LAPORAN STUDI LAPANG
TAKSONOMI TUMBUHAN
Di Kebun Raya
Purwodadi Pasuruan-Malang
Divisi / Kelas :
Magnoliophyta / Liliopsida
Dikumpulkan guna
memenuhi tugas taksonomi tumbuhan
Oleh :
Kelompok : 3 / Monokotil 1
Anggota : 1. Rose Lolita (130210103027)
2. Titan Satria Ananda (130210103014)
3. Nira Viradarani (130210103098)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji
dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun diberikan kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan
makalah tugas laporan akhir studi lapang ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Taksonomi Tumbuhan Di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan - Malang”.
Penyusun mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Taksonomi Tumbuhan, Ibu Siti Murdiyah, S.Pd., M.Pd. dan Dra. Pujiastuti, M.Si yang telah membimbing selama kegiatan
perkuliahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan
tepat waktu. Tak lupa juga saya sampaikan terimakasih kepada segenap Asisten
Praktikum Taksonomi Tumbuhan, khususnya di kelas C, yakni Mbak Firda Rosetty
dan Mbak Kunnaida yang telah membimbing dan membagikan ilmu selama kegiatan
praktikum. Untuk teman-teman Pendidikan Biologi khususnya di Kelas C, saya
ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.
Laporan ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan,oleh karenanya penyusun tetap mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Penyusun juga
memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan laporan.
Demikian penulisan laporan studi lapang ini, semoga bermanfaat bagi semua
khusunya bagi pembaca.
Jember, 26 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu
tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil/
monocotyledoneae dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan
dikotil/ dicotyledonae. Tumbuhan berkeping biji tunggal (monokotil) adalah
salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah
karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson
dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti
Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.
Di Indonesia saat ini terdapat kurang lebih 250.000 spesies
monokotil dibandingkan dengan tumbuhan dikotil yang dikenal sebanyak 750
spesies.
Untuk mempertahankan keanekaragaman tumbuhan tersebut maka dilakukan suatu upaya konservasi terhadap tumbuhan baik secara in-situ maupun ek-situ .Konservasi in-situ merupakan upaya pemeliharaan tanaman di dalam habitat aslinya, misalkan cagar alam dan taman nasional. Sedangkan konservasi secara ek-situ adalah upaya pemeliharaan tanaman bukan di habitat aslinya melainkan pada habitat baru yang di sesuaikan dengan habitat aslinya. Pemeliharaan secara eksituini contohnya adalah kebun raya.
Untuk mempertahankan keanekaragaman tumbuhan tersebut maka dilakukan suatu upaya konservasi terhadap tumbuhan baik secara in-situ maupun ek-situ .Konservasi in-situ merupakan upaya pemeliharaan tanaman di dalam habitat aslinya, misalkan cagar alam dan taman nasional. Sedangkan konservasi secara ek-situ adalah upaya pemeliharaan tanaman bukan di habitat aslinya melainkan pada habitat baru yang di sesuaikan dengan habitat aslinya. Pemeliharaan secara eksituini contohnya adalah kebun raya.
Salah satu kebun raya di Indonesia yang memiliki koleksi
tumbuh-tumbuhan khususnya tumbuhan dataran rendah kering adalah Kebun Raya
Purwodadi (KBR). Tumbuh-tumbuhan dataran rendah kering yang terdapat di Kebun
Raya Purwodadi memiliki kelebihan dan daya tarik bila dibandingkan dengan
daerah lain. Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh
Dr. L.G.M. Baas Becking atas prakarsa Dr. D.F. Van Slooten pada tanggal 30 Januari
1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan S’Lands Plantentuin Buitenzorg
atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun
Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi
spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka
Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab
(LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mula-mula kebun ini dipergunakan
untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai
diterapkan dasar-dasar perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya pembuatan
petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali
menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti.
Dalam perkembangannya di harapkan cabang balai kebun raya
purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitian tumbuhan iklim kering di
daerah tropis. Kegiatan ini meliputi pengamatan dan pengenalan jenis, marga dan
suku dari tumbuhan yang tergolong dalam divisi Pteridophyta, Gymnospermae, dan
Angiospermae. Namun, dalam kesempatan ini kelompok kami mendapatkan bagian
untuk mengamati kelompok tumbuhan Angiospermae yaitu pada kelas Monokotil saja.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah gambaran umum Kebun Raya Purwodadi?
2.
Bagaimanakah karakteristik tumbuhan Monokotil?
3.
Tumbuhan Monokotil apa saja yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi?
4. Bagaimanakah manfaat dari masing-masing spesies tumbuhan Monokotil yang diamati?
4. Bagaimanakah manfaat dari masing-masing spesies tumbuhan Monokotil yang diamati?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui gambaran umum Kebun Raya Purwodadi.
2.
Untuk mengetahui karakteristik umum
tumbuhan Monokotil.
3.
Untuk mengetahui tumbuhan monokotil yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi.
4.
Untuk mengetahui karakteristik dan manfaat dari masing-masing spesies tumbuhan
Monokotil yang diamati.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan negara yang memiliki
keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil. Indonesia memiliki
sekitar 30.000 spesies tumbuhan, jumlah ini sama dengan 10% flora dunia.
Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman tumbuhan, tetapi masih banyak yang
belum terungkap secara ilmiah. Hal ini dikarenakan derasnya pemanenan
sumberdaya hayati, khususnya penebangan ekosistem hutan dengan berbagai alasan,
besar kemungkinan bahwa keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan ini
tererosi, bahkan terancam punah (Kartawinata, 2010).
Dunia
tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam divisio. Kelima division tersebut dari yang
paling sederhana ke yang paling komplek
yaitu Divisio Schyzophyta yaitu tumbuhan
belah; yang menjadi anggota Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara
reproduksinya dengan membelah diri, inti sel belum berdinding dan secara umum
bersifat uniseluler. Contoh dari Diviso Schizophytaadalah bakteri dan alga
biru. Divisio berikutnya adalah Divisio Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan
yang dapat multiseluler ataupun uniseluler namun sudah memiliki inti yang
sesungguhnya. Contoh dari Divisio Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat
pada kelompok tumbuhan lain yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun
sel telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta.
Bryophyta kadang-kadang dapat dianggap sebagai moyang tumbuhan berpembuluh.
Kesederhanaan strukturnya, tidak adanya jaringan pembuluh dan pembatasan pada
tempat-tempat basah menyatakan bahwa mereka adalah bentukan peralihan di antara
alga tumbuhan berpembuluh (Kimball, 1987). Meningkat pada kelompok tumbuhan Pteridophyta, adalah divisio yang
semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah jelas.
Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora (Tjitrosoepomo.1988).
Tumbuhan
paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetatif yang
terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ generatif terdiri
atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium. Sporangium tumbuhan paku
umumnya berada di bagian bawah daun serta membentuk gugusan berwarna hitam atau
coklat. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap
tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi tumbuhan paku
(Arini, 2012).
Divisio tertinggi dalam dunia tumbuhan, adalah
Divisio Spermatophyta; divisio ini telah memiliki biji untuk perkembangan
biakan generatifnya. Divisio ada juga yang membaginya menjadi 4 saja
dikarenakan Divisio Schizophyta yaitu tumbuhan belah; karena memiliki ciri inti
sel belum berdinding maka dikelompokkan pada kelompok tersendiri di luar
kelompok tumbuhan yaitu Kingdom Monera (Heyne, 1992).
Angiospermae atau tumbuhan biji tertutup memiliki ciri -
ciri yaitu bakal biji selalu diselubungi bakal buah, memiliki organ bunga yang
sesungguhnya, terdiri dari tumbuhan berkayu atau batang basah, sistem perakaran
tunggang atau serabut, batang bercabang atau tidak, serta kebanyakan berdaun
lebar, tunggal atau majemuk dengan komposisi yang beranekaragam, demikian juga
dengan pertulangannya. Angiospermae memiliki dua subdivisio yaitu
dicotyledoneae dan monocotyledoneae, mencakup sekitar 300 familia atau lebih
dari 250.000 spesies. Di antara familia tersebut yang ditemukan di berbagai
lokasi adalah rumput - rumputan dengan jumlah 7500 spesies (Tjitrosomo, 1984:
210).
Divisi
Spermatophyta dibagi menjadi dua sub divisi Gymnospermae dan Angiospermae.
Subdivisi
Gymnospermae
Beberapa
jenisnya sudah punah. Jenis-jenis yang masih hidup termasuk ke dalam beberapa
ordo yaitu:
1.
Ordo Cycadales
Cycadaceae
Ciri
khas: perawakan seperti palmae, daun besar, pinnatus; strobili uniseksual,
letaknya terminal atau pada kerumunan daun; biji besar seperti drupa. Masih
mirip dengan tumbuhan paku, terutama daun mudanya. Beberapa contoh jenisnya: Cycas
rumphii, C. siamensis (asli di Malaya), beberapa genera yang lain: Macrozamia,
Zamia, Encephalartos (Tjitrosoepomo, 1984).
2.
Ordo Coniferales
Podocarpaceae
Perdu
atau pohon. Daun tersebar atau tersusun spiral, bentuknya bervariasi dari
bentuk sisik, bentuk jarum hingga lanset. Strobilus uniseksual, dioesius,
terdapat pada bagian atas ketiak daun. Strobilus jantan terdiri dari banyak
mikrosporofil yang tersusun secara spiral, masing-masing berisi sepasang
mikrosporangia, mikrospora bersayap. Strobili betina berisi ovul tunggal (atau
jarang terdiri dari beberapa ovul). Contoh jenis: Podocarpus polystachyus,
Dacrydium elatum, Phyllocladus hypophyllus.
3.
Ordo Gnetales
Gnetaceae
Merupakan
tumbuhan memanjat dan berkayu, beberapa jenis berupa pohon tegak. Daun tunggal
berhadapan, pertulangan reticulatus. Strobili uniseksual atau biseksual tidak
sempurna. Strobilus jantan berbentuk memanjang, articulatus, terdapat pada ketiak
daun (penampakannya seperti bunga jantan). Strobilus betina juga berbentuk
memanjang, articulatus, terdapat pada ketiak daun (penampakannya seperti bunga
betina). Hanya terdiri dari satu genus (monogenerik), terdapat 10 jenis di
Malaya. Jenis yang umum dan sudah dibudidayakan adalah Gnetum gnemon (melinjo).
Subdivisi
Angiospermae
Menurut
Tjitrosoepomo (2003)
subdivisi
ini dibagi ke dalam 2 kelas yaitu; kelas Dikotiledoneae dan kelas
Monokotiledoneae.
A.
Dikotiledoneae B.
Monokotiledoneae.
1.
Subkelas Magnoliideae 1. Subkelas
Arecidae
2.
Subkelas Dilleniideae 2. Subkelas
Commelinidae
3.
Subkelas Rosaideae 3. Subkelas
Zingiberidae
4.
Subkelas Asteridae 4. Subkelas
Liliidae
5.
Subkelas Alismatidae
1)
Bangsa Rhoeadales (Brassicales).
Bangsa ini meliputi tumbuhan yang sebagian besar
berupa terna dengan daun - daun yang duduknya tersebar tanpa dun penumpu. Bunga
umumnya banci, aktinomorf, hiasan bunga berupa kelopak dan mahkota yang berdaun
lepas, berbilangan 2 – 4, kadang-kadang 3 – 5 . Benang sari sama banyaknya
dengan daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah biasanya menumpang dengan 2
tembuni atau lebih yang terdapat pada dinding buah, kadang-kadang menjadi
beruang banyak karena adanya pembentukan sekat-sekat. Dari segi anatomi ada
sifat-sifat yang karakteristik yaitu adanya buluh-buluh getah dan sel-sel yang
mengandung mirosin (Steenis, 1998).
2)
Bangsa Guttiferales atau Clusiales
Sebagian besar berupa semak, perdu, atau pohon
dengan batang berkayu, daun tunggal berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu.
Bunga hampir selalu banci, 7 dengan kelopak dan daun-daun mahkota yang bebas,
kebanyakan berbilangan 5. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun
mahkota, jika lebih berberkas. Putik dengan bakal buah yang menumpang, apokarp
atau sinkarp, jika sinkarp hanya beruang 1 dengan tembuni pada dindingnya,
biasanya beruang lebih dari 1 dengan tembuni di pusat dalam sudut-sudut
ruangan. Biji dengan endosperm yang tidak mengandung zat tepung. Dari segi
anatomi terdapat sifat-sifat yang khas, yaitu adanya sel-sel spikula (sel - sel
yang mengandung badan-badan seperti paku atau jarum-jarum kecil) dalam daging
daunnya dan terdapatnya saluran-saluran atau rongga-rongga yang berisi resin
terutama (Steenis, 1998).
3)
Bangsa Malvales atau Columniferae
Anggota bangsa Malvales disebut juga Columniferae,
mempunyai sebagai ciri khasnya terdapatnya “columna”, yaitu bagian bunganya
yang terdiri atas perlekatan bagian bawah tangkai sarinya membentuk badan yang
menyelubungi putik dan bagian pangkalnya berlekatan dengan pangkal daun-daun
mahkota, sehingga bila mahkota bunga ditarik keseluruhannya akan terlepas dari
bunga bersama-sama dengan benangbenang sari dengan meninggalkan kelopak dan
bakal buah saja. Tumbuhan yang tergolong ke dalam bangsa ini kebanyakan berupa
semak atau pohon, ada pula yang merupakan terna yang annual. Daun tunggal,
tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga umumnya banci, aktinomorf, berbilngan
5, dengan daun-daun kelopak yang berkatup dan daun-daun mahkota seperti sirap
atau genting. Benang sari banyak, tersusun dalam 2 lingkaran, yang di lingkaran
luar seringkali tereduksi, yang di lingkaran dalam membentuk “columna”. Bakal
buah menumpang, beruang 2 sampai banyak, dalam tiap ruang terdapat 1 sampai
banyak bakal biji yang tegak, masing-masing dengan 2 integumen. Pada
bagian-bagian tertentu seperti daun dan kulit batang terdapat sel-sel atau
saluran-saluran lendir, dan di luar sering rambut-rambut berbentuk bintang.
Dalam bangsa ini ada beberapa suku, diantaranya yang penting ialah (Steenis,
1998).
4)
Bangsa Cucurbitales
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku saja, yaitu
suku Cucurbitaceae, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Kebanyakan berupa
terna annual, jarang sekali berupa semak atau perdu, biasanya memanjat dengan
menggunakan sulur-sulur alat-alat pembelit yang merupakan metamorfosis cabang,
dahan atau kadang-kadang daun penumpu. Daun tunggal, berlekuk, berbagi, sampai
mejemuk menjari, tanpa daun penumpu, biasanya duduk tersebar. Bunga aktinomorf,
hampir selalu berkelamin tunggal, berumah satu, tetrasiklik, pentamer. Bagian
ujung daun-daun mahkota tersusun seperti katup. Benang sari berjumlah 5, jarang
bebas, kebanyakan sedikit banyak berlekatan satu sama lain, kepala sari beruang
dua, dengan ruang sari terlipat, menghadap ke luar, kelima-limanya bergabung
membentuk sinandrium di pusat, atau empat dari kelima kepala sari itu
berpasang-pasangan. Bakal buah tenggelam, kebanyakan beruang tiga, dalam, dalam
masing-masing ruang terdapat dua tembuni yang membengkok keluar dengan
kebanyakan sejumlah besar bakal biji (ada kalanya hanya satu), masing-masing
dengan dua selaput kulit biji. Tangkai kepala putik dengan kepala putik yang
berbagi tiga seperti garpu. Buahnya pada umumnya berupa buah buni, jarang
seperti buah kendaga. Biji tanpa endosperm (Steenis, 1998).
5.
Bangsa Rosidales
Bangsa ini terdiri atas terna, semak, atau pohon
dengan daun-daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan,
dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga merupakan bunga banci, karena reduksi
dapat menjadi berkelamin tunggal, jelas mempunyai hiasan bunga yang dapat
dibedakan antara kelopak dan mahkotanya, mahkota berdaun mahkota bebas, dan
kebanyakan berbilangan 5. Jumlah benang sari sama dengan jumlah daun mahkota,
ada yang dua kali lipat atau banyak, jarang lebih sedikit daripada jumlah daun
mahkotanya. Bakal buah sama dengan jumlah daun mahkota atau kurang, bebas,
dapat berupa bakal buah beruang banyak dengan tembuni sentral. Dasar bunga
berbentuk cakram , melebar atau cekung dengan bagian-bagian bunga yaitu mulai
dari kelopak sampai benang-benang sari pada tepinya. Bakal buah seringkali
terdapat dalam cekungan dasar bunga dan diselubungi dasar bunga itu, hingga
letak bakal buah menjadi tenggelam (Steenis, 1998).
6.
Bangsa Ranales (Ranunculales)
Sebagian besar warga bangsa ini terdiri atas
tumbuhan dengan batang berkayu, kadang-kadang dalam kayunya belum terdapat
trakea, sebagian kecil berupa terna. Ciri utama bangsa ini ialah terdapat daun
buah yang bebas pada bunganya, sehingga dari satu bunga dapat membentuk banyak
buah. Kedudukan primitifnya terlihat dari, dimilikinya bunga yang
bagian-bagiannya selain bebas satu dengan yang lain juga karena duduknya yang
mengikuti spiralnya dan adanya bentuk-bentuk peralihan antara bagian-bagian
utama bunga. Selain itu, bagian-bagian bunga tersebut (terutama daun-daun
buahnya) kadang-kadang masih jelas sifatnya sebagai sporofil dengan bakal biji
(makrosporangium) yang terletak pada tepinya (marginal) (Steenis, 1998).
7.
Bangsa Liliiflorae (Liliales)
Kebanyakan berupa terna perennial, mempunyai
rimpang, umbi sisik atau umbi lapis, kadang-kadang juga berupa semak atau
perdu, bahkan berupa pohon, ada pohon, ada pula yang merupakan tumbuhan
memanjat. Daun tersebar pada batang atau merupakan rozet akar. Bunga banci,
atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi berkelamin
tunggal, aktinomorf atau zigomorf, biasanya tersusun dalam rangkaian yang
bersifat rasemos. Hiasan bunga berupa tenda bunga berbilangan 3 yang tersusun
dalam 2 lingkaran, menyerupai mahkota, kadang-kadang seperti kelopak, tetapi
jarang dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota. Benang sari bisanya 6, dalam
2 lingkaran, lingkaran yang dalam sering kali tidak ada. Bakal buah menumpang
atau tenggelam. Kebanyakan beruang 3 dengan bakal biji yang anatrop. Buahnya
buah kendaga atau buah buni. Biji dengan endosperm berdaging atau seperti
tanduk. Warga bangsa Liliales mempunyai daerah distribusi yang sangat
luas, meliputi semua daerah beriklim sedang dan beriklim tropika, sebagian kecil
di daerah-daerah iklim panas (Steenis, 1998).
8.
Bangsa Zingiberales
Habitus berupa
terna yang besar, perenial, mempunyai rimpang atau batang dalam tanah. Daun lebar,
jelas dibedakan dalam tiga bagian : helaian, tangkai, dan upih. Helaian daun
simetris, bertulang menyirip. Bunga besar dengan warna yang menarik,
banci, zigomorf atau asimetris. Kelopak dan mahkota bilangan 3, kelopak sering
menyerupai mahkota. Benag sari 6, tersusun dalam 2 lingkaran, tangkai sari
bebas, sering terdapat reduksi, sehingga kadang-kadang hanya tinggal 1 benang
sari yang fertil, yang lain mandul atau tidak terdapat. Bakal buah tenggelam,
kebanyakan beruang 3, tiap ruang dengan 1 sampai banyak bakal biji. Biji tanpa
atau dengan sedikit endosperm, tetapi dengan perisperm yang besar (Steenis,
1998).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Kegiatan
dilaksanakan pada :
Hari
/ Tanggal : Jum;at, 08 Mei 2015.
Tempat
: Seluruh area Kebun Raya Puwodadi Pasuruan – Malang.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1
Alat
1. Alat
tulis menulis : pensil, bollpoit, penghapus, penggaris, buku kerja
2. Papan
dada
3. Kamera
digital
3.2.2.Bahan
1. Berbagai
macam tanaman yang ada di seluruh area Kebun Raya Purwodadi Pasuruan-Malang
3.3 Cara Kerja
Mendata
atau menganalisis 10 macam tumbuhan dari berbagai suku dan marga yang berbeda.
|
Mendeskripsikan
tumbuhan tersebut.
|
Mengaadikan
tumbuhan dengan enggunakan camera digital
|
Mencatat
hasil pengamatan
|
Mempresentasikan
dan melaporkan hasil pengamatan.
|
Mengisi
kolom yang tersedia pada buku kerja sesuai dengan keterangan yang telah
diberikan oleh guide.
|
Menuliskan klasifikasi dari tumbuhan yang ditemukan secara lengkap.
|
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
NO.
|
Nama dan Gambar
Tumbuhan
|
Deskripsi dan Klasifikasi
|
1.
|
Livistona rotundifolia
(Palem Sadeng)
|
Deskripsi:
1. Akar : Serabut
2. Batang : Vertikal (Tegak)
3. Daun : Membentuk Kipas
4.Alat Reproduksi: Terdapatbunga
(membentuk tandan), ada buah, satu tandan terdiri dari banyak buah terlihat
seperti hiasan.
5. Ciri Khusus :
-Tangkai daun diselubungi oleh serabut
-Daun seperti pita
-Terdapat cincin batang (alur berkas
duduk daun)
6. Manfaat : Untuk tanaman hias karena memiliki nilai ekonomis. Kayunya
digunakan untuk bahan bangunan
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus :
Livistona
Spesies :Livistona rotundifolia
|
2.
|
Metroxylon sagu Rottb
(Sagu)
|
Deskripsi :
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Tidak berduri, di batang terdapat akar adventif
berfungsi sebagai penyerap udara
3.Daun :
Anak daunnya berbentuk pita, pelepah daun terdapat warna garis-garis dan
berwarna hijau.
4.Alat reproduksi: Tunas
5.Ciri Khusus: Habitus pohon berumpun
6.Manfaat : Sebagai bahan makanan.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus :
Metroxylon
Spesies :
Metroxylon sagu Rottb
|
3.
|
Elaeis guineensis Jacq
(Kelapa Sawit)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Kulit batang kasar, terdapat bekas pelepah
3.Daun :
Berbentuk pita, tunggal
4.Alat reproduksi: Buah berwarna merah
kecoklatan seperti salak. Bunga berwarna merah, bijinya menuju jadi tanaman
baru.
5.Ciri Khusus: Buahnya tersusun dalam
tandan yang banyak, buahnya berwarna merah kecoklatan
6.Manfaat : Diambil minyaknya sebagai
bahan bangunan. Limbahnya dari buah dapat digunakan sebagai bahan pembuatan
sabun.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus :
Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq
|
4.
|
Imperata cylindrica
(Ilalang)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Berbentuk herba, berstolon di dalam tanah.
3.Daun :
Berbentuk pita, tepinya bergerigi
4.Alat reproduksi: Bunga berwarna putih
5.Ciri Khusus : Batang yang masih muda kuat dan lancip
6.Manfaat : Batang muda dan rhizome digunakan sebagai obat kuat dan
sebagai minuman.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Graminales
Family :
Gramineae
Genus :
Imperata
Spesies :Imperata cylindrica
|
5.
|
Pandanus labyrinthicus
(Pandan)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Habitus semak, batangnya berduri
3.Daun :
Daun berduri, duduk daun roset, bentuk daun seperti pita. Tepi daun bergerigi. Tulang dau bagian bawah timbul.
4.Alat reproduksi: Biji dan vegetatif
stek
5.Ciri khusus: Terdapat akar adventif
untuk menyangga batang pohon.
6.Manfaat : Sebagai tanaman hias.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Pandanales
Family :
Pandanaceae
Genus :
Pandanus
Spesies :
Pandanus sp.
|
6.
|
Ananas comosus
(Nanas-nanasan)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang :Herbaceous, berada di bawah tanah.
3.Daun :
Roset batang berbetuk pita, tepinya bergerigi.
4.Alat reproduksi: Tunas (vegetatif)
5.Ciri khusus : Daun berduri, berwarna hijau kemerahan, batangnya putih.
Buahnya berduri dan majemuk.
6.Manfaat : Untuk makanan, buahnya enak untuk dikonsumsi, dapat
digunakkkan untuk melunakkan daging, buah muda digunakan untuk melancarkan
haid.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Poales
Family :
Bromeliaceae
Genus :
Ananas
Spesies :Ananas comosus
|
7.
|
Tradescantia spathacea
(Nanas Kerang)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Herbaceous (basah)
3.Daun :
roset batang, bagian adaxial berwarna ungu, abaxial berwarna hijau. Bentukny
linear, berdsaging dan berlendir.
4.Alat reproduksi: Bunga (berwarna
putih)
5.Ciri khusus : Daun berdaging dan berlendir, halus dan licin
6.Manfaat : Untuk bordir taman
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Commelinales
Family :
Commelinaceae
Genus :
Tradescantia
Spesie
:Tradescantia spathacea
|
8.
|
Sansevieria gigantea
(Lidah Mertua)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Berbatang basah (herba), berada di bawah (dalam tanah)
dan menjalar
3.Daun :
Berdaging dah halus, berbentuk pedang.
4.Alat reproduksi: Bunga. Berwarna
putih dan dapat di stek, serta buahnya berbulir dan majemuk.
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Asparagales
Family :
Asparagaceae
Genus :
Sansevieria
Spesies :
Sansevieria sp.
|
9.
|
Agave americana
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Basah / herbaceous
3.Daun: Warna hijau bergaris tepi
kuning, dan tepi daunnya berduri
4.Alat reproduksi: Tunas batang dan
biji
5.Ciri khusus : Daunnya ketika besar akan menggulung ujungnya, tepi daun
berduri.
6.Manfaat : Sebagai tanaman hias
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Asparagales
Family :
Asparagaceae
Genus :
Agave
Spesies :Agave americana
|
10.
|
Sansevieria cylindrica
(Sansivieria Tanduk)
|
Deskripsi:
1.Akar :
Serabut
2.Batang : Berada di bawah
3.Daun :
Berbentuk pita seperti tanduk dan ujungnya berduri
4.Alat reproduksi: Tunas, generatif dan
vegetatif
5.Ciri khusus : Daunny silindris bentuk seperti tanduk, ujung seperti tombak.
6.Manfaat : Sebagai tanaman hias.
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Asparagales
Family :
Asparagaceae
Genus :
Sansevieria
Spesies :
Sansevieria cylindrica
|
4.2 Pembahasan
Pada
pengamatan di Kebun Raya Purwodadi kami mengamati tumbuhan yang ada di KBP dan
mendeskripsikan nya di bantu oleh guide yang berasal dari kebun raya tersebut.
Kelompok kami mengamati tentang divisi Magnoliophyta dengan kelas Liliopsida
(monokotil/berkeping satu). Kami mengamati serta mendeskripsikan 10 spesies
tanaman yang ada pada kebun raya purwodadi ini yaitu Livistona rotundifolia, Metroxylon
sagu, Elaeis guineensis Jacq, Imperata cylindrica, Pandanus labyrinthicus,
Ananas comosus, Tradescantia spathacea, Sansevieria gigantea, Agave americana,
Sansevieria cylindrica.
1.
Livistona rotundifolia (Palem Serdang)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus :
Livistona
Spesies :Livistona rotundifolia
Deskripsi dari Livistona rotundifolia dengan nama
daerah palem serdang, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil
yang berasal dari satu keping biji.
Memiliki batang tegak dengan arah tumbuh vertikal ke atas, dan memilik
bekas duduk daun atau scar leaf pada bagian batang yang sangat jelas serta
memiliki cincin daun yang mengelilingi batang, memiliki pelepah jatuh seperti
kelapa dan memiliki diameter batang 38 cm dengan tinggi mencapai 10 meter. Daun
berbentuk seperti kipas dengan filotaksis roset batang terdapat pelepah daun
dengan bagian tepi berduri kasar dan memiliki tajuk bundar. Memiliki alat
reproduksi bunga dan buah, bunga bertandan, dan buah berbentuk lonjong berwarna
merah ketika tua dan berwarna hijau ketika muda. Memiliki ciri khusus 1 tandan
terdiri dari banyak buah, tangkai daun di selubungi oleh sabut dan tidak ada daun
seperti pita. Memiliki manfaat sebagai tanaman hias.
Menurut Batara (2005)
palem serdang (Livistona rotundifolia),
jenis ini hanya di jumpai pada areal yang mempunyai kanopi terbuka atau rumpang
yang lebar untuk kebutuhan cahaya matahari. Palem dapat tumbuh dengan baik pada
tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur dan tanah berbatu. Palem
juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit dan
belereng terjal. Selain faktor di atas, ada juga faktor lain yang mempengaruhi
kehadiran suatu tumbuhan pada suatu wilayah yaitu pengaruh hewan dalam membantu
pemencaran biji tumbuhan ke daerah lain. Hewan harus di pandang sebagai suatu
faktor penyebaran dalam komunitas tumbuhan.
Berdasarkan teori
tersebut tumbuhan palem serdang yang kami amati di Kebun Raya Purwodadi sesuai
dengan teori yang ada dimana tempat tumbuhnya palem serdang pada KBP pada tanah
gambut, maka dari itulah ketika pengamatan palem serdang tumbuh subur, dalam
satu tempat ada sekitar 10 palem serdang yang tumbuh dari yang ukurannya kecil
yang masih berupa tunas hingga ukurannya mencapai 10 meter. Palem serdang ini
tumbuh subur juga sesuai dengan teori yang ada yaitu pemencaran biji yang
nantinya akan jadi calon palem di bantu oleh serangga, pada sekitar palem serdang
terdapat serangga yang membantuk penyebaran palem serdang ini. Kanopi pada
palem serdang yang kami amati juga terbuka sesuai dengan teori yang ada fungsinya
untuk memenuhi kebutuhan cahaya matahari yang di butuhkan oleh palem serdang
tersebut.
Menurut
Nurrani (2013) Palem serdang (Livistona rotundifolia)
atau dalam bahasa lokal disebut woka merupakan jenis palem dengan tajuk
berbentuk bundar dan daun mudanya banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
pembungkus nasi. Selain sebagai pembungkus nasi kuning, daun woka muda juga
dimanfaatkan sebagai bahan pembukus kue dodol khas Sulawesi Utara. Woka banyak
digunakan sebagai pembungkus karena permukaannya licin, mulus dan anti lengket.
Umumnya woka digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional, wadah tradisional,
pembungkus hasil kebun dan buruan, atap dan dinding rumah, tanaman hias serta
untuk penguburan tradisional suku minahasa kuno. Daun woka dewasa seringkali
digunakan sebagai media pengganti payung ketika musim penghujan, karena ukuran
daunnya yang lebar dan resisten terhadap air. Pada daerah pedesaan masih dapat
ditemukan rumah-rumah yang menggunakan daun woka baik sebagai atap ataupun
untuk dinding. Maka tidaklah mengherankan jika pada ladang atau kebunkebun
masyarakat banyak ditemukan gubuk kerja (daseng) yang sebagian besar bahan
bakunya berasal dari daun woka. Uniknya daun woka oleh masyarakat Gorontalo
digunakan sebagai pembungkus ari-ari bayi (dodome) sebelum dikuburkan. Entah
apa makna dari kebiasaan tersebut namun yang pasti tradisi ini telah diyakini
merupakan warisan leluhur dan telah dipraktekkan dari sejak puluhan bahkan
ratusan tahun yang lalu.
Pada pengamatan di
kebun raya purwodadi sesuai dengan teori yang ada yaitu tajuk pada pohon palem
ini berbentuk bundar dan pada daun muda nya lebih kuat dan lentur ketika di
pakai untuk membungkus nasi tidak akan sobek. Sedangkan jika memakai daun yang
sudah tua kebanyakan yang kita amati daun tuanya cenderung kering di ujung daun
dan kaku sehingga susah untuk di manfaatkan. Di perkotaan sering kita lihat
palem serdang ini di gunakan sebagai tanaman hias sedangkan pada masyarakat
pedesaan yang sering menggunakan segala tanaman untuk kehidupan sehari-hari
tumbuhan palem serdang ini banyak sekali di gunakan untuk kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana palem ini banyak di
gunakan sebagai pembungkus nasi, atap pada rumah, dan juga sebagai adat
istiadat dari suatu daerah seperti contohnya pembungkus ari-ari bayi pada adat
istiadat di Gorontalo.
2.
Metroxylon sagu Rottb (Pohon Sagu)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus :
Metroxylon
Spesies :
Metroxylon sagu Rottb
Deskripsi dari Metroxylon sagu Rottb dengan nama daerah
pohon sagu, memiliki tipe akar serabut karena merupakan tanaman monokotil yang
berasal dari satu keping biji. Memiliki batang tegak dengan arah tumbuh batang
vertika dalam bentuk pohon, memiliki scar leaf atau bekas duduk daun dan di
permukaan batang terdapat akar adventif yang berumpun. Memiliki daun berbentuk
pita, terdapat pelepah daun. Memiliki warna daun yang beda dalam satu tangkai
berwarna merah dan hijau kemerahan. Memiliki alat reproduksi berupa tunas dan
bunga majemuk berbentuk tandan. Ciri khusus nya memiliki warna merah pada
daunnya. Manfaat dari pohon sagu ini adalah sebagai makanan poko oleh orang
papua, dan juga dapat di gunakan sebagai bahan kue.
Menurut Limbongan (2007) sagu (Metroxylon sagu Rottb.)
merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Penyebarannya meliputi Melanesia Barat
sampai India Timur dan dari Mindanao Utara sampai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara
bagian selatan. Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran
atau rawa dengan sumber air yang melimpah. Tanaman sagu masih dapat tumbuh
dengan baik pada ketinggian 1.250 m dpl dengan curah hujan 4.500 mm/tahun.
Namun pada saat di kebun raya purwodadi ini tanaman sagu
hidup pada dataran rendah dan dapat tumbuh dengan baik. Hal ini mungkin di
karenakan perawatan yang baik dari pihak lipi yang berada di kebun raya
purwodadi sehingga pohon ini dapat tumbuh dengan baik, walaupun pada saat
pengamatan tidak di dapat buah yang masih muda hanya di dapat buah yang sudah
masak dan sudah terjatuh dari pohonnya.
Menurut Limbongan (2007) masyarakat Papua mengonsumsi sagu
dalam bentuk papeda basah, papeda kering, dan bentuk lempengan. Ada pula
sebagian masyarakat pendatang yang telah membuatnya menjadi berbagai kue dengan
bentuk dan rasa yang beragam. Beberapa contoh kue sagu disajikan pada Gambar 2.
Pati teroksidasi digunakan pada industri kertas, tekstil, dan berbagai industri
pangan. Dalam industri kertas, pati teroksidasi digunakan sebagai bahan
pelapis, dan dalam industri tekstil sebagai bahan sizing. Dalam industri
pangan, pati teroksidasi digunakan sebagai pengental, pengemulsi, pengikat, dan
pencegah sinerisis untuk mempertahankan mutu pangan.
Hal ini sesuai dengan yang kami amati serta yang di bicarakan
oleh guide yang mendampingi kami dimana guide tersebut berbicara bahwa sebagian
besar manfaat dari sagu ini adalah di gunakan untuk bahan makanan pokok oleh
masyarakat papua dengan cara menghancurkan isi dari dari pohon tersebut lalu di
aliri air pada jalan yang di buat oleh warga setempat, kemudian di rendam hasil
dari rendaman tersebut merupakan pati yang biasa di gunakan untuk membuat
papeda oleh masyarakat papua. Selain di buat sebagai papeda pati dari sagu juga
sudah di modifikasi menjadi bahan dari kue kering pengganti tepung terigu. Selain
batang nya yang di gunakan sebagai makanan pokok daunnya pun juga dapat di
gunakan sebagai atap rumah pada beberapa rumah adat.
3. Elaeis
guineensis Jacq (Kelapa Sawit)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus :
Metroxylon
Spesies :
Metroxylon sagu Rottb
Deskripsi dari Elaeis
guineensis Jacq dengan nama daerah kelapa sawit, memiliki tipe akar serabut
karena merupakan tanaman monokotil yang
berasal dari satu keping biji. Memiliki habitus pohon dengan arah tumbuh
vertikal memiliki permukaan pohon yang kasar dan memiliki scar leaf atau bekas
duduk daun. Tipe daun merupakan daun tunggal yang berbentuk pita. Memiliki alat
reproduksi bunga majemuk tandan, dan buah berwarna merah serta memiliki tunas.
Ciri khususnya memiliki buga tandan yang berwarna merah. Memiliki manfaat untuk
di ambil minyaknya sebagai bahan bangunan, dan limbahnya di gunakan sebagai
sabun kering.
Berdasarkan pengamatan
yang kami lakukan dan penjelasan dari guide kelapa sawit merupakan tumbuhan
monokotil yang tidak memiliki akar tunggang, sehingga memiliki akar serabut
yang kuat dan dapat menopang berat dari kelapa sawit ini. Radikula (bakar akar)
pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus
dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke
dalam tanah dan horizontal ke samping. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit
bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.
Daun dari kelapa
pada awal lanceolaer yang keluar pada masa pembibitan berupah dengan helaian
daun yang utuh. Kemudian setelah mengalami proses diferensiasi bentuk daun
pecah tetapi bagian ujung belum terbuka. Pinnate Bentuk daun dengan helaian
daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah. Pada
tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah ) pertahun pada
tanaman tua antara 28 – 24 pelepah per tahun. Panjang pelepah tanaman dewasa 9
m, anak daun 125 – 200 pasang dengan panjang 1 – 1,2 m dengan lebar tengah + 6
cm. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40 – 56
pelepah selebihnya dibuang saat panen. Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya
pada setiap tiga putaran terdapat 8 daun. Spiral kiri atau spiral kanan. Arah
putaran dilihat dari arah atas kebawah, dan arah putaran ini tidak ada
pengaruhnya terhadap produksi.
Tanaman kelapa
sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga
jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan
bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang
(cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh
bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga
penyerbuk. Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau
betina Bunga mulai berbunga
pada umur ± 14 – 18 bulan, Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan
kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang akan muncul bunga
banci yaitu : bunga jantan dan betina ada pada satu rangkaian. Sex ratio yaitu
: perbandingan bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga
betina). Bunga jantan Bunga betina Terdiri dari 100-250 spikelet Terdiri dari
100-200 spikelet, 1 tandan mekar dengan bau Tiap spikelet 15-20 bunga, yang
wangi selama 2-4 hari.
Tanaman kelapa
sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal
setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa
terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit
terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis
dan enak dimakan. Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal
pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah
kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih
tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak
berwarna hitam beruas.
Buah kelapa
sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah
(mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji
(endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging
biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga
(embryo). mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah
menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang
menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok
dan berjatuhan (buah leles).
4. Imperata
cylindric (Ilalang)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Graminales
Family :
Gramineae
Genus :
Imperata
Spesies :
Imperata cylindrica
Deskripsi dari Imperata cylindric yang memiliki nama daerah ilalang, memiliki
akar serabut. Batang berhabitus herba, arah tumbuh batang horizontal berbentuk
stolon berada di dalam tanah. Memiliki daun tunggal dalam bentuk pita dengan tepi
bergerigi. Memiliki alat reproduksi bunga berwarna putih. Memiliki ciri khusus
saat muda batang berbentuk lancip, dan akan menjadi gulma karena pertumbuhannya
sangat cepat. Memiliki manfaat sebagai obat kuat.
Ilalang yang kami
amati berdasarkan penjelasan guide merupakan sejenis rumput menahun yang
berumur panjang (parenial), dengan tumbuh berumpun memiliki tinggi sekitar
30-180cm. Tumbuhan ini bertunas panjang bersisik dengan pucuknya yang runcing
tajam menyerupai duri yang tajam. Tumbuhan ini yaitu batang menjulang ke atas
yang berbentuk silindris dengan garis tengah dengan diameter sekitar 2-3 m dan
memiliki ruas-ruas.
Tumbuhan ilalang ini
memiliki daun berwarna hijau, memiliki bentuk pita yaitu ligulatus, dengan
panjang sekitar 12-80 cm dengan lebar 2-5 cm. Helaian daunnya tipis tegar,
ujung meruncing atau acuminatus, tepi rata, disertai dengan pertulangan daun
yang sejajar (parallel) dengan permukaan atas halus dan permukaan bawah kasar.
Pada bagian permukaan daun terdapat seperti duri-duri halus makanya ketika kita
ingin mengambil ilalang ini jangan pernah sekali-kali menarik daunnya karena
dapat menggores tangan hingga berdarah, lebih baik di potong menggunakan pisau.
Jenis bunga yang kita amati pada di purwodadi adalah
bunga majemuk, bertangkai panjang, berbentuk bulir (spica), di mana setiap
bulirnya berekor puluhan helai "rambut" putih sepanjang 8-14 mm yang
mudah diterbangkan angin. Buah yang dihasilkan oleh tumbuhan ini berbentuk biji
jorong, panjang 1mm, dan berwarna cokelat tua. Akarnya merupakan akar rimpang
yang keras dan liat, menjalar, berbuku-buku, dan berwarna putih.
Menurut Dwi (2013) potensi Alang-alang dalam Produksi Etanol
dan Hasil Pretreatment Alang-alang memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi
yang berikatan kuat diantaranya selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kandungan
kimia alang-alang antara lain α-selulosa 40,22%, holoselulosa 59,62%,
hemiselulosa (pentosan) 18,40%, dan lignin 31,29%. α-selulosa merupakan
selulosa murni, suatu polimer polisakarida yang terdiri dari unit-unit monomer
glukosa. Unit monomer glukosa ini kemudian dapat difermentasikan oleh
mikroorganisme menjadi etanol. Kandungan selulosa dalam alang-alang menjadi
potensi besar untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku dalam pembuatan etanol.
Potensi tersebut dinyatakan dengan seberapa besar kadar etanol yang dihasilkan
dari hasil perombakan selulosa menjadi etanol dalam beberapa tahapan, yaitu
pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi.
Berdasarkan teori tersebut yang di jelaskan oleh guide
ilalang ini merupakan obat kuat artinya di dalam obat kuat tersebut terdapat
kandungan etanol yang sudah di lakukan penelitian oleh teori tersebut. Warna
obat kuat yang di hasilkan obat ilalang ini berwarna merah. Dimana di dalam
ilalang ini mengandung banyak sekali polimer sakarida dan monomer glukosa yang
mengakibatkan seseorang yang meminumnya akan menjadi kuat. Selain itu manfaat
lain dari ilalang ini adalah sebagai bahan obat-obatan tradisional diantaranya
untuk meluruhkan kecing (diuretika), mengobati demam serta serat bunga yang
halus di gunakan sebagai pengganti kapuk untuk mengisi alat tidur atau bantal. Jaman
dulu ilalang merupakan gulma yang pertumbuhannya sangat cepat dan mengakibatkan
kerugian bagi manusia tapi seiring dengan berkembangnya jaman dan semakin
modernnya bio teknologi sehingga mengakibatkan banyak sekali rekayasa genetika
yang di lakukan sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi manusia.
5.
Pandanus labyrinthicus (Pandan)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Pandanales
Family :
Pandanaceae
Genus :
Pandanus
Spesies : Pandanus
labyrinthicus
Deskripsi tanaman Pandanus labyrinthicus dengan nama
daerah pandan, memiliki akar berbentuk serabut. Dengan batang habitus semak
arah tumbuh vertikal dan pada batang terdapat duri. Memiliki daun dengan
filotaksis roset batang spiral, berbentuk pita, tepi daun bergerigi, tulang
daun bagian bawah timbul, tepi daun yang bergerigi tersebut setengah menghadap
ke pangkal dan setengahnya lagi menghadap ke ujung. Memiliki alat reproduksi
berupa biji. Memiliki ciri khusus daun dan batang berduri, terdapat akar
adventif yang menyangga batang pokok. Dan manfaatnya adalah sebagai tanaman
hias.
Menurut Rahadiantoro (2006) persebaran atau distribusi pandan
meliputi daerah kawasan pesisir di sebelah selatan, dataran rendah di bagian
tengah (0-1200 m dpl) hingga daerah pegunungan bawah di sebelah utara
(1200-1800 m dpl). Habitat pandan liar meliputi daerah pantai berpasir, tebing
pantai yang curam, mangrove, hutan pantai dan perbukitan. Selain itu, jenis
pandan budidaya dapat ditemukan di wilayah pemukiman penduduk. Data persebaran
pandan tidak dapat mencakup seluruh daerah. Hal tersebut dikarenakan metode
eksplorasi yang digunakan hanya terbatas di beberapa daerah. Kawasan pesisir di
Kabupaten Malang merupakan habitat dari pandan jenis liar (P. tectorius Soland.
ex Park., P. labyrinthicus Kurz, P. furcatus Roxb. dan P. bidur Jungh. ex Miq.)
yang perlu dilestarikan. Selain di kawasan pesisir, pandan jenis liar (P.
furcatus Roxb.) ditemukan di lereng perbukitan di daerah pegunungan bawah di
Kabupaten Malang.
Hal ini sesuai dengan pengamanatn yang kami lakukan pada
kebun raya purwodadi dimana pandan ini memiliki habitat di daerah dataran rendah yang terdapat di kebun raya purwodadi dengan baik. Pandan yang kami
amati sangat berumpun dan tumbuh dengan subur. Di dekat pandan ini terdapat
sungai yang mengalir sungai tersebut di gunakan untuk mengaliri setiap tumbuhan
yang terdapat di sepanjang sungai tersebut. Sehingga pandan ini dapat tumbuh
dengan baik pada dataran rendah yang mayoritas selalu panas.
Menurut Endarti (2008) Pandan besar, tinggi 4-5 meter,
diameter batang 9,1-14 cm, akar tunjang (proproot) panjangnya 109,170 cm. Daun
tunggal, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral, panjang 112-199 cm, lebar
4,5-5,8 cm, bentuk melidah atau memata pedang, menjangat, ujung runcing dengan
panjang lebih dari 15 cm, seluruh tepi daun berduri tajam, permukaan atas
berwarna hijau, permukaan bawah hijau kekuningan, cephalium tersusun atas
kumpulan buah majemuk (phalanges), bentuk agak bulat, mengandung sekitar 38
phalanges, berwarna merah kekuningan, dan pada permukaan atas phalanges
terdapat rekahan-rekahan yang mengelilingi stigma.
Pengamatan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang ada
dimana pandan ini memiliki tubuh yang berbeda dengan pandan yang kami temukan
pada umumnya. Batang pandan ini di sokong oleh akar tunggangyang sangat kuat
sehingga mengakibatkan tubuhnya sangat kuat. Di bagian batangnya terdapat duri
yang fungsinya sebagai berfungsi sebagai
alat perlindungan diri dari pemangsa maupun sebagai alat adaptasi, khususnya terhadap kekeringan. Sehingga
mengakibatkan pandanus ini tahan terhadap suhu yang kering pada dataran rendah
dengan tipe tanah yang ekstrim dimana kekurangan air.
6.
Ananas comosus (Nanas-nanasan)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Poales
Family :
Bromeliaceae
Genus :
Ananas
Spesies :
Ananas comosus
Deskripsi tanaman Ananas comosus dengan nama daerah
nanas-nanasan, memiliki akar berbentuk serabut. Batang berhabitus herba,
berbatang pendek karena sebagian batangnya berada di dalam tanah. Memiliki daun
dengan filotaksis roset batang dengan bentuk pita dan tepi bergerigi. Memiliki
alat reproduksi buah dan juga tunas. Memiliki ciri khusus warna daun hijau kemerahan.
Dan memiliki manfaat sebagai makanan yaitu buah segar yang dapat dimakan, dan
melunakkan daging serta melancarkan haid.
Menurut (2000) Ananas comosus merupakan herba
yang mempunyai batang semu dengan tinggi 30 - 50 cm mempunyai batang dalam
bentuk roset dengan pangkal yang melebar dan menjadi pelepah. Daun tunggal
bentuk pedang, ujung lancip tepi berduri kecil dan tajam. Bunganya majemuk,
bentuk malai terdapat di ujung batang berwarna ungu kemerahan. Buah berbentuk
menyilinder, permukaan buah seperti sisik atau genting kecil yang tersusun
rapi, warna hijau kekuningan sampai jingga. Daging buah berwarna putih
kekuningan mengandung banyak cairan yang rasanya manis, asam, harum dan tidak
berbiji. Distribusi tanaman Ananas comosus berasal dari Amerika Selatan
dan didomestifikasi sebelum masa Columbus. Pada abad ke16 orang - orang Spanyol
membawanya ke Philippines and Semenanjung Malaysia dan kemungkinan juga
Indonesia. Sekarang tanaman ini meluas di seluruh daerah tropis dan subtropis.
Industri pengalengan internasional dibangun di Thailand, Filipina, Malaysia dan
Sumatra Utara juga di Hawaii, Brazil, Taiwan, Afrika Selatan, Kenya, Pantai
Ivory, Mexico dan Puerto Rico.
Habitat tanaman ini tumbuh
pada area dengan temperatur rata-rata 23-32°C. Pada elevasi yang tinggi buah
menjadi lebih asam. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan dan curah hujan yang
optimal 1000-1500 mm per tahun. Tanaman ini menyukai drainase yang bagus pada
tanah lempung berpasir dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan pH
4.5-6.5. Terdapat beberapa manfaat dari tanaman ini, di Filipina dan Taiwan,
serat dari daun dibuat menjadi pakaian yang bagus. Buah nanas dicampur dengan
kacang panjang, batang jahe muda, buah honje muda, tom/tarum dan tawas akan
memberikan/menghasilkan warna hijau muda.
Berdasarkan data BAPPENAS (2000) terdapat
beberapa manfaat yang terkandung dalam spesies BAPPENAS nanas-nanasan. Bagian
utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah
nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan
minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis
sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah
nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim
bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau
peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering
pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana. Buah nanas
bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit,
gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit
kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas.
Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan
ternak
7.
Tradescantia spathacea (Nanas Karang)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Commelinales
Family :
Commelinaceae
Genus :
Tradescantia
Spesies :
Tradescantia spathacea
Deskripsi dari Tradescantia
spathacea dengan nama daerah nanas karang, memiliki
tipe akar serabut karena merupakan
tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Memiliki bentuk batang
herba dengan arah tumbuh batang vertikal. Memiliki filotaksis daun roset
batang, berumpun, berdaging, permukaan daun licin serta berbentuk jorong.
Memiliki alat reproduksi bunga di axilar yang berwarna putih. Memiliki ciri
khusus warna daun abaxial berwarna ungu dan adaxial berwarna hijau tua serta
pada batang terdapat akar adventif. Memiliki manfaat sebagai border taman.
Menurut Gembong (2012), tinggi
tanaman ini adalah 40-60 cm.Panjang daun 25-30 cm, lebar 3-6 cm, Daun tunggal, berbentuk lonjong,
ujung runcing. Tepi daun rata, permukaan atas hijau, dan permukaan lainnya
berwarna merah kecoklatan.Tekstur batang kasar, tidak bercabang. Batang pendek,
lurus, dan berwarna coklat.Bunganya Majemuk. Berbentuk mangkok, di ketiak daun.
Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang. Bunga terbungkus kelopak seperti
kerang. Benang sari silindris, banyak,
dan berwarna putih. Kepala putik berwarna kuning, Mahkota bunga bentuk
segitiga, Mahkota terdiri tiga lembar, dan berwarna putih. Akar serabut dan
berwarna kecoklatan. Tanaman nanas kerang
ini termasuk anggota suku gawar-gawaran yang Mempunyai kuncup bunga
sebagai bakal bunga yang tumbuh di daerah ketiak daun. tanaman ini biasanya
hidup di daerah kering atau panas. tidak hanya itu tanaman adam hawa ini bisa
juga hidup di daerah yang berair dan dingin. itulah kelebihan dari tanaman adam
hawa bisa di tanam di berbagai tempat bisa panas, berair pun bisa. Hal ini
sesuai dengan hasil pengamatan dan deskripsi tanaman nanas kerang secara
observasi langsung.
8.
Sansevieria gigantea (Lidah Mertua)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Asparagales
Family :
Asparagaceae
Genus :
Sansevieria
Spesies :
Sansevieria sp.
Deskripsi dari Sansevieria
gigantea dengan nama daerah lidah mertua, memiliki
tipe akar serabut karena merupakan
tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Memiliki habitus herba
terdapat di bawah tanah arah tumbuh batang horizontal menjalar, permukaan
batang licin. Memiliki daun berdaging berbentuk pedang dengan permukaan halus,
dengan filotaksis roset batang. Memiliki
alat reproduksi berupa bunga majemuk dan buah berbentuk bulir tandan. Memiliki
ciri khusus berdaun warnai-warni serta pada permukaan daun bercorak. Memiliki
manfaat sebagai tanaman yang menyerap polutan yang tinggi serta tanaman hias.
Habitat asli Agave
gigantea adalah di Brasil (Amerika Selatan). Spesien ini telah
dibudidayakan secara luas. Naturalisasi telah berhasil dilakukan di
beberapa tempat seperti Florida, Hawaii, Pulau Marquesas, Polinesia, Tonga, dan
banyak tempat lainnya termasuk Indonesia. F.
gigantea tumbuh pada area lembab dengan presipitasi
1200-2500 mm/ tahun dan ketinggian dari dekat permukaan laut hingga ketinggian
1000 mdpl. Spesies ini dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah
yang memiliki porositas yang baik, termasuk tanah yang miskin nutrisi dan
seringkali dapat dijumpai tumbuh diatas bebatuan dan tebing dan
kadangkala tumbuh secara epifit di batang pohon besar meskipun jarang. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan jangka pendek dan adanya kandungan
garam. Dapat bertahan hidup pada
suhu serendah -7 sampai -4 ° C. Pertumbuhan
yang terbaik di bawah sinar matahari
penuh, yang paling sering menyebabkan proses pembungaan sukses.
F. Gigantea juga tumbuh di tempat teduh sebagian tetapi tidak
benar-benar gelap. Tanaman yang masih muda sangat rentan terhadap persaingan
dengan rumput tinggi, gulma, semak,
dan pohon merupakan faktor pembatas
penting. Hewan ternak seringkali
mencabut tanaman kecil, sedangkan yang besar
tidak aka diganggu. Mereka diabaikan
oleh ternak setelah mereka menjadi
besar.
Gigantea dapat berbunga
kapan saja dalam setahun, , tampaknya dimulai ketika tanaman mencapai ukuran
dan kekuatan yang cukup untuk mendukung besar tangkai bunga. Tanaman mati
sekitar 1 tahun setelah terjadinya pembungaan. Bunga-bunga A. Purcrea termasuk
tanaman yang sering dikunjungi oleh madu lebah (Apis mellifera L. Biji
tanaman yangpernah terukur mencapai berat. Penyebaran tanaman
diperkirakan dibantu oleh adanya gaya gravitasi karena tanaman ini sering
ditemui tumbuh dalam kelompok-kelompok yang berdekatan. Sebarannya yang
luas diperkirakan melibatkan kelelawar buah sebagai penyebarnya.
9.
Agave americana (Nanas-nanasan)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Asparagales
Family :
Asparagaceae
Genus :
Agave
Spesies :
Agave americana
Deskripsi dari Agave
americana dengan nama daerah nanas-nanasan, memiliki
tipe akar serabut karena merupakan
tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Batang pendek dengan
habitus herba, dan arah tumbuh vertikal. Memiliki daun berbentuk pedang,
filotaksis roset batang dan ujung daun lancip. Memiliki alat reproduksi berupa
biji. Memiliki ciri khusus ujung daun menggulung ketika dewasa tepi daun
berduri dan terdapat garis berwarna krem pada daun, merupakan tanaman serat.
Biasa di gunakan untuk tanaman hias, untuk pembuatan karung goni, bahan pembuat
kertas, serta bahan dasar tali tampar.
Menurut Tjirosoepomo
(2001) tumbuhan ini dikenal sebagai Giant False Agave, Rami Mauritius, juga dikenal sebagai
buaya hijau, karata perempuan, maguey, mayuey criollo,
cocuisa, Cabuya raksasa, dan gaharu vert. Tanaman ini adalah semak yang kuat dengan bentuk tajuk V
semu. Diameter batang roset basal
2,5-3,5 m di dan dapat berbunga hingga 5 sampai 10 m tingginya. Memiliki selubung fibrosa-kayu pada
bagian inti dari batang yang pendek
(20 sampai 30 cm panjang)
dalam roset, dan tangkai
berbunga berkayu. Mauritius
rami tidak memiliki akar tunggang , hanya
akar lateral, dan banyak akar halus
banyak. Daun tanaman berwarna hijau atau
kuning-hijau dengan bentuk linear-lanset
atau oblanceolate, runcing pada ujungnya,
dan berdaging dengan
serat seperti benang paralel. Lebar daun dapat mencapai 25 cm lebar, memiliki duri
marjinal tetapi pada bagian ujungnya
sedikit. Bunga terminal mengandung banyak jumbai, harum, putih, putih-kehijauan, hijau- kekuningan,
atau pucat hijau-kebiruan, panjang bunga 2,5-3,3 cm dengan 1,0-1,8 cm lebar.
Bunga membuka sedikit
demi sedikit dalam beberapa minggu.
Habitat asli Agave
gigantea adalah di Brasil (Amerika Selatan). Spesien ini telah
dibudidayakan secara luas. Naturalisasi telah berhasil dilakukan di
beberapa tempat seperti Florida, Hawaii, Pulau Marquesas, Polinesia, Tonga, dan
banyak tempat lainnya termasuk Indonesia. F.
gigantea tumbuh pada area lembab dengan presipitasi
1200-2500 mm/ tahun dan ketinggian dari dekat permukaan laut hingga ketinggian
1000 mdpl. Spesies ini dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah
yang memiliki porositas yang baik, termasuk tanah yang miskin nutrisi dan
seringkali dapat dijumpai tumbuh diatas bebatuan dan tebing dan
kadangkala tumbuh secara epifit di batang pohon besar meskipun jarang. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan jangka pendek dan adanya kandungan
garam. Dapat bertahan hidup pada
suhu serendah -7 sampai -4 ° C. Pertumbuhan
yang terbaik di bawah sinar matahari
penuh, yang paling sering menyebabkan proses pembungaan sukses.
F. Gigantea juga tumbuh di tempat teduh sebagian tetapi tidak
benar-benar gelap. Tanaman yang masih muda sangat rentan terhadap persaingan
dengan rumput tinggi, gulma, semak,
dan pohon merupakan faktor pembatas
penting. Hewan ternak seringkali
mencabut tanaman kecil, sedangkan yang besar
tidak aka diganggu. Mereka diabaikan
oleh ternak setelah mereka menjadi
besar.
Gigantea dapat berbunga
kapan saja dalam setahun, , tampaknya dimulai ketika tanaman mencapai ukuran
dan kekuatan yang cukup untuk mendukung besar tangkai bunga. Tanaman mati
sekitar 1 tahun setelah terjadinya pembungaan. Bunga-bunga A. Purcrea termasuk
tanaman yang sering dikunjungi oleh madu lebah (Apis mellifera L. Biji
tanaman yangpernah terukur mencapai berat. Penyebaran tanaman diperkirakan
dibantu oleh adanya gaya gravitasi karena tanaman ini sering ditemui tumbuh
dalam kelompok-kelompok yang berdekatan. Sebarannya yang luas
diperkirakan melibatkan kelelawar buah sebagai penyebarnya.
10. Sansevieria
cylindrica (Nanas-nanasan)
Klasifikasi :
Kingdom :
Plantae
Division : Tracheophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Asparagales
Family :
Asparagaceae
Genus :
Sansevieria
Spesies :
Sansevieria cylindrica
Deskripsi dari Sansevieria
cylindrica dengan nama daerah nanas-nanasan, memiliki
tipe akar serabut karena merupakan
tanaman monokotil yang berasal dari satu keping biji. Batang pendek dengan
habitus herba, dan arah tumbuh vertikal. Memiliki bentuk daun silindris dengan
permukaan licin. Memiliki alat reproduksi berupa tunas. Memiliki ciri khusus
daun berbentuk seperti tanduk. Dan memiliki manfaat sebagai tanaman hias.
Menurut Flora
(2008) dalam jurnal USU, Selain terdapat akar juga terdapat organ yang
menyerupai batang, orang menyebut organ ini sebagai rimpang atau rhizoma yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis.
Rimpang juga berperan dalam perkembangbiakan. Rimpang menjalar di bawah dan
kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan
meristem yang selalu tumbuh memanjang.Tanaman Sansevieria mudah dikenali dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan succulent).
Struktur daun seperti ini membuat Sansevieriatahan terhadap kekeringan. Proses
penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh di sekeliling
batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang danmeruncing pada
bagian ujungnya. Bunga kecil sampai sangat besar dan amat menarik, kebanyakan
banci, aktinomorf atau sedikit zigomorf. Hiasan bunga berupa tenda bunga yang
menyerupai mahkota dengan atau tanpa pelekatan berupa buluh,terdiri atas 6 daun
tenda bunga, jarang hanya 4 atau lebih dari 6, kebanyakan jelas tersusun dalam
2 lingkaran. Benang sari 6, jarang sampai 12 atau hanya 3, berhadapan dengan
daun-daun tenda bunga. Tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai cara.
Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, jarang dengan suatu liang
pada ujungnya (Tjitrosoepomo, 1994). Buah Sansevieriaadalah jenis buah beri,
yaitu buah yang memiliki celah berisi biji. Warna kulit buah saat masih muda
hijau, setelah tua ada yang merah, oranye, hitam, dan hijau kusam. Jumlah biji
dalam satu celah antar spesies yang satu dengan yang lain berbeda, yaitu 1-4
biji. Biji Sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya.
Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Di sebalah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon
tanaman.
Syarat tumbuh tanaman ini membutuhkan temperatur 15 pada
malam hari dan siang hari 20-22,5°C, meski demikian tanaman Sansevieria bisa
diletakan di berbagai tempat misalnya di teras, di bawah atap atau di tempat-tempat
yang agak kering. Ada dua jenis Sansevieria berdasarkan kebutuhannya terhadap
cahaya matahari. Pertama, jenis Sansevieria yang membutuhkan cahaya matahari
penuh atau full sun. Misalnya, Sansevieria cylindrica, Sansevieria liberica,
Sansevieria trifaciata. Tanaman Kedua, jenis Sansevieriayang menghendaki cahaya
matahari yang tidak langsung ini tumbuh baik di tempat yang ternaungi.
Sansevieria yang masuk dalam katagori
ini umumnya berdaun kuning, misalnya Sansevieria hyacinthoides.
BAB 5. PENUTUP
1.
Kebun
Raya Purwodadi merupakan salah satu dari 3 cabang kebun raya di seluruh
indonesia. Dimana kebun raya ini memiliki fungsi dan tugas untuk mengkoleksi
tumbuhan yang kebanyakan hidup di dataran rendah kering. Di dalam kebun raya
ini merupakan pusat konservasi dan penelitian tumbuhan dataran rendah kering di
indonesia. Banyak sekali spesies dataran rendah pada kebun raya ini yang langka
atau pun spesies yang sudah sering kita temui pada kebun raya purwodadi ini.
2.
Karakteristik
dari monokotil ini memiliki sistem perakaran serabut dimana berkeping satu
karena hanya memiliki satu daun lembaga. Jika di lihat dari struktur daun
monokotil kebanyakan memiliki tulang daun sejajar dan berbentuk pita serta
memiliki filotaksis daun berseling. Kebanyakan anggota dari monokotil seperti
suku padi-padian, pinang-pinangan, bawang-bawangan, temu-temuan, dan
pisang-pisangan
3.
Spesies
monokotil yang terdapat pada kebun raya purwodadi yang kami amati adalah
kebanyakan merupakan suku palem-paleman mayoritas yang kami lihat. Serta
tumbuhan semak seperti ilalang. Untuk tumbuhan herba sendiri di temukan di
antaranya nanas-nasan.
4.
Banyak
sekali manfaat yang di dapatkan oleh manusia dari banyak spesies dari monokotil
ini. Diantaranya ilalang dapat di gunakan sebagai obat kuat diamana ilalang ini
menghasilkan etanol. Kemudian kelapa sawit yang banyak di gunakan sebagai bahan
pokok makanan orang papua yaitu papeda. Kemudian daun dari nanas-nanasan dapat
di gunakan untuk bahan pembuatan perban karena ketika di keringkan dapat
menyerap cairan dengan cepat seperti cotohnya darah manusia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, sebaiknya setiap manusia
lebih memperhatikan lagi tentang tumbuhan-tumbuhan yang dilindungi, sebab dari
sebagian tanaman yang telah ditemukan di Kebun Raya Purwodadi merupakan tanaman
yang langka dan hampir punah. Selain itu sebaiknya dalam proses pembelajaran
lebih ditingkatkan lagi rasa kepeduliannya tehadap kelestarian makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Diah Irawati Dwi dan Kinho,
Julianus. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurrnal
Keanekaragaman Tumbuhan .Vol 2 :Halaman
26
Batara. 2000.
Keanekaragaman dan Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga
Dwi, Sevy,
Kartikasari.2013.Potensi Alang-alang (Imperata
cylindrica) Dalam Produksi
Etanol Menggunakan Bakteri Zymomomusa mobilis.Jurnal Penelitian.Vol 1:Halaman 24.
Endarti,Sri,Rahayu.2008.KEANEKARAGAMAN
MORFOLOGI DAN ANATOMI
PANDANUS (PANDANACEAE ) DI JAWA BARAT.Jurnal Vis Vitalis.Vol 1:Halaman 23
Heyne, K. 1992. Tumbuhan Berguna
Indonesia. Jilid 1. Jakarta:Yayasan Sarana
Wana Jaya.
Kartawinata, K. 2010. Dua
Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia. Bidang Lingkungan,
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).Jakarta:LIPI press
Kimball,
John W. 1990. Biologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Limbongan,
Jermia.2007.Morfologi Beberapa Jenis Sagu Potensial Di Papua.Jurnal Lubang Pertanian.Vol 1:Halaman 16
Nurrani,
Lis.2013.Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Di Sekitar
Cagar Alam Tangale.Jurnal Pemanfaatan
Tradisional Tumbuhan Alam.Vol 1:Halaman 18
Rahadiantoro, Apriyono.2006.Pemetaan Pandan (Pandanus
Parkins) di Kabupaten dan
Kota Malang.Jurnal Penelitian.Vol 1:Halaman
21.
BAPPENAS.
2000.Ananas communis. Jakarta : Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi,
Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Steennis, Van C.G.G.J. 1988. Flora
Untuk Sekolah di Indonesia Edisi 7. Jakarta: Terjemahan Moeso Surjowinoto
Pradnya Paramita
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Tjitrosoepomo, Gembong.
2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong.
2003. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: UGM
Press.
Tjirosoepomo,
Gembong. 2012. Dasar dan Morfologi
Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Tjitrosomo,
Siti Sutarmi. 1984. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.
LAMPIRAN
Livistona rotundifolia Metroxylon
sagu Rottb
(Palem Sadeng) (Sagu)
Elaeis
guineensis Jacq Imperata
cylindrica
(Kelapa Sawit) (Ilalang)
Pandanus
labyrinthicus Ananas
comosus
(Pandan)
(Nanas-nanasan)
Tradescantia spathacea Sansevieria
gigantea
(Nanas Kerang) (Lidah Mertua)
Agave
americana Sansevieria
cylindrica
(Sansivieria Tanduk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar