Kamis, 16 Juni 2016

# Anatomi Fisiologi Manusia

Laporan Anatomi Fisiologi Manusia Sistem Ekskresi


LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
“Sistem Ekskresi”











Oleh:
Nama                                              : Rose Lolita
NIM                                                : 130210103027
Kelas                                              : C
Kelompok                                      : 1















PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
I.                   Judul        : Sistem Ekskresi
II.                Tujuan     : Mahasiswa mengetahui anatomi dan posisi organ-organ pada sistem ekskresi
III.             Tinjauan Pustaka
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh bahkan meracuni tubuh (Waluyo, 2016: 23).
Hewan-hewan dari berbagai spesies menghasilkan zat buangan cair yang disebut urin melalui langkah-langkah dasar yaitu pertama-tama, cairan tubuh (darah, cairan selom atau hemolimfe) bersentuhan dengan membarn permeabel selektif dari epitelium transpor. Pada sebagian besar kasus, tekanan hidrostatis (tekanan darah pada banyak hewan) mendorong suatu proses filtrasi. Sel-sel, seperti protein dan molekul besar lainnya tidak dapat melintasi membran epitel dan tetap berada didalam cairan tubuh. Sebaliknya, air dan zat-zat terlarut yang kecil seperti garam, gula, asam amino, dan zat-zat buangan bernitrogen , melintasi membran tersebut dan membentuk suatu cairan yang disebut filtrat (Campbell, 2008: 124).
Filtrat dikonversi menjadi cairan buangan melalui transpor spesifik material kedalam atau keluar filtrat. Proses reabsorpsi memulihkan molekul-molekul yang berguna dan air dari filtrat dan mengembalikannya ke cairan tubuh. Zat terlarut yang berharga termasuk glukosa, garam-garam tertentu, vitamin, hormon dan asam amino direabsopsi melalui transpor aktif. Zat terlarut nonesensial dan zat buangan ditinggalkan didalam filtrat atau ditambahkan ke cairan tersebut melaui sekresi selektif yang juga terjadi melalui transpor aktif. Pemompaan berbagai zat terlarut itu menyesuaikan pergerkan osmotik air kedalam atau keluar filtrat. Pada langkah terakhir ekskresi, filtrat yang telah diproses akan dilepaskan dari tubuh  sebagai urin (Campbell, 2008: 124).
Di dalam sistem ekskresi sendiri terdapat organ-organ dan alat-alat ekskresi pada manusia diantaranya yaitu kulit, paru-paru, hati dan ginjal.
a.       Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari (Suntoro, 1990: 32).
Kulit terbagi menjadi 3 bagian besar yaitu epidermis, dermis dan juga hipo dermis. Yang pertama epidermis, epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis (Sayfuddin, 2004).
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari selsel mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan berfungsi mengganti stratum korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar.
·         Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas.
·         Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
·         Stratum granulosum, mengandung pigmen
·         Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar (Pearce, 2004: 185).
Dermis terdiri dari jaringan ikat yang ada dibawah epidermis, lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan ini adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula sebasea). Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai macam garam, terutama garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang rambut. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak kering. Rambut dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah kantong rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut. Dermis juga berfungsi sebagai penopang struktur dan nutrisi melalui pembuluh darah yang ada didalam jonjot-jonjot yang menjorok ke atas, disebut papila dermis. Didalam dermis terdapat serabut-serabut kolagen , serat-serat elastin, serabut serabut otot dan substansia dasar dari mukopolisakarida. Ini semua membantu kelenturan kulit yang pada proses penuaan akan mulai berkurang. Pada lapisan ini didapatkan sel-sel fibroblas, makrofag, sel mast dan limfosit dengan fungsinya masing-masing (Pearce, 2004: 186).
Hipodermis (lapisan sub kutan) terletak di bawah dermis, terdiri dari jaringan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan lain-lain struktur.  Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, pengaturan suhu tubuh , juga kontur. Sebagai contoh, injury pada epidermis menyebabkan kaskade sitokin yang akan menimbulkan inflamasi, dan sejalan dengan itu terjadi pembentukan jaringan parut sebagai mekanisme repair (Pearce, 2004: 186).
Hipodermis pada lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan (Suntoro, 1990).
Kulit  dapat  dengan  dilihat  dan  diraba,  hidup  dan  menjamin  kelangsungan  hidup.  Kulit pun menyokong  penampilan  dan  kepribadian  seseorang.  Dengan  demikian  kulit  pada  manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selain fuungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti llain yaitu estetik, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara individu dengan yang lain (Fadhilah, 2012 : 3).
