah di saring oleh glomerulus
akan menetes ke pelvis, pelvis disini sebagai tempat penampungan sementara
urine sekunder.
Ginjal
memiliki beberapa fungsi yang pertama adalah menyaring serta membersihka darah
dari zat metabolisme tubuh, menjaga keseimbangan asam basa yang terdapat dalam
tubuh manusia, reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang
dilakukan oleh bagian tubulus ginjal, menyekresikan zat yang jumlahnya berlebihan,
sebagai tempat pembentukan urine dan penyaringan racun, dll.
Terdapat
beberapa macam proses yang terjadi sebelum urine keluar dalam keadaan berisi
zat-zat sisa yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Tahapannya pertama
penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan augmentasi.
Penyaringan
(filtrasi) merupakan proses pembentukan urine yang terjadi pertama kalinya di
ginjal. Pertama pertama terjadi penyaringan darah di kapiler glomerulus.
Kemudian di kapiler glomerulus terdapat sel-sel kapiler yang berpori, tekanan
dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus sehingga nantinya akan
mempermudah proses penyaringan yang terjadi. Kemudian selai terjadi proses
penyaringan di glomerulus juga terjadi proses penyerapan kembali sel-sel darah,
keping darah dan juga sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan yang memiliki
molekul kecil terlarut di dalam plasma seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan. Nantinya hasil dari penyaringan yang dilakukan di glomerulus akan
menghasilkan filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
Kemudian
setelah melalui proses penyerapan yang terjadi di glomerulus dan menghasilkan
urine primer, di lanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu tahapan penyerapan
kembali atau reansorbsi. Penyerapan kembali atau reabsorbsi ini merupakan
proses penyerapan kembali bahan-bahan yang masih di perlukan di dalam urine
primer di tubulus kontortus proksimal. Penyerapan kembali zat-zat yang masih di
butuhkan oleh tubuh tersebut melalui 2 cara yang pertama gula dan asam amino
melalui peristiwa difusi sedangkan air melalui proses osmosis. Penyerapan air
sendiri terjadi di tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih di perlukan oleh tubuh seperti glukosa dan juga asam amino
akan di kembalikan kembali ke darah. Zat-zat seperti amonia obat-obatan, seperti
penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama
urin. Setelah proses reabsorbsi selesai nantinya akan di hasilkan urine
sekunder yang mengandung zat-zat tidak di butuhkan lagi oleh tubuh dan
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah misalnya
urea.
Selanjutnya setelah melalui proses reabsorbsi akan di lanjutkan ke
proses augmentasi yaitu peroses penambahan zat sisa urea, ion H+, K+,
NH3+ yang terjadi di tubulus kontortus distal. Sebelum masuk ke
tubulus kontortus distal urine masuk ke lengkung henle terlebih dahulu.
Kemudian setelah masuk ke tubulus kontortus distal, selanjutnya setelah terjadi
penambahan zat-zat tersebut urine sesungguhnya terbentuk dan akan masuk ke
tubulus kolektivus, kemudian masuk ke pelvis renalis, selanjutnya ke ureter,
kemudian ke vesica urinaria atau kandung kemih kemudian urine akan di keluarkan
melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air,
garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin.
Dalam pembentukan urin,
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urin, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor internal,
meliputi: adanya pengaruhh Hormon Antidiuretik (ADH). Hormon ini mempengaruhi
kesetimbangan air dalam darah, ia mengatur reabsorpsi air pada tubulus kontortus
distal. Selain ADH, faktor internal yang mempengaruhi proses pembentukan urin
adalah Hormon Insulin. Hormon ini berperan dalam mempengaruhi kadar glukosa
dalam darah, ia mengatur reabsorpsi glukosa. Jika kadar insulin rendah, maka
gula darah akan meningkat. Dengan adanya hormon ini, kandungan glukosa yang
berlebih pada urin akan diuraikan sehingga kadar glukosa dalam darah akan
normal.
Setelah faktor
internal, ada faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan urin, yaitu
faktor eksternal. Faktor ini meliputi: jumlah air yang diminum, banyak minum
menyebabkan konsentrasi air dalam darah >, konsentrasi protein < ADH <
filtrasi berkurang < penyerapan air < sehingga urine yang dihasilkan
meningkat dan encer.
Faktor yang
mempengaruhi jumlah keringat yang keluar adalah aktivitas tubuh, suhu
lingkungan, makanan, kesehatan, dan emosi. Dimana
ketika suhu tinggi, maka akan terjadi proses ekskresi oleh kulit dengan
mengeluarkan kelenjar keringat. Proses pengeluran keringat diatur oleh
hipotalmus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja
mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapatkan
rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan
tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya
kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah
dan kemudian mengirimnya kepermukaan kulit dalam bentuk keringat.
Kemudian
faktor yang mempengaruhi pengeluaran karbondioksida dan uap air yang ada di
dalam tubuh adalah umur, jenis kelamin, suhu tubuh, aktivitas tubuh dan posisi
tubuh. Dimana ketika umur seseorang semakin tuaa makan frekuensi pernafasannya
semakin rendah maka karbondioksida dan uap air yang dikeluarkan akan semakin
sedikit karena frekuensi pernafasannya semakin rendah. Selanjutnya jenis
kelamin juga mempengaruhi pengeluaran karbon dioksida dan uap air yang keluar
laki-laki lebih banyak bergerak sehingga frekuensi pernafasan untuk pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida semakin cepat. Begitu juga suhu tubuh
ketika suhu tubuh meningkat frekuensi pernafasannya pun ikut meningkat maka
proses pengeluaran karbon dioksida juga ikut meningkat.
VI.
Penutup
7.1
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini
di ketahui bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 4 organ yang berperan dalam
sistem ekskresi yaitu kulit, paru-paru, hati dan juga ginjal. Kulit merupakan
organ ekskresi yang melakukan pengeluaran zat sisa berupa keringat. Kulit
terdiri dari beberapa lapisan yaitu epidermis, dermis dan juga hipodermis.
Kulit terletak di bagian luar tubuh yang menyelimuti dan membatasi antara
bagian dalam tubuh dengan lingkungan. Kemudian selanjutnya adalah paru-paru,
paru-paru merupakan organ ekskresi yang mengeluarkan CO2 dan uap
air. Paru-paru sendiri terdiri dari 3 bronkus kanan dan 2 bronkus kiri,
terdapat percabangan yang lebih halus lagi dinamakan dengan bronkiolus,
kemudian di ujung bronkiolus terdapat alveolus yaitu tempat pertukaran oksigen
dan karbondioksida, paru-paru sendiri terdiri 3 lobus kanan dan 2 lobus kiri.
Selanjutnya hati juga termasuk organ ekskresi karena mengeluarkan zat sisa
berupa amonia yang juga urea. Hati terletak di rongga perut bagian kanan
dibawah diafragma. Hati berwarna merah tua kecoklatan dengan berat sekitar 2
kg. Setelah itu ginjal juga merupakan organ eksresi karena mengeluarkan urine
dari dalam keluar tubuh. Bagian-bagian dari ginjal terdiri dari 3 yaitu kulit
ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal pelvis. Ginjal memiliki
bentuk seperti biji kacang merah dengan warna merah keunguan dengan panjang 10
cm dan berat sekitar 200 gram. Ginjal yang terletak dirongga perut sebelah
kanan dan kiri ruas tulang belakang. Letak ginjal sebelah kiri lebih tinggi
dari ginjal sebelah kanan, karena diatas ginjal sebelah kanan terdapat hati
yang berukuran besar.
7.2
Saran
Sebaiknya pada
saat menjelaskan materi yang di jelaskan jangan sampai salah, takutnya
praktikan salah konsep.
Daftar
Pustaka
Campbell, Neil A., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid III. Jakarta:
Erlangga.
Fadhilah, A. N., Destiani, D., Dhamiri,
D. Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Anak Dengan Metode
Expert System Development Life Cycle. Jurnal
Algoritma. Vol 9 (13).
Hall, E John. 2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Pearce. E., 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Purwaningsih,
S., Salamah, E., Budiarti. T. 2014. Formulasi skin lotion dengan enambahan
Karagenan dan Antioksidan Alami dari Rhizophora
mucronata Lamk. Jurnal Akuatika
Vol 5 (1)
Ramdhany, dkk.
2014. Diagnosis Gangguan Sistem Urinari pada Anjing dan Kucing Menggunakan VFI
5. Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi.
Vol 2 (2).
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.
Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Supriyadi, dkk. 2011. Tingkat Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6 (2): Halaman 107-112.
Waluyo dan Wahono. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
Jember : Universitas Jember.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar