PENGGUNAAN
OKSIGEN PADA RESPIRASI
HEWAN
VERTEBRATA (Hemidactylus
platyurus)
DAN INVERTEBRATA (Lumbricus
terrestis, Valanga sp.,
dan Gryllus assimilis)
Rose Lolita
Fisiologi Hewan Kelas C
Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Jember
Abstrak
Pada penelitian
kali ini kami ingin membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen dan
menghitung kecepatan penggunaan Oksigen dalam proses respirasi hewan vertebrata
(Hemidactylus platyurus) dan
invertebrata (Lumbricus terrestis,
Valanga sp., dan Gryllus assimilis).
Pada penelitian kali ini kami menggunakan alat respirometer untuk mengetahui
kecepatan dai respirasi hewan yang kami teliti, yang pertama kami memasukkan
hewan ke dalam tabung respirometer lalu memasukkan kapas berisi KOH dan menutup
menggunakan pipa respirometer lalu menetesi dengan menggunakan eosin, dan kita
mengamati perjalanan eosin. Perjalanan eosin ini sebagai indikator kecepatan
dari kecepatan respirasi hewan dan menghitung juga waktu nya setiap 5 menit eosin
sudah sampai brapa ml. Dapat di simpulkan bahwa laju respirasi paling cepat
adalah pada cacing tanah hal ini dapat terjadi di karenakan pernafasan dari
cacing tanah menggunakan kulit sehingga laju respirasinya paling cepat dan yang
paling lama adalah laju respirasi dari serangga seperti jangkrik.
Kata kunci: Respirasi,
Respirometer
Pendahuluan
Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara sel-sel yang aktif dengan lingkungan luarnya atau antara
cairan tubuh hewan dengan lingkungan tempat hidupnya. Definisi respirasi juga
meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam sel berupa perombakan molekul-molekul
makanan dan transfer energi yang dihasilkan (respirasi seluler). Proses
respirasi erat kaitannya dengan laju metabolisme (metabolit rate) yang didefinisikan
sebagai unit energi yang dilepaskan per unit waktu. Laju respirasi pada hewan
tergantung pada aktivitas metabolisme total dari organisme tersebut. Fungsi
utama respirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui metabolisme
aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi oksigen (Santoso, 2009).
Pertukaran gas (Gas exchange) adalah pengambilan O2
molekuler dari lingkungan dan pelepasan CO2 ke lingkungan.
Kondisi-kondisi untuk pertukaran gas sangat beranekaragam, bergantung pada
apakah media respirasi sumber O2 adalah udara atau air (Campbell,
2004: 74).
Reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel hewan sangat tergantung pada adanya oksigen O2 sehingga
di perlukan adanya suplai O2 secara terus menerus. Hal ini berart
bahwa Oksigen merupakan substansi yang penting dan sangat di butuhkan bagi
semua hewan. Salah satu yang di hasilkan dari reaksi kimia yang terjadi di
dalam sel hewan adalah gas carbon dioksida. Adanya CO2 yang terlalu banyak
di dalam tubuh harus di hindari, oleh karena itu CO2 harus segera di
keluarkan dari tubuh secara terus menerus (Wulangi, 1993:124).
Walaupun struktur
respirasi yang paling di kenal di antara hewan-hewan darat adalah paru-paru,
struktur yang sebenarnya paling banyak di temukan adalah sistem trakea (tracheal system) serangga. Terbuat dari
saluran-saluran udara yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh, sistem ini adalah
salah satu variasi pada tema permukaan respirasi internal. Saluran terbesar
disebut trakea membuka keluar. Cabang-cabang terkecil membentang dekat
permukaan nyaris setiap sel, tempat gas di pertukarkan melalui difusi melintasi
epitelium lembap yang melapisi ujung cabang-cabang trakea. Karena sistem trakea
membawa udara dalam jarak yang sangat dekat di hampir semua sel tubuh serangga,
sistem tersebut dapat mentranspor O2 dan CO2 tanpa
partisipasi sistem sirkulasi terbuka hewan tersebut (Campbell, 2004:77).
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang
terbuat dari pipa yang becabang di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi
dari permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan pipa yang terbesar
itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses difusi saja
dapat membawa cukup O2 dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk
mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan
energi yang lebih tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh
berirama (ritmik) yang memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat
penghembus (Campbell, 2004:113).
Pusat kontrol pernafasan (breathing control center) manusia berlokasi di
dua daerah di otak, yaitu media oblongata dan pons. Dibantu oleh pusat kontrol
di pons, pusat medula menurunkan irama dasar pernafasan, ketika kita bernafas
dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-paru kita supaya tidak
membesar secara berlebihan, sensor peregangan dalam jaringan paru-paru
mengirimkan influs saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol
pernafasan (Santoso, 2009).
Respirasi atau proses pernapasan merupakan proses reaksi
oksidasi-reduksi, yang mana oksigen diambil dari udara bebas berfungsi sebagai
oksidator dan mereduksi senyawa organik. Hasil reaksi oksidasi-reduksi ini
rnenghasilkan karbon dioksida, air dan energi. Secara sederhana proses
respirasi dapat digambarkan oleh persamaan sebagai berikut:
C6H12O6+6O2
6CO2+6H2O
Laju respirasi juga dipengaruhi
oleh suhu, semakin tinggi suhu bahan semakin tinggi laju respirasinya. Suhu
dimana laju respirasi meningkat dengan pesat disebut dengan suhu kritis. Suhu
kritis gabah pada kadar air 16.98 persen adalah 200C. Pengaruh suhu terhadap
laju respirasi bervariasi tergantung dari kadar air, penyebaran biji, kapang
dan serangga (Nurrahman, 2011).
Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa laju konsumsi oksigen larva P. maxima tertinggi
terjadi pada perlakuan suhu 28 o C, salinitas 34 ‰ (BF) dan terendah pada
perlakuan suhu 26 o C, salinitas 30 ‰ (AD) (Winanto, 2009).
Oksigen diperlukan untuk oksidasi
zat makanan. Dari proses oksidasi ini akan dihasilkan energi untuk berbagai
keperluan tubuh. Hasil samping dari proses oksidasi adalah gas karbondioksida
(CO2) yang selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian antara
tubuh dengan lingkungan sekitarnya berlangsung suatu proses pertukaran gas O2
dan CO2. Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida, dan penggunaan
energi di dalam tubuh manusia dikenal sebagai proses pernapasan atau respirasi
(Yulia, 2013).
Ada beberapa fungsi pernafasan, fungsi berlaku pada seluruh
mahluk hidup yang bertulang belakang. Urutan dua teratas merupakan fungsi
utama, selanjutnya merupakan sekunder dari sistem pernafasan yaitu, menyediakan
oksigen untuk darah, mengambil karbon dioksida dari dalam darah, membantu dalam
mengatur keseimbangan dan regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh,
membantu pengendalian suhu elliminasi air, fonasi (pembentukan suara) (Yulia,
2013).
Metodologi Penelitian
Penelitian
ini di laksanakan di ruang laboratorium 19 program studi pendidikan biologi
Universitas Jember. Pada praktikum kali ini kami melakukan penelitian respirasi
terhadap hewan vertebrata dan invertebrata. Pertama kami menyiapkan alat dan
bahan terlebih dahulu. Kami menggunakan bahan yaitu cacing tanah (Gryllus assimilis), kemudian cicak (Hemidactylus
platyurus), belalang (Valanga sp.),
jangkrik (Lumbricus terrestis), eosin
dan kapas. Kemudian alat yang kami gunakan adalah pipet, respirometer, timbangan
dan stopwatch.
Pada
penelitian kali ini pertama kami menimbang terlebih dahulu hewan yang akan di
masukkan ke dalam tabung respirometer, kemudian memasukkan hewan tersebut ke
dalam tabung respirometer, lalu membasahi kapas dengan menggunakan KOH, dan
memasukan kapas yang telah basah tersebut ke dalam tabung respirometer yang
berisi hewan yang telah di timbang, lalu menutupnya dengan menggunakan pipa
respirometer. Di tetesi dengan menggunakan eosin pada ujung pipa, di hitung
setiap 5 menit kecepatan respirasinya brapa dengan melihat pada pipa
respirometer terdapat skala tertentu.
Hasil
dan pembahasan
Pada
penelitian kali ini kami melakukan penelitian mengenai respirasi (Gas exchange) pada beberapa anggota
hewan vertebrata maupun invertebrata. Respirasi sendiri merupakan proses
pengambilan oksigen (O2) dan pemasukan bahan makanan (C6H12O6)
yang akan di ubah melalui reaksi kimia yang terjadi di sistem pernafasan
menjadi gas karbon dioksida (CO2), ATP dan juga air (H2O).
Pada penelitian kali ini kami mendapatkan hasil sebagai berikut :
Kel
|
Hewan
|
BB
Gr
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
1
|
Belalang
|
1,5
|
0,2
|
0,12
|
0,11
|
0,11
|
0,10
|
0,7
|
0,7
|
0,2
|
-
|
-
|
2
|
Cicak
|
3
|
0,16
|
0,13
|
0,15
|
0,14
|
0,19
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Cacing
tanah
|
3
|
0,3
|
0,13
|
0,20
|
0,11
|
0,16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Jangkrik
|
0,4
|
0,33
|
0,20
|
0,13
|
0,15
|
0,09
|
0,07
|
0,11
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Jangkrik
|
0,5
|
0,14
|
0,08
|
0,05
|
0,07
|
0,07
|
0,05
|
0,06
|
0,08
|
0,23
|
0,17
|
Kel
|
Hewan
|
Rata-rata
|
Laju respirasi
|
1
|
Belalang
|
0,28
|
0,02
|
2
|
Cicak
|
0,54
|
0,18
|
3
|
Cacing tanah
|
0,18
|
0,06
|
4
|
Jangkrik
|
0,15
|
0,13
|
5
|
Jangkrik
|
0,1
|
0,067
|
Pada praktikum kali ini
hewan vertebrata seperti cicak dan hewan invertebrata seperti cacing, jangkrik
dan belalng di masukkan ke dalam tabung respirometer yang kemudian di masukkan
kapas yang terdapat KOH di dalamnya ke dalam tabung respirometer. Pada
percobaan kali ini KOH berfugsi sebagai pengikat CO2 yang di
hasilnya dalam proses respirasi baik respirasi invertebrata ataupun vertebrata,
hewan invertebrata maupun vertebrata tidak dapat menghirup kembali CO2
yang di keluarkan melalui proses pernafasan tersebut karena CO2 yang
di keluarkan tersebut merupakan sampah atau racun sehingga apabila di masukkan
kembali ke dalam tubuh akan menjadi racun dan mematikan. Hal ini sesuai dengan
teori Wulangi, (1993:124) adanya CO2 yang terlalu banyak di dalam
tubuh harus di hindari, oleh karena itu CO2 harus segera di
keluarkan dari tubuh secara terus menerus. Karena CO2 yang di keluarkan
tersebut tidak di serap lagi oleh tubuh maka yang di serap utamanya adalah O2
atau mengkonsumsi Oksigen. Pengikatan KOH dan CO2 memiliki reaksi
kimia KOH + CO2 yang nantinya akan menghasilkan K2CO3
DAN H2O, reaksi antara pengikatan ini akan mengakibatkan CO2
yang di keluarkan di dalam tabung respirasi tidak menganggu proses respirasi
yang terjadi yaitu penggunaan oksigen. Dan respirasi pun akan berjalan lancar
tanpa di ganggu oleh adanya CO2.
Kemudian
fungsi eosin pada praktikum kali ini adalah sebagai indikator kadar oksigen
atau laju oksigen di dalam pipa respirometer. Dimana hewan invertebrata ataupun
hewan vertebrata akan menghirup oksigen yang ada pada tabung dan pipa
respirometer sehingga dengan adanya penghirupan oksigen maka akan mengakibatkan
eosin yang ada di pipa akan bergerak menuju tabung respirometer sesuai dengan
pengambilang oksigen yang di ambil oleh hewan tersebut. Hal ini sesuai dengan
teori Junquera (2007) eosin adalah metode pewarnaan yang banyak digunakan dalam
dalam pewarnaan jaringan sehingga ia di perlukan dalam diagnosa medis dan
penelitian.
Lalu
fungsi malam atau vaselin atau plastisin yang kami gunakan pada penelitian kali
ini adalah supaya pada tabung respirometer laju respirasi atau penggunaan tidak
mengalami kebocoran. Apabila mengalami kebocoran maka penelitian yang sedang di
lakukan percuma di karenakan hasil tidak murni. Sehingga laju respirasi ini
haruslah sangat di jaga supaya di dalam tabung tetap terjadi respirasi yang
baik dan murni sehingga hasil yang di dapatkan pun valid.
Pada
hasil pengamatan belalang pada kelompok 1 memiliki rata-rata penggunaan oksigen
respirasi 0,28. Jika di bandingkan hewan invertebrata lainnya pada kelompok 3 seperti
cacing di dapat rata-rata penggunaan oksigen 0,54. Sehingga dapat kita ketahui
bahwa kecepatan respirasi pada cacing lebih tinggi dibandingkan dengan belalang
hal ini di karenakan cacing menggunakan kulitnya untuk bernafas sehingga lebih
cepat penggunaan oksigennya karena luas permukaan pada cacing lebih luas di
bandingkan pada belalang yang hanya menggunakan trakea yang terbuat dari pipa yang becabang di seluruh tubuh,
merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang
melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea.
Sehingga kecepatan respirasinya lebih cepat cacing daripada belalang di
karenakan cacing memiliki alat pernafasan pada permukaan nya yang luas
bidangnya semakin luas sehingga bidang penyerapan oksigennya lebih banyak.
Pada hasil pengamatan
belalang kelompok 1 memiliki berat tubuh 1,5 gram dan laju respirasi 0,02
sedangkan pada berat cacing pada kelompok 3 yang memiliki berat yang berbeda
dengan berat belalang 3 gram dan memiliki laju respirasi 0,06. Sehingga dari
hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa semakin besar atau berat badan suatu
hewan maka hewan tersebut lebih banyak membutuhkan energi. Di karenakan semakin
berat suatu tubuh hewan maka komponen sel penyusun tubuhnya semakin banyak
sehingga mengakibatkan membutuhkan lebih banyak oksigen yang di butuhkan. Untuk
mengimbangi hal tersebut maka dari itu hewan yang lebih kecil atau beratnya
lebih sedikit dalam melakukan respirasi atau penggunaan oksigennya sedikit sedangkan
hewan ynag memiliki berat yang besar maka hewan tersebut pengambilan oksigennya
semakin banyak agar tubuhnya tetap dalam keadaan sehat.
Pada
hasil pengamatan rata-rata kecepatan respirasi pada kelompok 2 yaitu cicak 0,54
jika di badingkan dengan kelompok 3 rata-rata kecepatan respirasi pada cacing 0,18.
Hal ini dapat terjadi jika kita lihat dari kesempurnaan organ pernafasan pada
hewan tersebut pada cicak yang merupakan hewan vertebrata yang memiliki alat
respirasi lebih sempurna dari pada cacing maka hal tersebut sesuai dengan teori
dimana organ pada hewan vertebrata lebih kompleks dan sempurna jika di
bandingkan dengan hewan vertebrata, cacing hanya menggunakan respirasi kulit
tubuhnya untuk bernafas maka tidak cukup cepat jika di bandingkan dengan hewan
vertebrata seperti cicak.
Kemudian
pada hasil pengamatan berat badan yang nantinya akan berhubungan dengan laju
respirasi. Pada kelompok 2 cicak memiliki berat yang sama dengan kelompok 3 cacing
yaitu 3 gram akan tetapi memiliki laju respirasi yang berbeda. Pada cicak di
dapatkan hasil laju respirasinya adalah 0,18 sedangkan pada cacing di dapatkan
hasil 0,06. Jika kita lihat pada laju respirasi cicak lebih tinggi di
bandingkan dengan laju respirasi cacing hal ini di karenakan berbeda spesies
dan mereka memiliki organ pernafasan yang berbeda pula, cicak menggunakan
paru-paru sedangkan cacing menggunakan kulit untuk respirasi sehingga laju respirasinya
lebih cepat pada cicak karena organ sudah sempurna.
Kemudian
pada kelompok 4 dan 5 yang menggunakan jenis hewan yang sama-sama menggunakan
jangkrik. Pada jangkrik kelompok 4 dengan berat badan 0,4 gram di dapatkan
kecepatan respirasinya 0,15 dan laju respirasinya 0,13. Sedangkan pada jangkrik
kelompok 5 memiliki berat badan 0,5 gram dan di dapat rata-rata kecepatan
respirasi 0,1 dan laju respirasinya 0,067. Berdasarkan hasil di atas di dapat
hasil yang berbeda baik kecepatan maupun laju respirasi. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan hewan yang memiliki massa atau berat tubuh yang lebih besar
membutuhkan energi yang lebih banyak jugak sehingga oksigen yang di hirup pun
lebih banyak. Pada hewan yang memiliki berat memiliki sel yang lebih banyak sehingga
lebih banyak membutuhkan oksigen daripada hewan berat atau massa tubuhnya lebih
kecil. Sehingga dapat kita tahu bahwa semakin berat massa atau berat tubuh
suatu hewan maka kebutuhan akan oksigen akan semakin banyak pula oksigen yang
di butuhkan, semakin ringan massa atau berat tubuh hewan maka penggunaan
oksigen akan semakin sedikit karena sel yang ada di dalam tubuhnya sedikit.
Kemudian
ukuran dari jangkrik atau luas permukaan dari jangkrik ini semakin ukurannya
besar semakin cepat laju respirasinya. Pada kelompok 5 ukuran dan beratnya
lebih besar jika di bandingkan dengan laju respirasi pada jangkrik kelompok hal
tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada.
Sehingga
dapat kita ketahui pengaruh berat tubuh hewan, semakin berat tubuh suatu hewan maka energi
yang di butuhkan semakin banyak. Ketika energi yang di butuhkan semakin banyak
maka oksigen yang di butuhkan dalam tubuh semakin banyak, karena adanya
keterkaitan antara energi yang di keluarkan dengan oksigen yang di gunakan.
Jika energi yang di butuhkan semakin banyak maka oksigen dan zat makanan yang
masuk ke dalam tubuh hewan juga banyak, jadi antara yang dimasukkan dalam
proses respirasi dan di hasilkan haruslah seimbang. Apabila tidak seimbang maka
akan mengakibatkan hewan tersebut menjadi lemas dan lama kelamaan akan
meninggal.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi O2 pada hewan adalah
berat badan pada hewan dimana semakin berat maka oksigen yang di butuhkan
semakin banyak di karenakan proses metabolismenya ikut naik. Dan juga umur suhu
semakin tua maka oksigen yang di gunakan oleh tubuh semakin sedikit di
karenakan laju metabolisme tubuh tidak lagi secepat pada saat muda, pada saat
lahir sampai muda oksigen yang di butuhkan oleh tubuh semakin banyak karena
laju metabolisme kita semakin cepat. Lalu faktor selanjutnya adalah kegiatan
tubuh atau aktivitas tubuh dimana semakin banyak kegiatan yang di lakukan maka
respirasi akan meningkat di karenakan kita membutuhkan energi yang lebih untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang berat, akan tetapi jika kita jarang melakukan
aktifitas atau kita hanya melakukan aktifitas ringan maka kita tidak
membutuhkan energi yang banyak sehingga laju respirasi menurun. Kemudian
respirasi juga di pengaruhi oleh posisi tubuh ketika tubuh dalam posisi
telentang tidur respirasi yang di butuhkan berkurang karena kita tidak
melakukan apapun dan tidak membutuhkan energi untuk telentang, akan tetapi
apabila dalam posisi berdiri maka respirasi akan meningkat di karenakan
membutuhkan energi untuk berdiri. Lalu faktor selanjutnya adalah kelamin dari
hewan, hewan jantan cenderung membutuhkan oksigen yang lebih banyak dari pada
betina di karenakan aktifitas tubuhnya lebih banyak jika di bandingkan dengan
betina.
Hal
tersebut sesuai dengan teori (Tim Dosen Fiologi Hewan, 2015) dimana frekuensi
pernafasan pada hewan di pengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah
faktor umur, yang kedua adalah faktor jenis kelamin. Kemudian posisi dari tubuh
tersebut. Lalu kegiatan yang di lakukan oleh hewan tersebut.
Kesimpulan
Pada
penelitian yang kami lakukan kami berhasil membuktikan bahwa respirasi pada
hewan tersebut membutuhkan oksigen, dengan indikator nya adalah pergerakan dari
eosin yang terdapat pada ujung pipa respirometer. Seluruh penelitian yang kami
lakukan berhasil membuktikan di karenakan pada saat penelitian eosin bergerak
cepat yang menandakan bahwa hewan tersebut menghirup oksigen. Kecepatan
respirasi pada beberapa hewan berbeda-beda yang paling cepat respirasinya
adalah cicak karena cicak merupakan vertebrata yang merupakan hewan tingkat
tinggi yang memiliki organ respirasi yang kompleks dan memiliki berat badan
yang paling berat sehingga laju dan kecepatan respirasinya tinggi, sedangkan
yang memiliki laju dan kecepatan respirasi paling kecil adalah jangkrik hal ini
di karenakan jangkrik memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil di bandingkan
dengan hewan lainnya sehingga kebutuhan oksigennya pun relatif lebih sedikit
jika di bandingkan dengan hewan lainnya.
Daftar Pustaka
Santoso, Putra. 2009. Bahan Ajar Fisiologi Hewan.
Padang: Universtas Andalas
Campbell, jwrence G. Mitchell Neil A.2004. Biologi
edisi 5 jilid 3. Jakarta: Erlangga
Tim
Dosen Fisiologi Hewan. 2015. Buku
Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Jember: Universitas Jember Press
Yulia,
Ratna. 2013. Sistem Pernafasan Pada Manusia. Jurnal Pendidikan. Vol 1: Halaman 1-10
Junqueira,LC. 2007. Histology Dasar Edisi 10. Jakarta : EGC
Nurrahman.
2011. Susut Bobot Beras Selama Penyimpanan Karena Respirasi. Jurnal Pertanian. Vol 2: Halaman 53-63
Winanto,
Tjahjo. 2009. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Respon Fisiologi Larva Tiram
Mutiara Pinctada maxima (Jameson). Jurnal Biologi Indonesia. Vol 6: Halaman
51-69
Wulangi, S, Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisologi Hewan. Bandung:
ITB Press
LAMPIRAN
Kelompok
|
Gambar
|
1 (Belalang)
|
|
2 (Cicak)
|
|
3 (Cacing)
|
|
4 (Jangkrik)
|
|
5 (Jangkrik)
|
|
Assalamu 'alaikum kak, saya mau ajdikan jurnal kaka sebagai bahan referensi, tapi tahun dan ISSN nya gak ada kak, kaka bisa bantu aku ?
BalasHapusWalaikumsalam ayrah...jurnal saya itu hasil praktikum mata kuliah bukan penelitian jadi tidak bisa dijadikan referensi makanya tidak ada ISSNnya...mungkin kan kalok mau referensi jurnal penelitian yang ISSN bisa mencari di internet ketik aja "Jurnal ....... .pdf" biasanya nnti yang muncul ISSN kalok blakangnya di tambahi .pdf
Hapusatau kamu bisa cantumkan yang buku aja di pembahasanku kan ada buku wulangi sama jurnal ku...pake itu aja...kalok penulisan daftar pustaka yang benar kan ISSN tidak di cantumkan jdi jurnalku di dapus sebenere sudah ISSN cumak nggak d cantumkan
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArtikelnya bagus
BalasHapusCara cari jurnal ratna.yulia bagaimana ya
BalasHapusBagus dan membantu saya dalam membuat laporan :)
BalasHapus