Kerusakan pada kulit akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah. Salah satu hal yang menyebabkan kerusakan kulit adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan suatu bentuk senyawa reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan. Radikal bebas dalam tubuh manusia bisa berbentuk dengan metabolisme sel normal, tubuh yang kekurangan gizi, pola makan yang tidak benar, gaya hidup yang salah, asap rokok, sinar ultraviolet, dan lingkungan yang terpolusi. Hal ini diperlukan suatu penangkalnya yaitu antioksidan (Purwaningsih, 2014 : 56).
b.      Paru-Paru
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir. Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura (Snell, 2006: 173).
Ekskret dari paru-paru adalah CO2  dan H2O yang dihasilkan dalam proses pernapasan. Pada prinsipnya CO diangkut dengan 2 cara yaitu melalui plasma darah (15%) dan dingkut dalam bentuk ion HCO3- (30 %) melalui proses berantaiyang disebut pertukaran klorida. Mekanisme pertukaran klorida sebagai berikut, darah pada alveolus paru-paru mengikat O dan mengangkutnya kedalam sel-sel jaringan. Dalam jaringan darah mengikat CO untuk dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air (Setiadi, 2007).
Reaksi kimianya dapat ditulis sbb :
CO + HO                                       HCO                      HCO + H
Ion H yang bersifatracun diikat oleh hemoglobin, sedang HCO keluar dari sel darah merah masuk kedalam plasma darah. Sementara itu pula, kedudukan HCO digantikan oleh ion Cl (clorida) dari plasma darah (Setiadi, 2007).
Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02) (Snell, 2006: 173-174).
Terdapat beberapa bagian dari paru-paru, yaitu:
-        Lobus paru-paru
Setiap paru-paru dibagi menjadi segmen anatomis dan fungsional yang disebut lobus melalui pembagian yang disebut celah interlobar. Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus: lobus superior, lobus tengah, dan lobus inferior. Fisura horizontal adalah partisi anatomi yang memisahkan lobus superior dan menengah, sedangkan celah oblikus memisahkan lobus tengah dan inferior (Snell, 2006 : 178).
Paru-paru kiri sedikit lebih kecil dari kanan, dan dibagi menjadi dua lobus oleh fisura oblikus. Kedua lobus mirip dengan lobus superior dan inferior dari paru-paru kanan. Lobus tengah tidak hadir dalam paru-paru kiri (Snell, 2006: 178).
-        Bronkus
Trakea atau batang tenggorokan adalah struktur utama yang menghubungkan rongga hidung dan mulut ke paru-paru. Trakea bifurkasio menjadi cabang utama yang disebut bronkus, yang masuk ke dalam kedua paru-paru. Bronkus terbuat dari tulang rawan hialin dan otot polos (Snell, 2006: 154).
Bronkus kiri dan kanan juga berbeda dalam dimensi mereka, dengan bagian kanan menjadi lebih lebar dari kiri. Cabang-cabang bronkus kanan menjadi tiga bronkus sekunder, dan bronkus kiri menimbulkan dua bronkus sekunder. bronkus Sekunder tersegmen ke bronkus tersier, yang selanjutnya menimbulkan bronkiolus. Seiring dengan percabangan, isi tulang rawan hialin menurun, pengurangan tak ada di bronkiolus, sedangkan peningkatan otot polos (Snell, 2006: 154).
Setiap bronkus tersier menimbulkan unit pernapasan yang berbeda disebut segmen bronkopulmonalis yang telah menetapkan sendiri dari bronkiolus, alveolus, pembuluh darah, dan pembuluh limfatik. Trakea, bronkus, dan cabang-cabang berikutnya membentuk saluran udara yang memfasilitasi masuk dan keluar udara dari paru-paru (Snell, 2006: 154).
-        Alveoli
Bronkiolus bagian ujung menjadi kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang merupakan situs untuk pertukaran gas antara paru-paru dan darah. Alveoli yang berdinding tipis, kantung tiup yang diatur dalam cluster. Dinding alveoli terdiri dari:
ü  Sel alveolar Tipe I yang membentuk dasar struktural.
ü  Sel alveolar Tipe II yang mengeluarkan surfaktan, yang mengurangi tegangan permukaan pada antarmuka udara-air.
Selain itu, sel-sel kekebalan yang disebut makrofag juga hadir dalam alveoli untuk menelan dan menghancurkan patogen dan sampah asing. Dinding alveolar telah sangat pori-pori yang disebut pori-pori Kohn, yang memungkinkan aliran udara dari satu alveolus ke yang lain (Snell, 2006: 157).
c.       Hati
Hati merupakan “kelenjar” terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di dalam rongga perut sebelah kanan. Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri (Hall, 2009: 173).
Hepar atau hati berkembang dari bagian median intestinum yang membentuk 1 atau 2 diverticula hepatica. Diverticula posterior membentuk vessica fellea dan diverticula anterior meluas dan bercabang-cabang membentuk hepar. Darah yang menuju hepar dari vicera melalui systema portae hepatis, menembus sinusoid tersusun atas satu lapis sel pada mamalia (Suntoro, 1990: 84-85).
Zat racun yang masuk ke dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hati menyerap zat racun seperti obatobatan dan alkohol dari sistem peredaran darah. Hati mengeluarkan zat racun tersebut bersama dengan getah empedu.
Hati merupakan organ yang sangat penting, berfungsi untuk :
·         Menghasilkan empedu yang berasal dari perombakan sel darah merah.
·         Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh bibit penyakit.
·         Mengubah zat gula menjadi glikogen dan menyimpanya sebagai cadangan gula.
·         Membentuk protein tertentu dan merombaknya.
·         Tempat untuk mengubah pro vitamin A menjadi vitamin.
·         Tempat pembentukan protrombin yang berperan dalam pembekuan darah (Hall, 2009: 173).
d.      Ginjal
Organ ekskretarius utama pada vertebrata adalah ginjal (ren). Ren pada vertebrata pada umumnya berjumlah sepasang. Ren dihubungkan dengan dunia luar melalui suatu saluran yang umumnya juga berjumlah sepasang (Suntoro, 1990: 118).
Sistem urinari memiliki tiga fungsi, yaitu metabolisme, hormonal dan ekskresi. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu sistem urinari bagian atas dan bagian bawah. Sistem urinari bagian atas hanya terdiri dari ginjal sedangkan sistem urinari bagian bawah disusun oleh ureter, vesica urinaria (gall bladder) dan urethra (Ramdhany, 2014: 86).
Ginjal merupakan organ vital karena mempunyai fungsi multipel yang tidak dapat digantikan oleh organ lain. Fungsinya antara lain: ekskresi produk sisa metabolic dan bahan asing, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan kosentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam basa, sekresi-metabolisme-ekskresi hormon, dan glukoneogenesis (Sloane, 2003: 148).
Pada sistem urinari, ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki dua fungsi utama, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan penting dalam sistem sirkulasi darah. Ginjal turut berperan dalam proses pembentukan sel darah merah dan menjaga tekanan darah (Ramdhany, 2014: 86).
Struktur ginjal terdiri dari : kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus (Sloane, 2003: 148).
Apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya, maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera. Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan GGK. GGK makin banyak menarik perhatian dan makin banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup yang cukup baik (Sidabutar, 1992; Kazama et al., 2009) dalam (Supriyadi, 2011: 108).



IV.             Metode Penelitian
4.1  Alat dan Bahan
Alat     :
-        Torso kulit manusia
-        Torso ginjal manusia
-        Torso hati manusia
-        Torso paru-paru manusia
Bahan  : -
4.2  Langkah kerja
Text Box: Mengambil dan menyiapkan model manusia
Text Box: Mengamati dan menentukan organ mana saja pada manusia yang merupakan organ sistem ekskresi
Text Box: Menggambar struktur masing-masing organ ekskresi dan memberi keterangan
Text Box: Menggambar posisi organ-organ tersebut terhadap tubuh lengkap manusia
 

















V.                Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai sistem ekskresi pada manusia. Pada praktikum kali ini memiliki tujuan mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan posisi organ-organ pada sistem ekskresi. Terdapat beberapa alat yang digunakan di dalam praktikum kali ini yaitu torso ginjal, torso hati, torso kulit, dan torso paru-paru. Kemudian langkah kerja yang di lakukan pada praktikum kali ini adalah pertama melakukan persiapan dengan menyiapkan torso organ-organ yang terdapat di lemari, setelah itu mengamati dan menentukan organ mana saja yang di gunakan sebagai organ ekskresi, lalu menggambarkan masing masing organ tersebut serta memberikan keterangan. Serta menggambarkan gambar sistem ekskresi secara utuh letak dari organ-organ ekskresi lengkap.
Di dalam tubuh manusia terjadi proses metabolisme terjadi di beberapa sistem diantaranya sistem pencernaan, sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Pada setiap sistem tersebut nantinya pasti akan menghasilkan suatu zat sisa dan juga energi. Zat sisa yang di hasilkan ini disebut juga dengan ekskresi. Sistem ekskresi adalah proses pembuangan zat-zat sisa yang tidak di butuhkan lagi oleh tubuh berupa zat cair, zat padat dan zat gas. Dalam hal ini zat sisa yang berupa cair yaitu urine, keringat dan juga cairan empedu, sedangkan zat sisa yang berupa gas CO2 dan juga uap air, kemudian zat sisa yang berupa padat yaitu feses. Jika zat-zat sisa tersebut tidak di keluarkan dari dalam tubuh makan akan mengganggu dan meracuni tubuh.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan terdapat beberapa organ yang ada di sistem ekskresi yaitu kulit, paru-paru, hati, dan juga ginjal.
Yang pertama adalah organ ekskresi adalah kulit. Kulit di bagi menjadi 3 kelompok besar yaitu epidermis, dermis dan juga hipodermis. Pada lapisan pertama yaitu lapisan epidermis, lapisan epidermis merupakan bagian kulit yang paling luar. Lapisan epidermis ini menyelimuti seluruh tubuh dan ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh. Bagian epidermis inilah yang mempunyai mekanisme proteksi yang sangat penting, antara lain: mensintesis mediator inflamasi seperti prostaglandins, eocosanoids, leucotriene, histamin, sitokin; Sintesis antioksidan termasuk glutation, oksidase, katalase, sitokron P450, vitamin C dan E Heat-shock protein, mengabsorbsi radiasi sinar ultra violet, seperti : melanin, trans urocanic acid; molekul pengikat air sebagai natural moisturizing factors; enzim-enzim untuk glukoronidasi, mekanisme hidroksilasi dan sulfation; sistem anti mikrobial seperrti lemak permukaan kulit, lapisan asam kulit (surface acidification), ironbinding proteins, komplemen dan peptida anti microbial; mengeluarkan keringat; pelindung tubuh; menyimpan kelebihan lemak; mengatur suhu tubuh; tempat pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet.
Pada lapisan epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit yaitu stratum corneum (lapisan tanduk), stratum lusidum (lapisan bening), stratum granulosum (lapisan berbutir), stratum spinosum (lapisan bertaju), dan stratum germinativum (lapisan benih). Stratum corneum merupakan lapisan paling atas dari epidermis yang terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Stratum lucidum Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir yang terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar. Stratum granulosum tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Stratum spinosum disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Dan lapisan yang terakhir adalah stratum germinativum atau bisa disebut stratum basal yang merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.
Setelah lapisan epidermis di bawahnya terdapat lapisan dermis yang menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kantung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan saraf. Kelenjar keringat berfungsi untuk mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuhnya. Selanjutnya kelenjar palit atau kelenjar sebacea berfungsi untuk mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kemudian pembuluh darah berfungsi membawa darah yang mengandung banyak zat makanan dan oksigen untuk metabolisme dimana energi atau ATP yang dihasilkan digunakan untuk pertumbuhan dari folikle rambut. Sel sel saraf berfungsi menerima rangsang dan menyalurkan ke neuro sesorik. Rambut sendiri berfungsi sebagai pengaturan suhu, pendorong penguapan keringat, indera peraba dan melinddungi kulit dari pengaruh buruk.
Kemudian setelah lapisan epidermis dan dermis terdapat lapisan paling bawah di kulit yang di namakan dengan lapisan hipodermis. Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Jaringan lemak sendiri berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Fungsi dari kulit ini sangat banyak pertama adalah memproteksi tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis. Kedua adalah sebagai absorbsi kulit berfungsi menyerap vitamin A, D E, dan K. Kulit juga berfungsi mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh seperti NaCl, urea dan amonia melalui keringat. Fungsi kulit juga sebagai pengaturan suhu. Kulitjuga berfungsi sebagai pembentukan pigmen yang terdapat di epidermis.
Salah satu fungsi dari kulit adalah meregulasi suhu tubuh atau pengaturan suhu tubuh. Mekanisme dari regulasi suhu tubuh adalah pertama suhu internal tubuh dalam keadaan normal sekitar 36oC-38oC kemudian terjadi penurunan suhu di bawah suhu normal hal tersebut membuat otak merespon perubahan suhu tersebut dan menstimuli terjadi nya penutupan pembuluh darah untuk meminimkan pengeluaran panas keluar tubuh sehingga tubuh akan kembali dalam keadaan normal, selain mestimuli penutupan pembuluh darah otak juga menstimuli kontraksi otot menjadi lebih cepat atau mengigil sehingga nantinya akan menghasilkan panas dan tubuh akan kembali lagi ke suhu normal.
Sedangkan Saat terjadi perubahan suhu tinggi, maka akan terjadi proses ekskresi oleh kulit dengan mengeluarkan kelenjar keringat. Proses pengeluran keringat diatur oleh hipotalmus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapatkan rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya kepermukaan kulit dalam bentuk keringat.
Kemudian organ ekskresi selanjutnya adalah paru-paru. Dimana paru-paru ini dimasukkan ke dalam organ sistem ekskresi karena paru-paru menghasilkan CO2 dan H2O sebagai hasil dari proses respirasi yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Paru-paru sendiri merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak di butuhkan oleh tubuh. Pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida akan dilakukan terus menerus supaya proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang berada di luar nantinya akan masuk ke dalam alat pernafasan hingga organ paru-paru. Ketika oksigen masuk ke dalam paru-paru nantinya akan melakukan difusi di alveolus antara karbondioksida dan juga oksigen, kemudian oksigen yang sudah di difusikan akan di bawa oleh darah ke seluruh tubuh dan di gunakan untuk proses respirasi sel sedangkan karbondioksida akan di bawa alat pernafasan keluar dari tubuh.
Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02).
Setelah terjadi pertukaran antara O2 dan CO2, selanjutnya CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk ke dalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) → ke aorta → seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran). CO2 sebagai sisa dari pembakaran akan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/atrium dekstra) → ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan dari sisa metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
            Bagian-bagian dari paru-paru sendiri di mulai dari trakea sebagai saluran tempat keluar masuknya oksigen dan karbondioksida. Kemudian selanjutnya percabangan dari trakea terdapat bronkus sebelah kanan 3 dan sebelah kiri 2. Terdapat percabangan kembali dari bronkus yaitu bronkiolus, bronkiolus dibedakan menjadi 3 yaitu bronkus primer yang percabangannya langsung setelah brokus, setelah itu bronkiolus sekunder yaitu percabangan dari bronkiolus primer, kemudian bronkiolus sekunder bercabang lagi menjadi bronkiolus tersier yang merupakan percabangan yang paling kecil. Setelah itu di ujung-ujung bronkiolus terdapat alveolus yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alveolus dalam jumlah banyak disebut dengan alveoli. Kemudian paru-paru memiliki 3 lobus di sebelah kanan dan 2 lobus di sebelah kiri. Lobus kanan di bagi menjadi 3 yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior yang memiliki sekat yang membatasi antara lobus superior dan lobus medius yang dinamakan fissura horizontal dan yang membatasi lobus medius dan lobus inferior yaitu fissura oblique. Sedangkan lobus sebelah kiri terdapat 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior yang di batasi oleh fissura oblique. Lobus kanan itu mengarah ke bawah sedangkan lobus kiri mengarah ke arah horizontal. Kemudian di luar organ paru-paru di lapisi oleh 2 selaput pleura yang menempel pada paru-paru dinamakan pleura viceral sedangkan yang melapisi rongga paru-paru dinamakan dengan pleura parietal. Di dalam rongga pleura terdapat cairan pleura yang disebut juga dengan eksudat, pleura disini fungsinya supaya tidak terjadi gesekan antara tulang rusuk dan paru-paru sehingga paru-paru aman. Oksigen dapat larut dalam air dan sel darah merah yang larut di dalam sel darah merah ini di namakan dengan oksihemoglobin. Dan karbondiosida juga dapat larut dengan plasma darah, air dan juga Hb (Karbominohemoglobin).
   Kemudian di lakukan pengamatan selanjutnya yaitu organ ekskresi hati. Hati termasuk organ sistem ekskresi karena melakukan sekresi atau pengeluaran amonia dan urea keluar tubuh. Hati merupakan salah satu organ terbesar yang adalah di dalam tubuh manusia karena beratnya saja 2 kg. Hati berwarna merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hati terletak di bagian teratas rongga abdominal, disebelah kanan, dibawah diagfragma dan menempati hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan sebagian epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada dibawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Permukaannya dilapisi pembuluh darah yang keluar masuk hati.
   Berdarkan pengamatan yang di lakukan ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa hati terbagi menjadi 2 lobus yaitu lobus dextra dan lobus sinistra. Sedangkan beberapa ahli mengatakan lobus dibedakan menjadi 4 yaitu lobu dextra, lobus sinistra, lobus caudatus dan lobus kuadrat. Lobus kanan dirancang dengan banyak anatomi, yang terdiri atas bagian depan yakni lobus kuadrate dan bagian belakang yakni lobus kaudata. Menurut morfologi dasar, khususnya aliran darah, lobus kuadrate dan lobus kaudata lebih tepat dianggap sebagai bagian dari lobus kiri. Hati di bedakan menjadi 2 dengan di bagi oleh sekat yang dinamakan dengan ligamentum valciform, ligamentum falciform adalah bentuk lanjutan  dari parietal peritoneum yang membujur dari permukaan bawah diaghfragma hingga ke bagian atas hati, diantara dua lobus hati.namun terdapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa terdapat sekat triangularis yang memisahkan 3 lobus. Bentuk dari hati sangat disesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Terdapat bagian yang dinamakan permukaan depan (parietal surface atau anterior surface), dan permukaan belakang (posterior surface atau visceral surface) yang memberikan pengaruh pada lambung, usus halus, ginjal sebelah kanan, dan usus besar. Pengaruh ini diakibatkan oleh vena kava inferior yang menjadi batas penanda antara lobus kiri dan lobus kaudata. Selain lobus kaudata, juga terdapat lobus kaudrata yang terletak diantara lobus kiri dan kandung empedu. Empedu sendiri berfungsi sebagai penghasil bilirubin dan biliverdin,dan juga sebagai penghasil pigmen warna empedu yang merombak eritrosit yang mengakibatkan Hb di pecah menjadi bilirubin dan biliverdin kemudian bilirubin dan biliverdin akan di rombak kembali menjadi urobilin yang digunakan untuk mewarnai feses.
            Dalam hal ini hati sendiri berfungsi untuk merombak eritrosit. Merombak lemak atau mengemulsikan lemakn menjadi asam lemak dan gliserol, setelah lemak di ubah menjadi asam lemak dan gliserol nantinya asam lemak ini akan menyatu membentuk agregat-agregat sehingga nantinya akan mudah di serap oleh sel. Selain itu hati berfungsi sebagai detoksifikasi racun atau menetralkan racun, kemudian mengeluarkan zat warna empedu sehingga nantinya akan terjadi peromaka sel darah merah dengan bantuan histiosit.
Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah. Misalnya, pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan glikogen  di hati atau asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hati juga dapat membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi lemak.
Membantu metabolisme Protein. Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah gugus amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau diubah menjadi karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun menjadi urea dan dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri dalam usus), sintesis dari hampir seluruh protein plasma, seperti a dan b globulin, albumin, fibrinogen, dan protombin (bersama-sama dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan transaminasi transfer kelompok amino dari asam amino ke substansi (a-keto acid) dan senyawa lain.
Pada pembentukan empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat atau turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari sistem pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles (agergat dari asam lemak, kolesterol dan monogliserida), kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam sistem pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.
Zat-zat yang dibentuk dalam empedu antara lain adalah: Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen empedu, merupakan hasil dari metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian nonprotein dari hemoglobin, akan mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin, lalu bilirubin. Keseluruhan proses perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar 70-80% bilirubin diperoleh dari pemecahan hem yang berasal dari hemoglobin ini, dan 20-25% berasal dari protein hem lain seperti mioglobin, sitokrom (yang mengandung hem) dan katalase. Sebagian kecil diperoleh dari penghancuran sel eritroid muda (akibat eritropoesis yang tidak efektif).
            Selanjutnya adalah hasil pengamatan yang di lakukan pada organ utama dalam sistem ekskresi yaitu ginjal. Ginjal merupakan organ ekskresi yang mengeluarkan zat sisa berupa urine. Urine sendiri terdiri dari dari air, urea, garam, dan mineral serta zat-zat lain yang bersifat toksik. Sepasang ginjal pada manusia terletak di rongga perut bagian kanan dan kiri ruas-ruas tulang belakang. Ginjal sebelah kiri lebih tinggi dari sebelah kanan hal ini dapat terjadi dikarenakan posisi hati berada di atas ginjal sebelah kanan mengakibatkan ginjal sebelah kanan menjadi di bawah. Bagian-bagian dari ginjal terdiri dari 3 yaitu kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal pelvis. Kulit ginjal atau korteks merupakan bagian terluar dari ginjal yang mengandung berjuta-juta sel nefron yang berfungsi sebagai filtrasi atau penyaringan darah. Di dalam nefron terdiri dari badan malpigi, yang tersusun oleh glomerulus dan kapsula bowman. Selanjutnya adalah sumsum ginjal atau biasa disebut dengan medula, yang tersusun atas beberapa badan yang berbentuk piramida. Pada Pada bagian ini terdapat ribuan pembuluh halus yang merupakan kelanjutan kapsul Bowman. Sumsum ginjal merupakan bagian tengah ginjal, dan tempat yang dilalui oleh urine sekunder. Kemudian selanjutnya adalah rongga ginjal atau pelvis yang merupakan bagian terdalam dari sebuah ginjal. Urine yang sudah di saring oleh glomerulus akan menetes ke pelvis, pelvis disini sebagai tempat penampungan sementara urine sekunder.
            Ginjal memiliki beberapa fungsi yang pertama adalah menyaring serta membersihka darah dari zat metabolisme tubuh, menjaga keseimbangan asam basa yang terdapat dalam tubuh manusia, reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal, menyekresikan zat yang jumlahnya berlebihan, sebagai tempat pembentukan urine dan penyaringan racun, dll.
            Terdapat beberapa macam proses yang terjadi sebelum urine keluar dalam keadaan berisi zat-zat sisa yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Tahapannya pertama penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan augmentasi.
            Penyaringan (filtrasi) merupakan proses pembentukan urine yang terjadi pertama kalinya di ginjal. Pertama pertama terjadi penyaringan darah di kapiler glomerulus. Kemudian di kapiler glomerulus terdapat sel-sel kapiler yang berpori, tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus sehingga nantinya akan mempermudah proses penyaringan yang terjadi. Kemudian selai terjadi proses penyaringan di glomerulus juga terjadi proses penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah dan juga sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan yang memiliki molekul kecil terlarut di dalam plasma seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Nantinya hasil dari penyaringan yang dilakukan di glomerulus akan menghasilkan filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
            Kemudian setelah melalui proses penyerapan yang terjadi di glomerulus dan menghasilkan urine primer, di lanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu tahapan penyerapan kembali atau reansorbsi. Penyerapan kembali atau reabsorbsi ini merupakan proses penyerapan kembali bahan-bahan yang masih di perlukan di dalam urine primer di tubulus kontortus proksimal. Penyerapan kembali zat-zat yang masih di butuhkan oleh tubuh tersebut melalui 2 cara yang pertama gula dan asam amino melalui peristiwa difusi sedangkan air melalui proses osmosis. Penyerapan air sendiri terjadi di tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Substansi yang masih di perlukan oleh tubuh seperti glukosa dan juga asam amino akan di kembalikan kembali ke darah. Zat-zat seperti amonia obat-obatan, seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah proses reabsorbsi selesai nantinya akan di hasilkan urine sekunder yang mengandung zat-zat tidak di butuhkan lagi oleh tubuh dan konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah misalnya urea.
   Selanjutnya setelah melalui proses reabsorbsi akan di lanjutkan ke proses augmentasi yaitu peroses penambahan zat sisa urea, ion H+, K+, NH3+ yang terjadi di tubulus kontortus distal. Sebelum masuk ke tubulus kontortus distal urine masuk ke lengkung henle terlebih dahulu. Kemudian setelah masuk ke tubulus kontortus distal, selanjutnya setelah terjadi penambahan zat-zat tersebut urine sesungguhnya terbentuk dan akan masuk ke tubulus kolektivus, kemudian masuk ke pelvis renalis, selanjutnya ke ureter, kemudian ke vesica urinaria atau kandung kemih kemudian urine akan di keluarkan melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Dalam pembentukan urin, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urin, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal, meliputi: adanya pengaruhh Hormon Antidiuretik (ADH). Hormon ini mempengaruhi kesetimbangan air dalam darah, ia mengatur reabsorpsi air pada tubulus kontortus distal. Selain ADH, faktor internal yang mempengaruhi proses pembentukan urin adalah Hormon Insulin. Hormon ini berperan dalam mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, ia mengatur reabsorpsi glukosa. Jika kadar insulin rendah, maka gula darah akan meningkat. Dengan adanya hormon ini, kandungan glukosa yang berlebih pada urin akan diuraikan sehingga kadar glukosa dalam darah akan normal.
Setelah faktor internal, ada faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan urin, yaitu faktor eksternal. Faktor ini meliputi: jumlah air yang diminum, banyak minum menyebabkan konsentrasi air dalam darah >, konsentrasi protein < ADH < filtrasi berkurang < penyerapan air < sehingga urine yang dihasilkan meningkat dan encer.
      Faktor yang mempengaruhi jumlah keringat yang keluar adalah aktivitas tubuh, suhu lingkungan, makanan, kesehatan, dan emosi. Dimana ketika suhu tinggi, maka akan terjadi proses ekskresi oleh kulit dengan mengeluarkan kelenjar keringat. Proses pengeluran keringat diatur oleh hipotalmus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapatkan rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya kepermukaan kulit dalam bentuk keringat.
            Kemudian faktor yang mempengaruhi pengeluaran karbondioksida dan uap air yang ada di dalam tubuh adalah umur, jenis kelamin, suhu tubuh, aktivitas tubuh dan posisi tubuh. Dimana ketika umur seseorang semakin tuaa makan frekuensi pernafasannya semakin rendah maka karbondioksida dan uap air yang dikeluarkan akan semakin sedikit karena frekuensi pernafasannya semakin rendah. Selanjutnya jenis kelamin juga mempengaruhi pengeluaran karbon dioksida dan uap air yang keluar laki-laki lebih banyak bergerak sehingga frekuensi pernafasan untuk pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida semakin cepat. Begitu juga suhu tubuh ketika suhu tubuh meningkat frekuensi pernafasannya pun ikut meningkat maka proses pengeluaran karbon dioksida juga ikut meningkat.
VI.             Penutup
7.1 Kesimpulan
   Pada praktikum kali ini di ketahui bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 4 organ yang berperan dalam sistem ekskresi yaitu kulit, paru-paru, hati dan juga ginjal. Kulit merupakan organ ekskresi yang melakukan pengeluaran zat sisa berupa keringat. Kulit terdiri dari beberapa lapisan yaitu epidermis, dermis dan juga hipodermis. Kulit terletak di bagian luar tubuh yang menyelimuti dan membatasi antara bagian dalam tubuh dengan lingkungan. Kemudian selanjutnya adalah paru-paru, paru-paru merupakan organ ekskresi yang mengeluarkan CO2 dan uap air. Paru-paru sendiri terdiri dari 3 bronkus kanan dan 2 bronkus kiri, terdapat percabangan yang lebih halus lagi dinamakan dengan bronkiolus, kemudian di ujung bronkiolus terdapat alveolus yaitu tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida, paru-paru sendiri terdiri 3 lobus kanan dan 2 lobus kiri. Selanjutnya hati juga termasuk organ ekskresi karena mengeluarkan zat sisa berupa amonia yang juga urea. Hati terletak di rongga perut bagian kanan dibawah diafragma. Hati berwarna merah tua kecoklatan dengan berat sekitar 2 kg. Setelah itu ginjal juga merupakan organ eksresi karena mengeluarkan urine dari dalam keluar tubuh. Bagian-bagian dari ginjal terdiri dari 3 yaitu kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal pelvis. Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang merah dengan warna merah keunguan dengan panjang 10 cm dan berat sekitar 200 gram. Ginjal yang terletak dirongga perut sebelah kanan dan kiri ruas tulang belakang. Letak ginjal sebelah kiri lebih tinggi dari ginjal sebelah kanan, karena diatas ginjal sebelah kanan terdapat hati yang berukuran besar.

7.2 Saran
            Sebaiknya pada saat menjelaskan materi yang di jelaskan jangan sampai salah, takutnya praktikan salah konsep.




Daftar Pustaka
Campbell, Neil A., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Fadhilah, A. N., Destiani, D., Dhamiri, D. Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Anak Dengan Metode Expert System Development Life Cycle. Jurnal Algoritma. Vol 9 (13).
Hall, E John. 2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pearce. E., 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Purwaningsih, S., Salamah, E., Budiarti. T. 2014. Formulasi skin lotion dengan enambahan Karagenan dan Antioksidan Alami dari Rhizophora mucronata Lamk. Jurnal Akuatika Vol 5 (1)
Ramdhany, dkk. 2014. Diagnosis Gangguan Sistem Urinari pada Anjing dan Kucing Menggunakan VFI 5. Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi. Vol 2 (2).
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Supriyadi, dkk. 2011. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 6 (2): Halaman 107-112.
Waluyo dan Wahono. 2016. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Jember : Universitas Jember.
















                                                       





                                                        Lampiran         











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates